10. BALAS DENDAM

121 40 551
                                    

⚠️Warning! Bab ini terdapat banyak kata umpatan, mohon membaca lebih bijak⚠️

Happy Reading gaes! love u!

"Kak Aldo, sayang kenapa bisa seperti ini? Apa yang udah terjadi kak?" ucap gadis itu lirih dan kembali menitihkan air mata.

Mahen, Gilang, dan Azka hanya terdiam melihat suasana yang ada di depan mereka.

"Ra, lo gak pulang? Makan dulu atau ganti baju?" Tanya Azka dengan nada lemah, ia yang biasanya paling heboh, sekarang berubah menjadi sedikit pendiam.

Clara menoleh dan mengusap air matanya. "Clara kan baru nyampe kak, masa di suruh pulang?"

"Azka, gausah sok lembut lo, pertanyaan lo juga aneh-aneh," Mahen menoyor kepala Azka.

"Sakit bege! Kualat lo sama gue, azab orang menoyor kepala temen jenazah nya bakal di toyor dari bumi mampus."

"Setan lo,"

"Lo berdua bisa diem gak? Atau gue toyor dari gedung mau?" Gilang agak sedikit geram dengan Azka dan Mahen selalu saja berdebat tidak jelas.

"Ampun bos," ucap keduanya secara bersamaan.

"Yaudah, kita pulang bentar Ra kalau ada apa-apa telpon aja kita," tegas Gilang kemudian di angguki Clara.

"Beneran gapapa ya Ra, di tinggal sebentar," Mahen memastikan.

"Kak Mahen, Clara tuh bukan bocah SD yang takut di tinggal sendirian, kalian pulang aja dulu gapapa suer," Clara mendorong pelan ketiganya bertujuan untuk menyuruh pulang.

Kini posisi mereka di luar ruangan kemudian mereka pun melenggang pergi hingga tak terlihat, Clara berbalik badan dan duduk kembali di samping brankar melihat wajah Aldo yang masih tidak sadarkan diri.

Gadis itu menangis dan memegang lengan kiri Aldo. "Kak, bangun yuk, jujur aku kangen sama kamu,"

Clara menghela nafas panjang. "Setelah ini siapa dong yang bangunin aku tiap pagi? Jemput aku? Kalau aku di ganggu, siapa yang lindungin aku kak?"

Ia begitu takut kehilangan sosok pria yang ia sayang, gadis itu ingin sekali mendapatkan kasih sayang dari seorang laki-laki, apalagi Revaldo sosok pacar sekaligus Ayah bagi nya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat gadis itu menoleh ke arah sumber suara, kemudian pintu pun terbuka.

"Kamu siapa?" wanita paruh baya nampak bingung melihat gadis itu duduk di samping brankar.

Clara sedikit gelagapan melihat wanita paruh baya itu. "Ee.. saya Clara teman nya Aldo tante, maaf saya disini hanya menjenguk."

Sena tersenyum tulus. "Oh Clara? Pacar anak saya kan?"

Gadis itu melebarkan kedua bola matanya, dari mana mamah Aldo tau kalau ia pacar anaknya. Clara saat itu tak berkutik ia hanya menggigit bibir bawahnya, ia takut jika jujur kepada mamah Aldo bisa gawat.

"Jangan malu-malu ah, Aldo sering ceritain kamu loh di rumah, tante makasih banget sama kamu, udah buat anak tante tersenyum lagi."

"Hah? Aldo sering ceritain Clara tan?" Gadis itu kaget ia terlihat salah tingkah, ingin rasanya ia menyentil bibir Aldo, tapi itu tidak mungkin.

Wanita paruh baya itu berjalan menuju ke arah Clara, dan mengelus gadis itu dengan lembut.

"Iya sering banget, tante aja penasaran Clara yang mana? Eh akhirnya kita bertemu di sini, tante gak nyangka yang namanya Clara itu cantik ternyata,"

REVALDO ALDEBARAN DINATA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang