#4 : Konser Musik

49 27 6
                                    

Sebuah kebetulan atau memang takdirnya kita selalu bertemu?

-Rayna-

Saat ini, Rayna dan teman satu circle-nya sedang berada di rumah Vanessa. Mata mereka serius menatap layar laptop untuk bersiap war ticket konser penyanyi berkebangsaan Amerika Serikat yang akan mengadakan world tour di Jakarta, Ed Sheeran.

Akhirnya, mereka berempat berhasil mendapatkan tiket konser itu di bagian VVIP. Mereka bersorak, sebab beberapa tahun lalu mereka gagal mendapatkannya.

"Yes! Jadi nonton konser kita!" pekik Bella senang.

"Iya, nih, pas kita maba kemarin kehabisan slot di VVIP," sahut Vanessa.

"Asli, njir," timpal Raisa.

"Tanggal berapa konsernya?" tanya Rayna, sembari tampak sesekali menyesap teh miliknya.

"Tanggal 2 maret, artinya kurang 2 minggu lagi, kan?" Bella menyahut.

"Oh, masih lama gais!" seru Raisa.

_____

Di tempat lain, suasana tongkrongan cowok-cowok nggak kalah heboh. Di sebuah kafe dekat kampus, Bryan, Alex, Randy, dan Galang sedang duduk mengelilingi meja, masing-masing dengan laptop dan ponsel di tangan. Mereka juga tengah bersiap-siap untuk war tiket konser Ed Sheeran. Kafe yang biasanya tenang berubah riuh dengan obrolan dan tawa mereka, tapi ada ketegangan terselubung di antara mereka.

"Bro, lu yakin jaringan lu kuat? Gue nggak mau ada yang nge-lag pas detik-detik terakhir, nih," ujar Randy sambil menatap layar laptopnya, wajahnya serius.

"Udah santai aja, internet gue dewa!" Alex dengan percaya diri menjawab, matanya tetap fokus pada layar ponsel.

Bryan menepuk pundak Galang yang duduk di sebelahnya. "Lang, lu jangan bengong mulu. Nih, ya, inget, tugas lu penting. Lu yang backup kita semua kalau gue atau Randy gagal dapat tiket."

Galang, yang sejak tadi memang terlihat agak santai, hanya tertawa. "Tenang, tenang. Gue, kan, senjata rahasia, bro. Gue siap kalau kalian kalah."

Bryan mengerutkan dahi.

"Kalah? Apaan sih, Lang? Kita harus dapat, men! Kali ini nggak ada yang boleh gagal."

"Ya iyalah!" seru Alex yang sejak tadi sibuk mengetik sesuatu.

"Tahun lalu kita kehabisan tiket karena gue yang nge-lag, dan kali ini gue nggak mau gagal lagi. Ini momen balas dendam!"

Suasana semakin memanas. Mereka mulai menghitung mundur menit-menit sebelum war tiket dimulai. Ketegangan memenuhi udara saat mereka saling mengingatkan tugas masing-masing. Randy fokus dengan laptopnya, Bryan siap dengan ponsel di tangan, sementara Alex dan Galang sudah siap di posisi cadangan jika salah satu dari mereka gagal.

"10 detik lagi, gais!" seru Bryan, matanya sudah terfokus pada layar.

"Prepare for battle!" Galang mengangkat tangannya tinggi, seperti prajurit siap maju ke medan perang. Dan seketika, layar laptop dan ponsel mereka berubah. Tombol untuk memesan tiket muncul, dan mereka langsung berebut mengklik secepat mungkin. Suara-suara panik mulai terdengar.

Can I Be Yours? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang