FINALLY REVEALED

1.5K 107 23
                                    

Sesuai dengan yang diucap Rodiah semalam. Gerry pagi ini kembali bersekolah. Dan kalian tau, sejak subuh tadi anak itu sudah sangat bersemangat bahkan sampai membangunkan daddynya yang masih di alam mimpi. Dan kini anak itu sudah duduk apik di ruang makan.

"Ingat, jangan nakal di sekolah dan ikuti apa yang om Dain katakan, mengerti?" tegas Horry seraya menyuapi si bayi

"Iya daddy, sudah 30 kali kayaknya daddy ngomong begitu, Gerry sudah besar, jangan khawatir bro!" Gerry memberikan tos pada dada Horry

"Karena daddy tau anak daddy ini keras kepala, makanya daddy bawel sama kamu," Horry menggesekkan hidungnya pada Gerry.

"Ung~ Gerry tidak keras kepala!" bantahnya

"Lalu yang selama daddy hukum itu siapa? Tikus dirumah?" Gerry mengembungkan pipinya. Dengan gemas, Horry terus menoel-noel pipi itu.

"Sudahlah, kau ini tidak habis-habisnya menganggu cucuku," Rodiah memutar malas matanya. Namun tak ayal dirinya tersenyum melihat interaksi si sulung. Ahh dirinya jadi ingat mendiang suami.

"Ini bekal untuk keponakan aunty!!!" teriak Diana dari arah dapur. Dia berjalan seraya membawa kotak bekal berbentuk hati berwarna hijau. Di tutupnya Diana sengaja berikan foto modelnya, dia bilang agar Gerry selalu ingat kalau makanan yang ada di kotak bekal adalah masakannya.

"Astaga, kamu taruh apa dek itu di atas tutupnya? Foto modelmu, ya?" Horry cukup shock melihatnya. Memang hasilnya bagus dan adiknya cantik, tapi buat apa!? Gerry disuruh pamerkah punya tante yang bekerja sebagai model!? Norak!

"Kenapa sih mas, ini tanda cinta aku untuk keponakan kesayanganku. Fotonya sengaja aku taruh biar keponakan aku akan selalu ingat sama auntynya hehe," Diana menyodorkan kotak bekal itu. Rodiah hanya menepuk jidat. Ya Allah, tolong.

"Jangan dibuang atau tidak dihabiskan, aunty buat ini dari jam 4 subuh loh tadi!" sambungnya

Gerry hanya tersenyum kuda. Huft, sudah dia bilang bukan kalau keluarganya gesrek? Ini buktinya. Tapi, tidak apa, jarang juga dia membawa bekal.

"Terimakasih, ya, auntyy!" ciuman di pipi tidak lupa Gerry berikan. Tanda terimakasihnya atas bekal yang agak ... norak ini.

"Sudah, ayo berangkat," Horry membawa anaknya keluar.  Di depan sana sudah ada Dain—bodyguard pribadi Gerry—menunggu mereka.

"Hati-hati, ya, sayang, jangan malas belajar dan jangan nakal, paham!?" tutur Rodiah. Gerry mengangguk-angguk. Bosan sudah dengan wejangan yang sama.

"Jangan lupa dihabiskan, bekalnya, ya!!!" Diana melambaikan tangannya melihat keponakannya sudah masuk ke dalam mobil.

"Kita berangkat, tuan,"

...
*

"Dengar apa yang daddy ucapkan?" tanya Horry

Kedua tangan si kecil menangkup pipi sang ayah. "Gerry dengar daddy, jangan khawatir, lagipula ada om Dain,"

"Daddy tetap khawatir, sayang," mendengar itu, kecupan-kecupan Gerry layangkan di seluruh wajah Horry. Mencoba menenangkan apa yang daddynya khawatirkan.

"Sudah, daddy sekarang berangkat kerja, Gerry mau masuk ke dalam. Bye-bye my hero, love you so much!!!" anak itu berlari ke dalam meninggalkan Dain yang masih diberi wejangan oleh Horry.

MY POSESSIVE DAD (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang