22

957 91 15
                                    

WARNING 🔞

"Sawamura-san, apa kau bisa membantuku sebentar?"

Daichi tersentak, kaki yang hendak melangkah jauh keluar ruangan terhenti dengan permintaan tersebut.

"Ada apa?"

"Yaku-san meminta kita menyelesaikan proposal ini, karena tadi kau terlihat sangat sibuk aku mengerjakannya lebih dahulu."

"Ah .. aku ingat itu, baiklah aku akan membantu."

Daichi melirik jam di dinding kantor, terpampang dimana jarum jam mengarah pada pukul enam, dan diluar sekarang sudah cukup gelap. Ia khawatir dengan Sugawara yang tinggal sendiri di rumah untuk saat itu.

Aku harus menyelesaikannya dengan cepat.

Alhasil pekerjaan terselesaikan pada pukul setengah delapan malam. Para pekerja yang tersisa hanya beberapa, mereka segera merapikan meja dan barang-barang untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Baiklah Sawamura-san, sampai besok."

"Sampai besok."

Bergegas pulang, setiba di rumah sudah pukul delapan lewat. Ia membuka pintu yang terkunci dengan kunci cadangan, dengan ruangan tengah yang gelap ia menyalakan lampu.

Mencari sosok yang sangat ia rindukan, sekarang tengah duduk di beranda belakang dengan secangkir teh bersamanya. Menatap ke langit dengan cahaya redup dari bulan.

Tangan terjulur, meraih pinggang pria yang duduk. Membuatnya terkejut dan langsung menyadari siapa orang yang merangkul pinggangnya.

"Kau telat."

"Maafkan aku."

"Aku bisa, tapi dia tidak." Tangannya menuntun tangan Daichi memegang perutnya.

"Maafkan Papa, ya?" Daichi mengusap lembut.

Sebuah tendangan kecil terasa di perutnya dan juga tangan Daichi, mereka terkesiap lalu saling pandang satu sama lain. Di detik selanjutnya keduanya tertawa kecil.

"Apa itu artinya dia tidak memaafkanmu?" ujar Sugawara masih dengan tawaan.

"Mana mungkin."

Daichi mengeratkan pelukannya di pinggang Sugawara, membenamkan wajahnya pada tengkuk yang membuatnya merasa ingin.

Bau harum dari Sugawara, entah karena baru saja mandi atau feromon miliknya. Daichi menatap dari dekat, leher yang bersih, tidak ada satupun yang bisa memilikinya selain dirinya.

Tiba-tiba Sugawara merasa geli di leher belakangnya, sebuah jilatan kecil, dan kecupan lembut terasa jelas. Lama kelamaan itu menjadi gigitan kecil.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya pada sang pelaku.

"Aku tergoda."

"Kalau begitu jangan dilihat terus," sergahnya.

Tetapi Daichi tak mendengar, ia terus mengecup leher putih Sugawara.

Ia bergumam lirih, "Koushi ..."

Tersentak kaget, wajahnya dibawa kebelakang oleh Daichi. Ciuman akhirnya mendarat di bibirnya. Sugawara masih mencoba memahami apa yang baru saja ia dengar.

"Daichi tunggu ..." ucapnya melepas ciuman dengan tangannya mendorong Daichi sedikit menjauh.

"Kau, tidak sedang Rut, kan?"

"Aku bisa mengendalikan diri. Bisakah? Aku ingin," pintanya dengan mata berkaca-kaca.

Sugawara masih ingin menolak, tapi ia masih bingung. Diamnya malah di artikan 'boleh' oleh Daichi.

Don't Away || DaiSuga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang