Belasan tahun lalu, salah satu teman Zahra sekaligus karyawan dikantor ayahnya meminta ijin untuk pulang kampung menjenguk ibunya yang sakit.
"Mit, kampungmu dimana?"
"Jauh Ra, 8 jam naik bus, lalu sambung naik motor lagi 2 jam, kampungku masih sangat terpencil"
"Aku ikut boleh?"
"Hah? Untuk apa Ra? Aku seminggu disana"
"Iya, aku juga akan menginap"
"Ra! Rumah ku tidak seperti rumahmu! Tidak ada toilet duduk, tidak ada shower box, tidak ada AC ti-
"Mita! Aku tahu, tapi aku ingin tetap ikut, boleh ya?"
"Jangan menangis saja jika sudah sampai"
Zahra tertawa gembira, meminta ijin pada ayah ibunya, kemudian mengepak beberapa pakaian untuk dibawa.
Perjalanan memang sangat jauh dan lama, justru Zahra sangat menikmatinya, tak seperti temannya yang mengomel tiada henti karena tak kunjung sampai.
Kedua motor itu sampai didepan sebuah kampung, Mita dan Zahra turun , mata Zahra terus mengagumi keindahan dan keasrian kampung ini.
"Masuklah, ini rumahku, jangan kaget"
"Rumahmu bagus Mit, kamu yang terlalu berlebihan"
"Semoga betahlah kamu Ra, jika mau kembali duluan juga tidak apa"
Zahra menggeleng, setelah menemui ibu Mita , Zahra merengek ingin diajak berkeliling.
Mita malas, pasti banyak tetangga yang ingin tahu kehidupan kotanya.
Mereka berjalan melewati kandang sapi dan kambing, Mita menarik Zahra cepat tak tahan dengan bau kambing.
"Mita! Kapan kamu pulang?" Tanya seorang pria
"Barusan"
"Nona ini siapa?"
"Anak bosku"
"Selamat sore" pria itu menyapa Zahra
"Sore" dijawab Zahra dengan senyuman
Zahra dan Mita melanjutkan berkelilingnya,
"Siapa pria itu?"
"Namanya Pras, anak penjaga kandang tadi"
Zahra hanya mengangguk, kembali melihat sekelilingnya.
*
Pras duduk diteras gubuk tuanya, memikirkan teman Mita tadi"Bagaimana caranya aku bisa mendekatinya? Dia pasti kaya!"
"Mas! beras habis!"
"Kenapa cepat sih?"
"Kamu tahu aku sedang hamil! makanku jadi lebih banyak!"
"Nanti aku mengutang diwarung, cepat masuk! jangan sampai ada yang melihatmu!"
Hari ke hari Pras selalu mencari muka dengan Zahra, Pras selalu perhatian , bahkan ada satu kejadian saat sepeda yang dibawa Zahra kempes dan Pras yang tak tahu muncul dari mana menawarkan diri untuk mengantarkannya kembali, mereka berjalan bersama karena langit sudah hampir gelap.
Tiba waktu Zahra kembali, Pras mengatakan akan selalu menunggunya, jika dia ada uang dia ingin menyusul Zahra ke kota membuat Zahra menganggukan kepala.
"Ra, perkataan Pras tadi jangan didengar, dia bukan pria baik"
"Tapi dia baik Mit"
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEISS
FanfictionKisah hidup seorang anak yang tidak diinginkan ibunya , dari kandungan hingga detik ini dia tidak pernah tahu kasih ibu itu seperti apa.