CHAPTER 12

178 17 0
                                    

Pagi harinya, aku membuka pintu kamarku dan melihat kedua orang tuaku sudah sibuk mengurus barang-barang yang akan lebih dulu di kirim.

"Ayah.. Ibu... aku sudah memutuskannya"ucapku lalu membuat kedua orang tuaku menatapku penuh harap.

Kami bertiga pun duduk di ruang keluarga bersama "Aku... akan tinggal di Jepang"jawabku penuh kebulatan aku memutuskan untuk tetap bertahan di Jepang walaupun seorang diri.

"Luna..."Ibuku mencoba untuk merayuku.

"Ibu, kita punya banyak kerabat baik disini. Ada Tante Keyla, ada Tante Mizuka, ada anak-anak di panti asuhan dan juga para lansia yang membutuhkanku di panti jompo. Bagaimana bisa aku meninggalkan mereka?"ucapku sebelum Ibuku mulai merayuku.

Kedua orang tuaku memandangku dengan senduh seakan menyayangkan keputusanku.

"Aku juga akan sering pulang ke Indonesia. Aku janji"tambahku sambil mengancungkan tanganku sebagai bentuk perjanjianku dengan mereka.

"Kamu yakin?"Tanya Ayahku. Dengan cepat aku mengangguk "Ayah dan Ibu sudah mengajarkanku menjadi sangat mandiri jadi kalian tak perlu khawatir karenaku"jawabku tersenyum lebar mencoba menyakinkan mereka kalau aku akan baik-baik saja. Ya, aku yakin aku akan baik-baik saja.

Ibuku menghela napas panjang "Baiklah kalau itu keputusanmu. Ibu akan mendukung. Lagipula Luna sangat ingin berkuliah di Tokyo University dan dia sudah mendapatkan beasiswa, kenapa kita harus melarangnya"ujar Ibuku yang memahamiku. Aku tersenyum menganggu mendengarnya berbicara.

"Dengan perjanjian, jangan lupa untuk mengabari kami dan jangan lupa ke Indonesia di waktu selangmu"ucap Ibuku lagi dengan menatapku tajam.

"SIAP!"ucapku tersenyum lebar di depan Ibuku lalu melihat Ayahku yang tersenyum bangga padaku, sepertinya dia juga menyetujui keputusanku.

Aku pun membantu mereka berdua untuk memasukkan barang-barang berharga ke dalam dos besar yang sudah disiapkan. Perlahan aku menyadari tak lama lagi rumah ini akan cukup kosong.

"Kami hanya akan membawa beberapa barang antik milik Ayahmu, dan sisanya kami tinggalkan untukmu"ujar Ibuku yang sepertinya mampu membaca pikiranku.

Aku tersenyum lega lalu mengangguk penuh semangat.

Bel pintu berdering cukup nyaring "Sepertinya itu orang yang akan membawa barang kita"ucap Ayahku disela kesibukannya.

"Aku akan membukakan pintu"seruku bergegas menuju pintu rumah.

Aku membuka pintu dengan penuh semangat "Selamat datang..."ucapku kepada si tamu yang tiba-tiba membuatku hampir jantungan. Dia bukan orang yang dimaksud Ayahku, tapi.. tapi dia adalah Yuki Ishikawa. Pria itu datang dengan pakaian yang kasual namun terlihat rapi untuk ditunjukkan kepada orang di rumahku. Aku melongok menatapnya dengan kaget namun aku lebih sadar dengan penampilanku pagi ini. Aku hanya memakai piyama doraemon berwarna biru untung saja piyama yang aku pakai berlengan panjang, well.. aku tak begitu menyukai pakaian yang sangat terbuka. Namun permasalahannya adalah di wajah dan rambutku. Aku hanya mengikat rambut panjangku dengan sembarang arah lebih berantakan dibanding semalam, dan muka baru bangunku. OMG!!

Yuki melihatku dengan juga pandangan terkejut, aku tahu dia pasti kaget dengan penampilanku yang sangat amburadul di pagi hari. Seharusnya seorang wanita sudah terlihat cantik, wangi dan rapi di pagi hari, namun berbeda dengan aku.

"Apa yang kamu lakukan disini?"tanyaku pelan agar kedua orang tuaku tak mendengar.

"Menunjukkan keseriusanku"ucapnya dengan polos.

"Apa?"

"Aku hanya punya waktu hari ini dan besok selama seminggu aku akan latihan lagi, jadi aku ingin menggunakan waktuku untuk bertemu dengan kedua orang tuamu dulu"jawabnya dengan jujur. Aku tak berhenti melongok mendengar jawabannya yang rasanya mustahil untukku. Sama sekali tak ada pikiran kalau Yuki akan pergi kerumahku di pagi hari.

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang