Tidak terasa seminggu sudah ketua mereka tidak masuk sekolah. Tiga curut itu sudah sangat merindukan sikap dingin Gerry nya. Huft kenapa anak nakal itu selalu berulah.
"Kapan, ya, Gerry sekolah lagi?" tanya Ravil entah pada siapa
"Tau sendiri, ucapan om Horry itu mutlak, pasti Gerry udah mulai homeschooling dari kemarin," ucap Fadlan
"Iya sih, tapi, setidaknya Gerry telepon gitu dan tanyain kabar kita!" kesal Dion lalu menelusupkan wajahnya di meja.
Hening tiba-tiba melanda. Pikiran mereka melalang buana masing-masing. Entahlah, mereka hanya merasa hampa tidak ada Gerry di sisi mereka.
"Guys!" teriak Alma yang berlari menghampiri
"Tumben, ada apa, al?" Ravil menanggapi
"Gua udah menemukan pelaku yang merekam kejadian waktu itu!" ujar gadis itu senang
Lain hal nya dengan pria yang duduk di antara mereka. Wajahnya pucat pasi mendengar kabar bahagia itu. Apa waktunya sudah hampir habis? Ahh sial kenapa perempuan itu bisa ketahuan!
"Oh ya? Siapa orang itu, al?" ujar Dion semangat
"Wah gila, kita aja belum ketemu sejak seminggu yang lalu," ucap Fadlan mengapresiasi Alma yang membuat gadis cantik itu menyilangkan dada.
"Dia cewek dan satu angkatan sama kita!" ucapan Alma membuat ketiga lelaki itu mengerutkan alisnya. Satu angkatan, ya?
"Oh gua tau!" ucap Ravil mengagetkan mereka.
"Siapa, vil?" tanya Alma penasaran
"Lah lu ga tau namanya?" tanya balik Dion
"Hehe, enggak, soalnya gua dikasih tau sama temen kelas gua kalau kejadian waktu itu dia ngelihat ada yang rekam dan bet di sebelah kanannya angka angkatan kita!" mereka bertiga mengangguk
"Kalau lu mau tau siapa, ikut gua!" ujar Ravil lalu ia melengos pergi dan di ikuti oleh teman-temannya.
...
*"Ck, daddy selalu seenaknya!" sebal Gerry saat sedang sarapan yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Pagi ini adalah pagi kedua setelah Gerry keluar dari rumah sakit dan dia pikir akan sekolah hari ini karena merasa lebih baik. Namun pagi ini daddynya baru bilang kalau akan ada guru privat yang akan mengajarinya dirumah. Gerry paham apa maksud daddynya, pasti ia dipindahkan belajar dirumah atau homeschooling.
"Kenapa ga minta persetujuan Gerry dulu, emang Gerry mau belajar dirumah!?" marahnya pada sang ayah.
"Daddy tidak perlu meminta persetujuanmu atas apa yang daddy inginkan. Semuanya sudah daddy atur demi kebaikan dirimu," ucap Horry menatap tajam sang anak.
"Ini bukan untuk kebaikanku tapi daddy sendiri!" Gerry melipat kedua tangannya.
"Kau masih tidak mengerti? Ini cara daddy menyayangimu, sayang," ujar Horry bangkit dan memeluk anak itu.
Gerry yang kesal, melampiaskan itu dengan memukul-mukul dada ayahnya. Benar-benar egois, selalu saja alasannya kasih sayang. Ia muak kalau terus begini!
Merasa sang anak mulai tidak terkontrol Horry menggendong bayinya dan mengusap punggung nya, "Tenanglah baby, daddy minta maaf, okay?"
"Hiks ... daddy jahat! selalu jahat sama hiks Gerry!" racau Gerry dalam tangisnya
"Iya sayang, daddy jahat, maafkan daddy, ya," ujarnya menenangkan sang anak. Pria itu menimang ke kanan dan kiri seolah tengah menidurkan bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSESSIVE DAD (ENDING)
De TodoMelihat seorang ayah posesif dengan putrinya mungkin sudah hal biasa di dunia, karena memang kodratnya seperti itu. Laki-laki menjaga perempuan. Namun, jika kalian melihat seorang ayah posesif kepada putranya? Kaget? Terkejut? Heran? Sah-sah saja se...