CHAPTER 11

172 16 0
                                    

Seminggu usai aku balik dari Italy, aku melakukan rutinitasku seperti biasanya. Dan hubunganku dengan Yuki berjalan lebih baik dari sebelumnya. Kami saling mengirim pesan di waktu luang kami walau pun tak setiap hari apalagi kami harus menyesuaikan waktu di jepang dan italiy. Aku sempat berpikir, apa aku terlalu jauh melangkah sehingga aku bahkan merasa aku sudah memiliki hubungan yang spesial dengan pria itu padahal aku baru saja menolaknya minggu lalu. Tapi hati kecilku rasanya tak ingin berbohong kalau aku selalu menunggu pesan atau video callnya. Banyak hal yang kami bicarakan mengenai hal yang kami sukai dan tak sukai.

***

5 bulan kemudian kemudian..

Aku baru saja menyelesaikan penelitianku sebagai tugas akhirnya di kampus. Sebelumnya aku bertemu dengan Professor Takahashi, dia menawariku untuk melanjutkan studi di Tokyo University dan memberikanku semacam beberapa dokumen yang dapat memudahkanku untuk mendaftar dan mengikuti tes. Sejak jauh hari, aku memang sudah menyiapkan diri untuk lanjut kuliah setelah lulus S1 dan aku sangat bersyukur Professor juga mendukung langkahku.

Tak terasa aku akan segera menamatkan kuliah di Chuo University. Kampus ini benar-benar penuh dengan kenangan apalagi jika aku harus mengingat kantin belakang, pertemuan pertamaku dengan Yuki. Entah mengapa jika aku mengingatnya, rasanya aku ingin ketawa membayangkan betapa gugupnya aku waktu itu. Hubunganku dengan Yuki masih sebatas teman dan kami berusaha semampu kami untuk meluangkan waktu untuk saling menanyakan kabar. Namun beberapa bulan ini, aku tak begitu intens mengirimnya pesan lebih dulu, karena aku begitu sibuk dengan penelitianku yang benar-benar membuatku hampir lupa waktu, namun pria itu tetap dengan intens mengirimkan pesan padaku.

Tak ada satu pun pesan yang terkesan kalau pria itu sedang menggodaku. Tidak ada satu pun yang coba ia ungkit mengenai hubungan pertemanan kami. Rasanya dia bersikap dewasa dan begitu bijak.

Terakhir kabar yang aku tahu, hari ini dia akan kembali ke Jepang setelah menyelesaikan season superleague. Dan aku dapat informasi dari Azumi, kalau tim nasional jepang akan mengadakan friendly match sebelum memulai liga internasional yang akan diadakan FivB beberapa bulan kemudian.

Awalnya aku menawarkan diri pada Yuki untuk menjemputnya di bandara, namun katanya akan ada beberapa wartawan di bandara yang akan menyambutnya. Aku hampir lupa kalau Yuki Ishikawa di Jepang adalah seorang superstar.

Aku pulang pukul 7 malam setelah kembali dari Panti asuhan tempatku menjadi sukarelawan. Aku menghabiskan waktuku untuk bermain bersama anak-anak untuk menghilangkan overthinkingku tentang Yuki yang datang hari ini namun aku belum menerima pesan darinya. Sepulangku di rumah, aku melihat Ayah dan Ibuku sepertinya sudah menungguku pulang. Aku tersenyum kepada mereka berdua dan menyadari dari ekspresi mereka kalau ada yang ingin mereka sampaikan padaku, sesuatu yang serius.

"Luna, bisa bicara sebentar?"tanya Ibuku, Amy Hinata.

"Bahkan boleh jika lama"jawabku tersenyum lebar lalu menghampiri kedua orang tuaku di meja makan. Aku melihat satu per satu raut wajah mereka yang serius "Ada apa? Kenapa kalian terlihat begitu serius?"

Ayahku menghela panjang dan terdengar berat, ia tak berani menatapku.

"Ada apa Ayah?"

"Ayah baru saja mengundurkan diri dari pekerjaan Ayah"Jawabnya dan membuat senyumanku menghilang seketika "Ayah dan Ibu memutuskan untuk tinggal di Indonesia"tambahnya dan aku semakin serius mendengarkannya.

"Minggu depan kita akan pindah"seru Ibuku melanjutkan.

Mereka berdua tahu mengatakan hal ini kepadaku akan sangat berat karena aku begitu jatuh cinta dengan kehidupanku di Jepang sekarang ini.

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang