SEARCH FOR THE CURRENT

3.3K 203 18
                                    

Senyum terus merekah. Aura bahagia begitu terpancar di wajah Gerry. Oh ayolah, confess nya membuahkan hasil.

Bahkan tadi dia sampai membayar seluruh pesanan kantin saking bahagianya diterima oleh Alma. Gadis yang membuat nya jatuh cinta pertama kali.

Gerry melanjutkan langkahnya masuk ke dalam mansion. Senyum itu masih apik menempel di wajahnya. Seolah tidak sadar bahwa hidupnya sudah di ambang kematian.

Sampai di ruang tamu, tubuh Gerry menegang. Disana ada tubuh besar daddy nya tengah duduk membelakanginya. Oh astaga, aura kemarahan kenapa begitu kental sekali? Apa daddy nya tau soal confess tadi? Seperti nya dia sudah menyadap cctv kantin serta menyuruh siswa-siswi untuk tidak mengeluarkan handphone. Atau ... ada yang tidak terjangkau oleh mata nya? Sial!

"Sudah pulang, hm?" Pria itu bangkit dan menghampiri anaknya yang tengah mematung

"Tidak bertemu denganku sehari kau mendadak bisu, sayang?" tangan kekar itu mulai mencengkram kuat dagu Gerry

Mau tak mau Gerry mendongak dan menatap ayahnya. Ya Allah, mata daddy nya seperti ada kilatan merah seperti di komik-komik. Apa kehidupan bebasnya berakhir hari ini?

"T-tidak, daddy," ujar Gerry

"Ah masih berfungsi? Apa ingin daddy buat tidak berfungsi saja? Biar bayiku ini tidak macam-macam lagi!?" Mata Gerry mulai berkaca-kaca. Sepertinya yang ia bayangkan tadi pagi akan terjadi.

Melepas tangannya. Tanpa aba-aba Horry langsung menyeret anak itu ke ruang bawah tanah. Tempat yang tidak pernah Gerry tau.

Sampai disana Horry langsung membanting anaknya ke arah tembok. Tubuh Gerry langsung lemas. Bahkan ini lebih sakit daripada ia tawuran dengan sekolah lain.

Sepatu pantofel yang mengkilap kini berada di atas tubuhnya. "Kau tau apa kesalahanmu, baby?" Gerry mengangguk

"Lantas kenapa kau lakukan, sayang, hm? Kau senang sekali membuat daddy harus menghukum dirimu, ya? Baiklah akan daddy beritahu bagaimana daddy menghukum tikus-tikus pencuri di kantor!" smirk terbit di bibir Horry. Pria itu keluar dan mengunci ruangan dari luar. Gerry yang ketakutan hanya meringkuk di dekat tembok.

Beberapa saat kemudian ayahnya kembali membawa sebuah tali, kursi, tongkat bisbol, dan entah apa benda kecil yang terlihat di kantungnya.

"D-daddy j-jangan," tubuh Gerry bergetar hebat. Sial dia bahkan tidak bisa membayangkan seberapa sakitnya tangan kekar itu memukulnya menggunakan tongkat. Di cengkram dengan tangan kosong saja terkadang Gerry sampai berdarah.

"Kenapa,  hm? Bukankah kau yang menginginkan ini? Kau ingin daddy menghukum dirimu bukan? Akan daddy turuti, kau tenang saja, honey." tekan Horry di setiap kata

"Duduklah dan santai," pinta Horry setelah menaruh kursi. Gerry menurut. Lalu tali mulai di ikat di tubuhnya.

"Siap? Jangan pingsan, ya? Kalau pingsan hukumanmu bertambah 5 kali lipat, paham?" smirk itu semakin lebar. Horry mulai mengepal tangannya kuat.

Bugh

Bugh

Bugh

"Homerun, daddy mencetak skor tinggi," wajah Gerry langsung berdarah setelah dipukul 3 kali. "Baiklah, cukup untuk wajah kini bagian punggung, ya?" Horry membuka ikatan itu lalu memborgol tangan Gerry

"Berbalik, sayang, daddy akan memberikan hal indah yang tidak akan pernah kau ingin ulangi," kini kepalan tangan itu berubah jadi cengkeraman tongkat bisbol.

BUGH

BUGH

BUGH

"HITUNG!"

MY POSESSIVE DAD (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang