CHAPTER 19

151 14 0
                                    

Keesokan paginya, aku bangun sangat telat pukul 10 pagi. Bibi Tyas sudah pergi bersama Ray dan telah menyiapkan sarapan pagi untukku. Hari ini aku masih tak bersemangat untuk kuliah, untung saja jadwal kuliahku hanya satu di hari ini. Ku lirik di meja makan ada catatan kecil yang sengaja ditulis oleh Bibi Tyas untukku.

Jika Bibi masih mendengarmu menangis lagi,Bibi akan interogasi dirimu!

Aku tertawa kecil membacanya lalu membuka hidangan yang tampaknya enak dari Bibi Tyas. Aku pun duduk di meja makan menikmati spaghetti buatan Bibi Tyas dan segelas air susu hangat. Aku masih bisa merasakan mataku yang bengkak, dan aku masih merasakan hatiku terasa sakit dan sepertinya belum ada obat yang dapat menyembuhkan.

Sepertinya aku sudah sangat membencinya dan tak ingin bertemu dengannya lagi. Bagaimana bisa selama ini dia membohongiku dan masih berhubungan dengan wanita lain disaat dirinya selalu bilang padaku dia ingin serius denganku, pria seperti ini tak bisa dipegang omongannya.

Setelah sejam lebih duduk di meja makan sambil menggerutu dalam pikiranku sendiri, aku mendengar bel rumahku berbunyi. Aku segera membuka pintu rumahku dan melihat Azumi. Tanpa menyapa, Azumi langsung menarik tanganku untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?"tanyanya terlihat mencemaskanku.

"Aku... aku kemarin menjenguk Yuki di rumah sakit"

"Lalu?"

"Lalu, aku melihat kondisinya, dan... dan aku bertemu dengan Asana"

"Apa?? Kamu tidak bohong kan Lun?"

Aku menggeleng.

"Asana, pianis cantik itu? Kenapa dia ada disana?" Azumi melototiku dengan serius.

Sejenak aku terdiam "Aku lihat dia sedang berduaan dengan Yuki, dan sedang menyuapi pria itu"

"OKE FIX! Lupakan dia!" Azumi terlihat sangat emosi. Suaranya tak disadarinya meninggi dan matanya memancarkan amarahnya "Lupakan pria seperti itu! Walaupun dia atlet terkenal, tapi dia tak pantas membohongimu seperti ini!"lanjutnya kesal.

Aku menghela napas mengangguk "Aku sudah bilang padanya kalau aku tak ingin bertemu dengannya."

Azumi langsung menepuk pundakku dan menatapku serius "Hebat kamu!"ucapnya.

Aku terkekeh melihat sahabatku yang sepertinya lebih terlihat patah hati dibanding diriku. Namun berkat kehadirannya, aku merasa menjadi lebih kuat lagi, dan sepertinya aku bisa melewati semua ini bersamanya. Aku langsung memeluk Azumi dengan erat.

"Tenanglah Luna, kamu akan menemukan pria yang lebih baik"serunya dan aku mengangguk setuju.

***

Setelah 2 hari berdiam di rumah, aku akhirnya kembali melanjutkan aktivitasku kembali. Dan sebelum itu aku singgah untuk membeli handphone baru. Handphoneku sudah benar-benar tak bisa diperbaiki namun aku sedikit bersyukur jadi Yuki tak lagi bisa menghubungiku. Aku memilih iPhone berwarna kuning sesuai warna kesukaanku.

Di dalam bus aku sibuk menghubungi orang-orang terdekatku untuk memberitahukan nomor baruku, terutama orang tuaku yang sangat sulit menghubungiku dan untung saja ada Bibi Tyas di rumah yang bisa ditanyai keadaanku.

Perjalanan dari rumahku ke Universitas Tokyo memakan waktu 3 jam lebih dan aku sudah kelelahan berjalan dari halte ke halte lalu naik kereta bawah tanah. Oleh karena itu, aku berpikir untuk mencari rumah kos. Aku sudah janjian dengan Bibi Tyas pukul 2 siang setelah kelas akhirku selesai dan Bibi Tyas sudah menungguku di depan kampus.

