Dan pagi harinya Haechan sudah tidak ada di kamar. Mark yang baru bangun mencari ke sekelilingnya tapi tak menemukan Haechan. Setitik rasa penyesalan hinggap di hatinya. Mark tahu dia salah, tapi bagaimana lagi karna semalam dia setengah sadar melakukan nya sebab masih di bawah pengaruh alkohol.
Mungkin nanti Mark membeli sesuatu untuk diberikan ke istrinya sebagai permintaan maaf nya. Untuk saat ini ia harus segera bersiap berangkat ke kantor. Pekerjaan nya semakin menumpuk dan membuat nya lelah. Mark butuh hiburan yang mampu menghilangkan stress nya, tapi tidak ada waktu.
Mark sudah siap akan berangkat kerja. Dari pertama ia bangun sampai selesai bersiap, Haechan tidak muncul. Agaknya Haechan di dapur tengah memasak sarapan pagi ini.
Namun, di dapur tidak ada siapapun bahkan di meja kosong tidak ada makanan. Di dapur kosong, mungkin di kamar Chenle. Mark pun berjalan menuju kamar anak semata wayangnya di atas.
Sampainya disana Mark tetap tidak menemukan Haechan maupun Chenle yang biasanya sedang berpakaian akan pergi ke sekolah.
Mark keheranan kemana perginya istri serta anaknya. Tidak mungkinkah mereka pergi dari rumah. Kalaupun iya, apa alasan mereka pergi dari rumah? Apa karna semalam Mark memaksa Haechan melayani nya dengan cara yang kasar? Tapikan itu bukan salah dia sepenuhnya. Haechan juga tampak menikmati nya.
Iya. Yang Mark lihat sepanjang malam saat melakukan itu, mengira Haechan ikut menikmatinya. Padahal jelas-jelas Haechan menangis dan mengeluarkan isakan. Hah, Mark sudah buta karna alkohol semalaman.
Mark keluar dari kamar Chenle. Ia langsung berangkat saja, masalah kemana perginya anak serta istrinya mungkin saja mereka pergi ke salah satu rumah Jung atau Seo.
Saat Mark akan membuka pintu yang sudah di buka oleh Haechan yang menatapnya datar dengan mata sembabnya.
"Kemana aja kamu? Pagi-pagi sudah tidak ada di rumah. Bukannya layanin suami yang baru bang..."
"Aku mau ngomong. Kamu jangan masuk kerja dulu."
Mark mengernyit tak suka, "tidak bisa! Kerjan aku di kantor banyak. Tidak bisa di tinggal."
"Aku bilang, aku mau ngomong sama kamu!"
"Tapi pekerjaan aku banyak di kantor, bisa nanti kan?"
"Aku maunya sekarang ya sekarang!! Kenapa emang? Takut perusahaan kamu bangkrut terus ga bisa nafkahin simpanan kamu, iya!!?"
"HAECHAN!"
Mark kelepasan membentak Haechan lagi. Haechan mengepalkan telapak tangan sampai memutih lalu masuk ke dalam dan sengaja menabrak bahu Mark kencang.
"Tidak sopan kamu seperti itu ke suami sendiri. Dan apa tadi, kamu bicara tentang simpanan. Siapa yang punya simpanan, hah?! Aku kerja juga buat kamu sama Chenle. Kalau aku tidak kerja, kamu mau hidup gelandang!!?"
Mark berbicara seraya menutup pintu kencang. Pagi-pagi sudah membuat dirinya emosi saja istrinya ini!
"Mana ada maling ngaku, sama juga kaya suami yang selingkuh dan ga mau ngaku!"
"Haechan! Jaga ucapan kamu ya! Jangan menuduhku yang tidak-tidak!!"
"AKU GA NUDUH! AKU NGELIAT DENGAN KEDUA MATA AKU SENDIRI, MARK!!" Haechan berteriak di depan wajah Mark dengan mata yang memerah. Haechan tidak boleh menangis yang artinya ia itu lemah. Walaupun sebetulnya iya.
"Mana buktinya? Tidak ada kan? Atau jangan-jangan kamu yang punya selingkuhan terus nuduh-nuduh aku, ngaku kamu!!"
"Kamu mau bukti kan?" Haechan mengeluarkan ponsel di saku celana lalu mengutak-atik sebentar setelahnya menunjukkan sebuah foto yang sudah di ambil waktu lalu dimana disitu ada Mark, seorang wanita serta anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Marriage [Markhyuck]
FanfictionIni Rival S2, jadi sebelum baca ini baca Rival lebih dulu ya (◠‿◕) * * * Menceritakan tentang kehidupan seorang Mark Jung bersama sang istri; Jung Haechan dan anak semata wayangnya; Jung Chenle. Yang akan mereka jalani. (n) : bila deskripsi ada yg...