Pagi ini kediaman Loris benar-benar sunyi. Setelah semalam bersitegang hebat, Gerry tidur bersama bi Inah di kamar pembantu.
Entah kemana ayahnya itu pergi. Dia sangat kecewa dengan ucapan ayahnya semalam. Benar-benar di luar nalar, bisa-bisanya merendahkan manusia lain.
Tidak habis pikir, Gerry terkadang heran, daddy nya itu manusia atau bukan. Perasaan nya suka berubah-ubah. Bisa sangat penyayang sekali, tapi, tiba-tiba bisa menjadi emosian. Lebih parahnya semalam, berubah menjadi iblis walau masih mode normal.
Ia tidak tau bagaimana jika daddy nya semalam benar-benar meledak sebesar-besarnya. Membayangkan nya membuat bulu kuduk merinding. Semoga saja dia tidak akan pernah melihat itu.
"Den, ini sarapannya," ujar bi Inah membuyarkan lamunan Gerry
"Bi," panggil Gerry saat bi Inah ingin pergi
"Iya, den butuh sesuatu lagi?" tanya bibi
"Gerry mau minta maaf atas nama daddy, semalam daddy bicaranya berlebihan. Semalam mau ngomong, tapi, udah ngantuk duluan hehe," ucapnya
"Tuan besar tidak salah, disini bibi yang salah, harusnya memang pembantu tidak ikut campur masalah majikannya, maaf, ya, den!"
Mata Gerry mengembun. "Bibi jangan ngomong kayak gitu, Gerry udah anggap bibi kayak ibu pengganti. Jangan pernah bilang kalau kita punya batasan," ujar anak itu
"Tapi, den, tetap aja disini status bibi pembantu. Harusnya pembantu tau batasan dengan majikannya, tidak boleh sembarang untuk ikut campur," bibi dengan senyuman indahnya
"Hiks, bibi jangan ngelantur, bibi keluarga Gerry, status bibi itu ibu angkat Gerry. Sama sekali Gerry gak pernah anggap bibi itu pembantu disini," isak Gerry
"Lagipula itu emang murni kesalahan Gerry. Harusnya Gerry lebih terbuka sama dad," sambungnya
"Iya, bibi paham, udah jangan nangis lagi. Masa mau sekolah nangis, ayo semangat!"
Gerry mengelap air matanya, "Hehe, iya bi!"
...
*Suasana sekolah terlihat ramai. Beberapa siswa tengah bertengger apik di taman seraya menunggu bel masuk berbunyi.
Keceriaan juga canda tawa banyak terlontar. Di sepanjang jalan juga terlihat beberapa petugas kebersihan tengah menyapu dedaunan.
Lain halnya dengan remaja yang satu ini. Terlihat murung dan melamun di dalam kelas. Siapa lagi jika bukan Gerry. Remaja manis yang baru saja keluar dari geng motor itu masih saja memikirkan perihal semalam.
Huft, dia merasa bersalah telah meninju ayahnya sendiri. Tapi ... kalau tidak dicegah, mulut ayahnya sudah menyakiti hati manusia lain.
Dor
"An*ing!" kaget Gerry. Sialan, sedang asyik-asyiknya melamun malah dikagetkan oleh cecunguk.
"Hehe, sorry, bro," ucap Fadlan seraya duduk di sebelah Gerry.
"B*ngsat lo!"
"Lo kenapa pagi-pagi udah murung banget?" alih Fadlan dengan raut wajah khawatir
Remaja yang baru saja menyumpah serapahi sahabat nya itu kini menghela nafasnya lalu menaruh kepalanya di meja, "Fad, lo pernah ngerasain rasa capek yang luar biasa capek banget ga?" keluh Gerry
Fadlan mengangkat kedua bahunya, "Kayaknya enggak. Lo ... habis berantem sama daddy lo lagi, ya?" terka Fadlan
Gerry menghembuskan nafasnya, "Iya, daddy udah tau soal geng motor gua, Fad,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESSIVE DAD (ENDING)
РазноеMelihat seorang ayah posesif dengan putrinya mungkin sudah hal biasa di dunia, karena memang kodratnya seperti itu. Laki-laki menjaga perempuan. Namun, jika kalian melihat seorang ayah posesif kepada putranya? Kaget? Terkejut? Heran? Sah-sah saja se...