"Apa Bibi sudah lama menungguku?"tanyaku merasa tak enak dan bersalah karena meminta bibiku ini untuk menemaniku.

"Tentu saja tidak, bibi baru saja sampai"jawab Bibi Tyas sambil tersenyum kepadaku "Ayo kita cari kos untukmu"tambahnya. Aku mengangguk dan merangkul lengan bibiku dengan erat.

Kami berdua berjalan di beberapa lorong dekat kampus untuk mencari kos untuk mahasiswa yang cocok buatku. Sekitar 5 tempat yang telah kami kunjungi namun bagi Bibi Tyas kelima tempat itu masih tak cocok untukku, aku hanya mengikuti kemauan bibi Tyas, karena aku tahu bibi Tyas ingin yang terbaik untukku.

Sekitar sejam lebih berkeliling, akhirnya bibi tyas menemukan tempat yang ia idam-idamkan. Aku takjub dengan pilihan bibi Tyas yang benar-benar bagus, letak kos itu hampir dekat dengan jalan utama hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk jalan kaki, lingkungan yang bersih, ruangan dengan beberapa petak yang luas cocok untuk ditinggali perempuan.

"Deal Luna?"tanya Bibi Tyas tersenyum lebar padaku.

"Deal!"jawabku senang.

***

Berhari-hari, aku disibukkan dengan kegiatanku pindah rumah. Aku dibantu oleh Azumi, Ray, dan Bibi Tyas mengisi banyak barang ke dalam kosku.

"Woah, ini cukup besar untuk ditinggali satu orang"komentar Azumi "Bibi, sangat hebat memilihnya"Lanjutnya yang tersenyum manis ke bibi Tyas. Azumi memang orang yang mudah akrab dengan siapapun tak terkecuali bibi Tyas. Kedua orang itu tampak sudah sangat akrab, bahkan aku terkejut melihat Azumi lebih akrab dengan Ray dibanding diriku yang adalah sepupu Ray.

"Azumi, kalau kamu mau mencari kos, panggil bibi saja"ujar Bibi Tyas bercanda.

Azumi tertawa "Aku akan lulus Bi"jawabnya.

Kami telah selesai mendekor ruangan tempatku tinggal "Terima kasih atas bantuan kalian"ucapku membungkuk 90 derajat kepada ketiga orang yang telah membantuku.

"Kak, aku lapar"seru Ray dengan suaranya yang berat.

Beberapa lama kemudian, kami berempat singgah di restoran ramen dekat kosku. Aku melihat Ray begitu lahap makan, bahkan Azumi melongok melihat sepupuku.

"Ray, bagaimana kuliahmu?"tanya Azumi.

"Ah, kalian memiliki jurusan yang sama kan Arsitektur"seruku yang baru menyadari Azumi dan Ray mengambil arsitektur. Mungkin itulah alasan keduanya lebih dekat denganku, karena mereka memiliki banyak topik pembicaraan.

"Untuk semester awal, tampaknya lebih mudah"jawab Ray malu karena tak ingin Ibunya menggurutinya.

"Ray adalah anak yang sangat pintar mendesign apapun di komputernya, makanya bibi sangat mendukungnya untuk terjun di dunia arsitektur"lanjut Bibi Tyas yang sangat bersemangat jika membahas tentang anaknya. Bagi bibi Tyas, Ray adalah harapan keluarga mereka mengingat Ray adalah anak tunggal.

"Aku sudah yakin kalau Ray memiliki potensi di bidang itu"ucapku.

Azumi tersenyum "Ray, kalau kamu kesulitan akan sesuatu, kamu bisa menghubungiku. Kamu punya nomorku,kan?"tanyanya.

Perlahan Ray mengangguk.

"Terima kasih banyak Azumi"ucap bibi tyas

"Sama-sama Bibi"balas Azumi tersenyum.

-TO BE CONTINUE-

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang