CHAPTER 17

149 16 0
                                    

Benar saja, pagi harinya pukul 6 pagi, Yuki sudah menjemputku. Untung saja aku sudah dalam keadaan sudah bersiap, aku tak ingin mengulang kejadian dimasa lalu saat aku memakai piyama dan sama sekali tak mencuci muka ketika ia datang ke rumah. Pria itu memakai outfit yang rapi, menggunakan kemeja yang kasual berwarna hitam.

Setibanya kami di bandara, aku meminta Yuki untuk menunggu kami di mobil berhubung orang-orang dibandara cukup padat walaupun di pagi hari.

Aku menunggu kedatangan Bibi dan adik sepupu yang bernama Rey di depan pintu kedatangan. Sekitar 15 menit menunggu, aku pun tersenyum sambil melambaikan tangan saat melihat Bibi Tyas bersama Rey sudah keluar.

"Bibi!!"ucapku sambil memeluknya erat. Aku dekat dengan Bibi Tyas karena sewaktu aku masih kecil Bibi Tyas sempat tinggal di Jepang selama lebih dari setahun dan merawatku.

"Hai Ray!"sapaku kepada laki-laki yang baru saja menginjak umur 19 tahun. Adik sepupuku ini lebih ke introvert dan tak begitu banyak mengobrol denganku. Mungkin karena kami tak begitu memiliki topik yang seru baginya.

"Bibi sangat merindukanmu Luna"

"Aku juga Bi"

"Kamu terlihat berisi sekarang"

Aku tertawa "Aku banyak makan akhir-akhir ini"

Bibi Tyas pun tertawa mendengar jawabanku yang sama sekali tak merasa tersinggung dengan komentar mengenai badanku yang naik. Aku memang tak mempermasalahkan hal itu selama barat badanku masih normal dan tidak obesitas. Aku juga tak begitu menyukai badan yang terlalu ramping, sangat tak cocok untukku.

"Ayoo...."ujarku sambil merangkul lengan Bibi Tyas sedangkan Ray sibuk mendorong troly koper.

Yuki sudah menunggu kedatangan kami di parkiran lalu dia membantu Ray mengangkat koper ke dalam bagasi mobil. Bibi Tyas dari tadi memerhatikan Yuki yang bersikap sopan di depannya "Pacar kamu ya Lun?"tanyanya. Bibi Tyas memang orang yang sangat perfeksionis dan sangat teliti. Dia perlu menilai orang sedalam mungkin sebelum menarik kesimpulan apakah orang itu baik atau tidak. Aku langsung merasa salah membawa Yuki untuk bertemu dengan bibi Tyas kali ini. Terlalu dini untuk Yuki dinilai oleh Bibiku. Apalagi aku sadar kalau Bibi Tyas dan Ray memang sudah lancar berbahasa jepang. Karena Bibi Tyas sempat tinggal di Jepang sedangkan Ray telah mengikuti les bahasa jepang atas permintaan Ibunya.

"Teman dekat"jawabku dan aku tahu kalau Yuki mendengarku.

"Nama saya Yuki Ishikawa"ucap Yuki mengenalkan dirinya.

"Dia kan atlet jepang"seru Ray yang ternyata tau tentang Yuki.

"Benarkah?"tanya Bibi yang terkejut.

"Ahh.. sebaiknya kita bicara di mobil saja"seruku menyuruh mereka untuk masuk ke dalam mobil.

Di dalam perjalanan, aku diam-diam melirik Yuki yang fokus menyetir. Tak terlihat rasa gugupnya padahal aku sudah terlihat gugup.

"Apa nanti aku bisa berfoto denganmu?"seru Ray yang melakukan pendekatan kepada Yuki.

"Tentu saja"jawab Yuki tersenyum.

"Ahh... bibi ingat, beberapa waktu lalu, Ibumu menceritakan kalau ada pria yang datang ke rumah. Apa itu Yuki Ishikawa?"Tanya Bibiku bersuara.

Yuki meringis malu "Itu benar saya"jawabnya.

"Jika sudah datang menemui orang tua perempuan, berarti pria itu memang sungguh-sungguh"Komentar Bibi Tyas lalu dianggukan oleh Yuki sedangkan aku terdiam malu.

"Ey... mana mungkin kak Luna menolaknya?"gerutu Ray dan aku langsung tertegun mendengarnya sedangkan Yuki sedang menahan tawa "Kakak akan dibenci seluruh warga jepang jika menolak kebanggaan jepang"lanjutnya dengan wajah serius namun terdengar sedang bercanda.

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang