CHAPTER 37

459 20 1
                                    

Setelah makan malam kami dan pembicaraan kami tadi, aku memutuskan untuk ke kamar Yuki. Aku mengetuk pintu kamarnya lalu membuka pintu. Aku melihatnya sedang memainkan handphonenya seakan sedang sibuk membalas pesan seseorang.

"Kamu sedang membalas pesan siapa?"tanyaku dengan mata yang menyipit.

"Ibuku. Dia menanyakan dirimu"jawabnya lalu memberikan ruang padaku untuk duduk di sampingnya "Aku bilang, kamu sangat sehat. Dan juga dia sangat terkejut saat aku mengatakan padanya kalau kamu akan melanjutkan pendidikanmu"

Aku tertegun sejenak sambil memandanginya "Apa kamu marah dengan keputusanku?"

Yuki terdiam untuk beberapa saat "Berapa lama untuk menempuh pendidikan itu?"tanyanya sambil memandangiku.

"Sekitar 3 tahun"jawabku.

Pria itu menghela panjang "Aku sangat tak menyangka mencintai wanita yang sangat menyukai belajar"gerutunya namun masih terlihat ada tatapan kekecewaannya padaku "Dimana kamu berencana untuk kuliah lagi?"tanyanya sekali lagi.

"Hmm... awalnya aku ingin belajar ke luar negeri"jawabku dan aku langsung menerima pandangan tak suka dari Yuki tentang rencanaku itu.

"Aku tak setuju dengan rencanamu itu"potong pria itu lantang "Dengar, kamu pasti akan bilang padaku kalau aku jahat karena tak setuju dan tak mendukungmu, tapi aku benar-benar tak ingin waktu kita semakin terbatas"jelasnya.

Aku pun merangkul tangannya "Aku pun seperti itu"kataku "Setelah kita tak bertemu untuk waktu yang lama, aku banyak memikirkan ini semua. Jadi.. aku memutuskan untuk kuliah lagi di Tokyo University"

Perlahan Yuki melihatku dengan senyuman yang mulai melebar "Yang benar?"tanyanya memastikan.

Aku mengangguk "Iya"

Pria itu akhirnya tersenyum lebar lalu mengecup keningku "Aku sangat bangga padamu"

"Padahal tadi kamu menggerutu kesal karena memiliki wanita yang suka belajar sepertiku"Balasku lalu Yuki tertawa malu "Maksud perkataanku, aku tak salah memilih wanita sepertimu"

"Kamu akan tidur disini?"tanyanya lagi.

Aku langsung memukul pundak Yuki atas pertanyaannya "Orang tuaku menganut sistem penjagaan ketat. Mereka takkan membiarkanku tidur dengan pria yang belum menjadi suamiku"

Yuki tertawa lalu mengangguk "Aku mengerti"

"Sepertinya kehidupanmu di Italy, benar-benar membuat pikiranmu semakin bebas"

"Tidak. Bukan seperti itu"ujarnya tertawa.

"Apa ada tempat yang ingin kamu datangi bersamaku besok?"tanyaku.

Yuki menggaruk kepalanya seakan bertingkah aneh lalu ia mengangguk "Aku menyiapkan sesuatu untukmu"jawabnya. Aku perlahan tersenyum dan tak sabar menunggu kejutan yang diberikan Yuki untukku.

***

Keesokan harinya, aku bersama Yuki dan keluarga besarku mengantarkan Risa, Andre dan keluarga Andre ke Bandara. Sekarang giliran Risa yang menuju kampung halaman Andre. Mereka akan menghabiskan waktu sebulan untuk tinggal di Canada.

Ibuku tak berhenti menangis karena sedih bercampur bahagia atas kebahagaan putri pertamanya. Ibuku tak pernah melepaskan tangan Risa bahkan saat Risa sudah harus menuju pintu gate. Walau sebelumnya, Ayah dan Ibuku berhubungan jarak jauh dengan Risa, namun kali ini rasanya berbeda. Kali ini, Ayah dan Ibuku harus melepaskan Risa karena Risa sudah menjadi tanggung jawab Andre, bukan mereka lagi. Dan itu pun membuatku merasa sedih.

Yuki yang berdiri di sampingku menyaksikan dua keluarga besar yang harus terpisah oleh jarak dan waktu "Bagaimana jika kita nanti ada di posisi mereka?"bisik Yuki di saat aku begitu fokus melihat Ayah dan Ibuku melepaskan Risa.

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang