Matahari mulai turun dan hampir mencapai permukaan. Pukul 4 sore tepat, Rodiah, Dian, Gerry serta bodyguard pribadi mereka, Horry, juga ikut.
Setelah bangun tidur, entah darimana, ibu dua anak dan satu cucu itu mengajak ke mall untuk bersenang-senang. Sebagai anak dan cucu, mereka bertiga menuruti kemauan orang tua yang paling disayang.
Selain Rodiah, Gerry juga sangat excited sebab sudah 2 minggu terakhir dirinya tidak diizinkan keluar. Karena sakit dan perpindahan sekolahnya.
"Kita mau kemana dulu, bu?" tanya si sulung pada sang ibu
Rodiah menoleh dan tersenyum, "Kita belanja keperluan dapur dulu, tadi ibu lihat sama bi Inah, ternyata banyak yang habis,"
"Baiklah, ayo," kedua tangan Horry menggandeng Rodiah dan Gerry. Meninggalkan Diana di belakang dengan wajah masamnya.
Tidak lama mereka sampai di market khusus keperluan dapur. Rodiah menarik Diana untuk berbelanja sekalian mengenalkan pada putrinya yang sibuk tentang dapur sebelum menikah nanti.
Sedangkan Gerry dan Horry hanya menunggu di depan tanpa ada niat masuk. Tatapan pengujung benar-benar beralih pada mereka berdua. Melihat Gerry bersandar pada lengan ayahnya membuat pengujung lain berpikiran yang tidak-tidak.
"Bagaimana? Senang bisa keluar?" tangan duda anak satu itu mulai menyukar rambut anaknya.
"Senang sekali," gigi rapih Gerry tampakkan.
"Kau tidak ingin beli sesuatu, hm?" tawar Horry
Kepala Gerry menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari toko yang menjual barang yang mungkin ia minati. "Ada yang mau aku beli, lebih dari satu tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa sayang, bahkan kalau kau ingin membeli mall ini akan langsung daddy belikan," Horry membusungkan dadanya
mendengarnya mata Gerry lantas julid, "Sombong sekali, padahal hartanya titipan tuhan!"
"Baiklah-baiklah bayi, ayo kita cari barangmu, nanti aunty daddy telepon!" tangan kekarnya lalu mengangkat putranya ke gendongan koala. Walau sempat berontak Horry tetap tidak menghiraukan anaknya.
...
*"Bagaimana dad? Warna ini bagus tidak?" Gerry memutar tubuhnya guna memperlihatkan lebih detail hoodie yang dipilih.
"Apa tidak terlalu terang? Daripada hijau stabilo lebih baik warna abu-abu ini," Horry menyerahkan pilihannya.
"Tapi aku lebih suka ini daddy," puppy eyes sudah tampak jelas. Horry tidak bisa tidak luluh.
"Baiklah, kita beli semua warna saja,"
"Mas, tolong bungkus semua hoodie dengan warna yang berbeda dan ukurannya L, ya!" sambungnya
Para karyawan langsung saja mencari keinginan pembeli. Gerry hanya pasrah, tidak apa-apa, tandanya walk in closet nya akan menambah teman baru.
"24 Hoodie casual warna berbeda, total keseluruhan 14 juta 400 ribu rupiah, tuan," ucap kasir
"Eh banyak amat, beneran disini 24 warna?" tanya Gerry sedikit shock. Walaupun pernah membeli barang yang lebih mahal, tapi untuk ukuran pakaian semahal itu, Gerry juga pikir-pikir dulu.
"Ini, ambil saja 15 juta," ujar Horry dengan begitu santainya. Kartu hitam miliknya langsung ia berikan pada kasir.
"Daddy! Jangan hambur-hambur uang dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESSIVE DAD (ENDING)
RandomMelihat seorang ayah posesif dengan putrinya mungkin sudah hal biasa di dunia, karena memang kodratnya seperti itu. Laki-laki menjaga perempuan. Namun, jika kalian melihat seorang ayah posesif kepada putranya? Kaget? Terkejut? Heran? Sah-sah saja se...