CHAPTER 16

155 16 0
                                    

Di Rabu siang, aku baru saja menyelesaikan pertemuanku dengan Professor Tanaka di Tokyo University untuk membahas mengenai rencana penelitianku saat aku mulai berkuliah disana. Professor Tanaka sangat mendukung penuh ide yang aku jelaskan padanya bahkan dia mendukungku impianku yang ingin menjadi sukarelawan di negara rawan perang atau negara yang membutuhkan sukarelawan untuk membantu, setidaknya sekali dalam seumur hidupku aku harus merasakan pengalaman itu.

Jika boleh jujur, ada perbedaaan yang besar saat Yuki melakukan pendekatan padaku dengan sekarang saat kami memutuskan untuk berteman. Pria itu tak begitu intens menghubungiku bahkan biasanya sekali seminggu atau 3 kali dalam sebulan. Sedangkan aku, aku sering mengirimkan pesan untuk menyemangatinya,tanpa ia tahu aku cukup tahu mengenai jadwalnya karena aku telah mengikuti banyak fanpage di twitter. Aku masih penggemar berat pria bernomor punggung 14.

Selama 2 bulan setelah memutuskan untuk berteman, sebenarnya aku banyak mencari video-video lama Yuki dan saat aku menonton aku tahu betapa keras perjuangan Yuki sejak dulu sampai mencapai kesuksesan seperti ini. Impiannya menjadi atlet dunia benar-benar terwujud dan dia sangat pantas mendapatkannya. Beberapa video yang aku nonton menunjukkan Yuki yang merasa kesulitan di tahun pertamanya hidup di Italia, saat dia masih SMA dan beberapa kali terlihat menangis seperti anak kecil. Benar kata Azumi, Yuki membutuhkan orang yang mampu menjadi sandarannya kali ini, dan selama itu juga aku merasa bahagia apabila dia menjadikanku sandarannya walaupun kali ini kami hanya berteman.

Aku juga mengingat ucapan pria itu sebelum beberapa hari yang lalu walaupun kami hanya berteman sebenarnya dibalik pertemanan kami, dia sedang berusaha menjadi orang yang pantas untukku, jadi... jika aku tak berusaha menjadi orang yang pantas untuknya juga, rasanya aku sangat egois dan jahat.

Di sore harinya, aku memang janjian dengan Yuki bertemu. Aku menyuruhnya untuk menjemputku di kampus Chuo karena kebetulan aku memang baru saja selesai bertemu dengan Professor Takahashi. Aku juga terkejut saat pria itu ingin bertemu denganku padahal aku tahu beberapa hari lagi dia akan disibukkan dengan pertandingan turnamen se asia yang untungnya diadakan di Tokyo.

Dari kejauhan, aku melihat Yuki keluar dari mobilnya. Pria itu memakai jaket hoodie putihnya merek dascente produk jepang yang menggunakan Yuki sebagai modelnya. Bahkan pria itu hampir tiap hari menggunakan produk dari descente, dia sangat setia dengan produk itu.

Suasana di kampus pada sore hari memang tak ramai, dan kami pun tak harus menyembunyikan pertemuan kami karena kami hanyalah berteman, pikirku.

"Selamat sore"sapaku tertawa kecil dengan canggung melihatnya duduk di sampingku "Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu?"tanyaku.

Yuki ikut tertawa kecil mendengar pertanyaanku "Aku mungkin akan dikira sombong jika tak bertemu denganmu setelah seminggu tak menghubungimu"

"Tenanglah.. aku bukanlah teman yang protective"Jawabku lalu menyodorkan sandwich yang aku beli sebelum aku datang ke kampus. Dengan senang hati, Yuki menerima pemberianku dan langsung memakannya dengan gigitan besar "Belum makan?"tanyaku.

"Belum. Aku baru selesai dari meeting dengan coach"jawabnya

"Kenapa belum makan? Orang sepertimu perlu makan banyak"

"Orang sepertiku?"tanyanya tertawa.

Aku mengangguk "Karena kamu seorang atlet"

"Ngomong-ngomong, apa kamu tidak tertarik untuk berolahraga denganku?"Tanya dengan tersenyum iseng.

"Tidak tertarik. Ahhhh.. bukan keahlianku bidang olahraga. Bahkan saata aku sekolah dulu, nilai olahragaku sangat buruk"

"Bagaimana dengan voli?"Tanyanya lagi.

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang