Disaat Haechan sudah mengetahui kehamilan nya, maka kini tanda-tandanya mulai muncul. Seperti pagi ini Haechan sudah berulang kali masuk ke kamar mandi demi mengeluarkan isi di perutnya yang hanya keluar cairan bening saja. Mark yang siaga tentu menjaga Haechan 24 jam. Mark bahkan tidurpun tidak begitu nyenyak lantaran khawatir dengan Haechan. Walaupun ini kehamilan kedua Haechan, tetap saja Mark khawatir.
"Makan bubur dulu, ya? Aku beliin," ucap Mark dengan memijat tengkuk Haechan yang sedang mengalami morning sickness nya.
Haechan menggeleng pelan lalu meminta Mark menggendongnya.
"Ga mau. Gendong, lemes banget."
Mark menatap sedih ke Haechan yang tampak sangat lemas. Dan Mark pun menggendong Haechan bridal style. Persoalan tentang Haechan yang selalu kesal jika dekat-dekat dengan Mark masih berlanjut. Tapi nanti saat mual itu hilang.
Mark sekarang datang ke perusahaan lebih siangan karena ingin menjaga Haechan. Chenle juga menjadi anak yang lebih baik, tak lagi cengeng atau manja. Ya walaupun kerap kali sifatnya itu muncul.
"Perut kamu tidak boleh kosong, setidaknya makan sedikit saja ya," bujuk Mark.
"Aku bilang ga mau ya ga mau! Ish, nyebelin banget si!"
Mark tidak mau sampai kebobolan begini lagi. Kasihan Haechan yang menanggung resikonya. Kalau bisa berikan saja pada Mark, tapi jangan semuanya. Mark takut tidak semampu istrinya.
"Sedikit aja, ya? Atau kamu mau makan yang lain aja?"
Haechan mengernyitkan dahinya saat rasa mual itu kembali, tapi tidak lama hilang. Haechan benar-benar tidak ingin memakan apapun, rasanya semuanya sangat tidak enak di lidahnya. Padahal Haechan belum mencobanya.
"Semuanya ga enak di lidah aku."
"Loh? Kan belum ngerasain, masa udah bilang ga enak aja." Mark mencubit pipi Haechan.
"Ish! Jangan cubit, sakit!"
"Aku pelan loh, bear. Kamu sensitif banget ya."
"Kenapa? Ga suka? Yaudah pergi aja sana kalo ga suka mah!"
Mark menghela nafasnya mencoba sabar dengan sifat Haechan saat hamil.
"Kamu harus makan, aku jam 9 udah harus datang ke kantor."
Haechan mendelik sebal seraya membelakangi Mark. Mark membawa Haechan ke tempat tidur lagi tadi.
"Udahlah, sana pergi sekarang aja. Ada kamu disini juga ga berguna."
Mark melebarkan matanya dengan ucapan Haechan yang membalikkan fakta. Tidak terima Mark menarik bahu Haechan agar menghadap dirinya.
"Siapa yang bilang aku ga berguna, hm? Dari awal kamu udah ngalamin mual siapa yang siap siaga jagain kamu? Siapa yang nemenin kamu setiap bangun malam dan tidak bisa tidur lagi? Aku, semua nya aku yang ngelakuin."
Iya. Haechan sering terbangun tengah malam sampai tidak bisa tertidur lagi. Semuanya karena kehamilan Haechan.
"Hiks... Yaudah jangan ngomel-ngomel juga." Haechan mudah sekali menangis.
"Astaga, bear. Maaf, aku tidak maksud ngomelin kamu. Aku cuman kesel karna kamu bilang aku tidak berguna. Maafkan aku, ya?" Mark memeluk Haechan.
"Aku maafin asal beliin aku bubur ayam di bandung."
"Bandung? Kenapa jauh sekali."
"Pokoknya aku mau yang di bandung!"
"Beli di sini saja, ya? Rasanya enak ko."
"Di bandung! Di bandung! Di bandunggg!!!"
"Sabar, Mark, ini juga karna anakmu," batin Mark.
"Ok, aku suruh anak buah aku bel..."
"Yang daddy nya itu kamu apa anak buah kamu si?"
"Ya pastinya aku lah daddynya. Kamu lupa setiap malam siapa yang bikin kamu keenakan sampai dia ada."
"Jangan frontal banget napa! Malu tau." Pipi Haechan memerah.
"Kan emang faktanya gitu."
"Ya, terserah bapak Mark aja lah." Haechan memutar bola matanya malas, "yaudah sana beli bubur ayam di bandung."
Ini bukan ngidam nya Haechan. Kehamilan Haechan baru di trimester pertama jika sudah 3 sampai 4 bulan barulah rasa mengidamnya muncul. Haechan hanya ingin bubur ayam di bandung saja.
"Aku tinggal sendirian tidak apa?"
"Hm, gapapa." Haechan mengambil ponsel iPhone nya ingin chattingan bersama dua teman uke nya; Jaemin, Renjun. Haechan maupun kedua temannya sudah lost contact dengan Shotaro yang tidak kembali ke Jakarta lagi. Padahalkan Haechan, Renjun, dan Jaemin merindukan Shotaro si polos itu. Eh, tapi tidak tahu sekarang masih polos atau tidak.
"Aku pergi sekarang. Kalau ada apa-apa segera telpon aku atau yang lainnya, ok?"
"Hm, iya."
"Kalau mual lagi, pelan-pelan jalan ke kamar mandinya."
"Iyaaa."
"Kalau mau turun ke bawah, jangan lari-lari nanti takut ja..."
"IYA, MARK, IYA. AKU UDAH TAHU," teriak Haechan kelewat kesal dengan kecerewetan suaminya.
"Baiklah, aku pergi. Dah."
"Iya, sayangnya aku."
Mark yang sudah akan keluar langsung masuk lagi saat telinganya mendengar kata sayang dari Haechan.
"Bilang apa tadi? Coba sekali lagi, aku tidak mendengar."
"MARK KAMU NGESELIN BANGET SI! SANA AH PERGI!!"
"Oke, oke. Aku pergi beneran." Mark berlari cepat karena Haechan sudah mengamuk.
Sepertinya calon ayah kedua itu harus ekstra sabar menghadapi ini semua. Dan mari kita simak bagaimana nanti Mark akan menjaga Haechan yang berbeda disaat kehamilan Chenle dulu. Apa Mark akan bersabar tidak berlaku kasar lagi, seperti janjinya atau mengingkari janjinya dengan berlaku kasar lagi? Yah, semua itu akan di jawab di setiap perchapternya.
Tbc.
700+, biasanya lebih dari itu. Maaf yah ☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
After Marriage [Markhyuck]
FanfictionIni Rival S2, jadi sebelum baca ini baca Rival lebih dulu ya (◠‿◕) * * * Menceritakan tentang kehidupan seorang Mark Jung bersama sang istri; Jung Haechan dan anak semata wayangnya; Jung Chenle. Yang akan mereka jalani. (n) : bila deskripsi ada yg...