[CERITA LENGKAP]
Terbit di Teori Kata Publishing
Adelia Rayna Putri, mahasiswi cantik Desain Komunikasi Visual dan Arsenio Bryan Adhitama, mahasiswa Sastra yang dipertemukan Tuhan di Pekan Seni Kampus. Karya seni mereka, lukisan Rayna dan puisi Brya...
"Percakapan dan tatapan kali ini singkat, namun siapa sangka membuat hati mudah sekali untuk terjerat,"
-Rayna-
Saat ini, Universitas Wiyata Negara sedang mengadakan pekan seni raya di aula. Pelopor kegiatan ini adalah dari Organisasi Mahasiswa Fakultas Seni dan Budaya namun diikuti oleh berbagai fakultas yang turut memeriahkan acara dengan hadir dan berkarya di sana.
Pertunjukan teater, musikalisasi puisi, tari modern dan tradisional, pameran lukisan, penampilan band, hingga bazar makanan sampai kerajinan tangan lengkap tersedia di pekan seni raya kali ini.
Rayna, mahasiswi Prodi Desain Komunikasi Visual saat ini sangat gugup, karena baru kali ini ia berani menampilkan hasil karyanya pada pekan seni raya di kampusnya sendiri. Acara juga sudah dimulai sejak pukul 9 pagi, di awali oleh penampilan-penampilan band dan tari-tarian.
Seluruh mahasiswa baik dari Universitas Wiyata Negara maupun undangan dari universitas lain turut memenuhi aula ini. Spanduk warna-warni dengan desain yang memukau menggantung di langit-langit aula utama, mengundang setiap orang yang melihatnya untuk ikut tenggelam dalam lautan kreativitas yang tengah dipamerkan.
Di tengah-tengah keramaian itu, Rayna menatap kembali lukisannya, sebuah kanvas besar yang dipenuhi dengan warna-warna monokrom namun selaras, menggambarkan sepasang kekasih yang saling menatap namun diwarnai oleh kabut awan di sekelilingnya, seolah seperti pemandangan alam namun ketika ditengok dengan teliti seperti sepasang kekasih. Setiap sapuan kuas yang Rayna goreskan di atas kanvas itu memiliki makna yang lebih dalam daripada yang terlihat.
Rayna merapikan rambutnya yang sedikit kusut, merasa sedikit gugup meskipun sudah terbiasa dengan perhatian orang banyak yang sering kali berhenti di depan karyanya.
"Karya Kakak bagus banget, keliatan kayak pemandangan alam sekaligus lukisan sepasang kekasih," puji seseorang yang kagum dengan kanvas milik Rayna.
"Makasih, Kak," jawab Rayna.
"Boleh difoto, Kak?" tanyanya.
Rayna mengangguk, "Boleh,"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lukisan Rayna memang abstrak, namun membuat banyak mata terpukau melihatnya. Rayna senang, karyanya dihargai disini. Bahkan, ada satu orang yang ingin membeli karyanya namun Rayna masih enggan memberikannya karena suatu alasan tertentu.
Di lain sisi, Bryan mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Sastra, berdiri di depan mikrofon, matanya sedang menelusuri kumpulan kata-kata yang tertulis di secarik kertas. Sebuah puisi elegi yang dia ciptakan di suatu malam yang sunyi. Kata-kata miliknya yang lahir dari kesepian, cinta yang hilang, dan kerinduan yang tak terbalas. Diiringi alunan musik lembut yang dimainkan oleh sekelompok mahasiswa musik, suaranya mulai menggema, memenuhi ruangan dengan resonansi perasaan yang mendalam.