After Marriage 15

15.1K 1K 283
                                    

4 hari berlalu begitu juga dengan Haechan tidak pulang kerumah. Haechan tinggal di rumah orangtuanya bersama Chenle. Dan selama itu pula Mark tidak mencoba mencari dirinya. Haechan hanya diam di dalam kamar, keluar saat di panggil makan saja. Haechan lega jika Chenle tidak rewel ingin pulang ke rumah atau ingin bertemu dengan daddynya.

Sekarang Haechan berada di kamarnya tidak melakukan apapun hanya berbaring menghadap menyamping sambil termenung memikirkan segala hal. Terutama soal Mark dan dirinya yang sedang bertengkar.

Johnny dan Ten mengetahui jika anak serta mantunya sedang ada masalah. Tapi keduanya tidak ingin ikut campur dengan urusan rumah tangga mereka. Tapi jika Haechan sudah tidak sanggup lagi, Johnny dan Ten akan sukarela memeluk memberi semangat pada anak bungsunya.

Tok.
Tok.

Pintu kamar Haechan di ketuk oleh Ten dari luar dengan memanggil Haechan.

"Echanie, mae masuk boleh?"

Jika dulu Ten akan menyelonong masuk tanpa meminta izin. Tapi sekarang suasananya sedang berbeda.

"Masuk aja mae," balas Haechan.

Ten membuka pintu lalu masuk dan melihat anak bungsunya hanya berbaring di ranjang sambil melamun.

Ten menduduki ranjang, setelahnya berdiam diri saja tanpa mengeluarkan suara. Haechan pun menoleh kebelakang saat mae nya hanya duduk tidak berbicara.

"Kenapa, mae?"

Ten tersenyum lembut seraya menyuruh Haechan tiduran di paha nya. Haechan dengan senang hati menuruti nya. Karna tempat ternyaman bila ada masalah adalah sesosok ibu.

"Mae masih ga nyangka kamu udah nikah sama punya anak. Padahal dulu kamu sering nangis pas mae tinggal pergi belanja." Ten terkekeh pelan saat mengingat masa lalu dimana Haechan masih kecil.

Haechan menikmati cerita Ten sewaktu dirinya kecil sembari mengusap surai nya. Rasa kantuknya datang karna terlalu nyaman dengan posisi ini. Namun, ucapan Ten selanjutnya membuat rasa mengantuk itu hilang.

"Mae ingin kamu bersikap dewasa, sayang. Apapun masalah yang lagi kamu hadapi, jangan pernah lari. Kamu harus berani hadapi dan selesaikan masalah itu."

Haechan mendongak keatas dengan tatapan sendunya. Lantas Ten beralih mengusap pipi anaknya penuh kasih sayang.

"Kenapa harus aku duluan yang perbaiki? Seharusnya kan Mark bukan aku."

"Mengalah itu kadang penting, sayang."

"Kasihan Chenle sering menanyakan ada apa dengan mommy nya?"

"Lele nanyain itu?"

"Iya. Lele sering nanya kamu kenapa atau kapan pulang ke rumah, dia pengen ketemu daddy. Dia terus ngulangin pertanyaannya itu sampai mae atau daddy bingung mau jawab apa."

Haechan kira Chenle baik-baik saja. Haechan jadi merasa tidak becus menjadi ibu yang baik untuk Chenle.

Betul kata maenya, ia harus segera menyelesaikan pertengkaran ia dan suaminya. Kasihan Chenle menjadi korban pertengkaran orangtuanya.

"Aku mau pulang sekarang mae. Titip Chenle ya, aku mau nyelesain masalah aku sama Mark."

Ten mengangguk lalu tersenyum, "iya."

Haechan harus bersiap terlebih dahulu. Iya, bersiap berangkat dan bersiapkan perasaannya.

* * *

Haechan memarkirkan mobilnya yang ternyata ada satu mobil entah milik siapa. Haechan keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju pintu seraya membukanya.

After Marriage [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang