CHAPTER 34

148 17 3
                                    

Pernikahan Risa digelar di Bali, tepat seminggu setelah olimpiade berakhir, tepatnya setelah pertemuanku dengan Yuki yang mengakibatkan hubungan kami berdua merenggang. Sejak itu, dia tak menghubungiku. Jujur saja, aku tak sepenuhnya merasa ini semua kesalahanku. Saat itu, aku dilanda duka yang mendalam bahkan aku tak sempat menghubungi kedua orang tuaku, dan larut dalam kesedihan dan kekhawatiranku akan kondisi Emi.

Aku memutuskan setibanya di Bali, aku akan bersikap tak ada yang terjadi pada hubunganku. Setidaknya aku tak ingin merusak suasana pernikahan Risa.

Risa memilih menyelenggarakan pernikahannya di salah satu hotel bintang lima dan memilih untuk menggunakan tema outdoor. Background latar pernikahan Risa dan Andre adalah pemandangan laut biru yang sungguh luar biasa indahnya. Bali memang tempatnya tepat jika ingin melaksanakan pernikahan modern. Risa sejak dulu memang memimpikan menyelenggarakan pernikahan yang seperti ini, tak perlu banyak orang hadir, namun tetap berjalan lancar dan penuh khidmat.

Aku bertugas sebagai pengiring pengantin untuk Risa. Aku menggunakan gaun panjang berbahan wallycrepe berwarna biru langit dengan bagian atas yang terbuka sehingga bagian atas hingga bahuku terlihat. Awalnya aku menolak menggunakan gaun itu, karena aku tak begitu menyukai gaun yang terbuka apalagi pada bagian atasnya, namun Risa yang memiliki selera yang bertolak belakang denganku selalu berusaha untuk membujukku dengan mengatakan ini adalah pernikahannya, setidaknya aku memenuhi keinginannya dulu. Aku pun terdiam, tak bisa apa-apa.

Saat aku memandangi diriku dicermin, gaun itu membuatku terlihat lebih anggun dari biasanya. Aku menyanggul pendek rambutku dengan gaya Sleek Low Bun tanpa ada aksesori.

Ketika itu, Harumi mengirimkanku pesan yang membuatku begitu terkejut saat membacanya.

Luna, bagaimana kamu mengenal Yuki Ishikawa? Aku baru saja dari makam Emi dan aku melihat Yuki baru saja mengunjungi makam Emi. Katanya, dia kenal Emi darimu.

Pesan panjang dari Harumi benar-benar membuatku terdiam untuk beberapa detik. Napasku mulai terengah. Pria itu datang menemui Emi. Dia menepati janjinya walaupun tak bisa bertemu di saat Emi masih hidup, setidaknya Yuki masih mengingat janjinya pada Emi.

Setelah pertengkaran hebat kami, aku masih berusaha untuk menghubungi Yuki, namun pria itu hanya membalasku dengan kalimat singkat 'ya' dan 'tidak'. Dia sama sekali tak menjawab panggilanku dan tak pernah menelponku balik. Ketika aku mengunjungi rumahnya, kata Ibu Yuki, Yuki belum pulang ke rumah bahkan mereka sulit menghubungi Yuki. Aku pun memutuskan untuk ke asramanya, namun aku sama sekali tak diperbolehkan untuk masuk. Aku pun menitipkan undangan pernikahan Risa dan Andre ke satpam, berharap Yuki akan menerimanya.

**

Setelah memastikan riasan yang simpleku selesai, aku segera menghampiri Risa yang masih berada di ruang sebelah. Aku melongok melihat gaun kakakku yang cukup terbuka bahkan hingga bagian punggung wanita itu terlihat.

"Lunaaa, bagaimana?"tanya Risa begitu bersemangat.

Aku terkekeh melihat kakakku "Selera kita benar-benar berbeda"

Risa meringis melihat ekspresi di wajahku.

Gaun panjang dari designer terkenal di Indonesia bewarna putih pekat walaupun dengan bagian punggung pengantin yang terbuka, membuat Risa sangat cantik dan bersinar. Tak lupa ada mahkota kecil yang ia gunakan di atas kepalanya. Risa benar-benar seorang ratu hari ini. Aku bahkan pangling melihat saudaraku yang menjadi pengantin berbahagia hari ini.

"Aku mendapatkan hadiah dari Yuki"seru Risa di saat aku masih terpaku memandangi pengantin hari ini. Aku pun terkejut mendengar ucapan Risa "Dia mengirimkannya dan baru saja sampai pagi ini. Dia menulis di note kalau dia meminta maaf tidak bisa hadir di pernikahanku dan Andre"

Aku tak tahu harus merespon seperti apa perkataan Risa tentang Yuki.

"Setelah itu, aku mengirim pesan pada Yuki, dan mengucapkan terima kasih. Aku juga bertanya, apakah dia akan menyusulmu di sini atau tidak"

"Lalu kakak bilang apa?"tanyaku sangat penasaran dan juga kaget.

"Aku belum mendapatkan balasan darinya"jawab Risa dan aku kembali terdiam. "Hey, apa kamu ada masalah dengan Yuki?"tanya Risa sepertinya menangkap raut wajahku yang murung.

"Tidak. Kami baik-baik saja"jawabku bohong.

"Lalu ada apa dengan wajahmu yang murung?"

"Tidak ada. Hanya saja.. aku sudah berat meninggalkannya di Jepang"jawabku bohong lagi.

"Begini juga yang dia rasakan saat dia pergi ke Italy"balas Risa dengan tersenyum menggodaku.

Aku hanya tersenyum simpul di depannya dan menyembunyikan kegundahanku.

*

Pernikahan bertema outdoor dengan pemeran utama Andre dan Risa pun digelar. Aku berjalan dibelakang Ayahku yang membawa Risa kepada Andre. Saat akan menyerahkan Risa ke Andre, kedua mata Ayahku sudah berkaca-kaca. Ia sedang menahan emosi harunya karena sebentar lagi akan melepaskan putrinya dan mempercayai ke pria yang akan menjadi masa depan Risa kelak. Aku tahu Ayahku pasti masih berat melepaskan Risa, apalagi setelah Risa memilih untuk tinggal jauh dari mereka di usia 20 tahun, Ayahku jadi tak memiliki waktu yang banyak untuk Risa.

Sekarang aku tahu mengapa kedua orang tuaku bersikeras untuk meninggalkan Jepang.

Aku menyaksikan Risa dan Andre saling bertukar cincin tanda mereka telah dalam ikatan yang resmi sebagai sepasang suami-istri. Tanpa ku sadari, aku sudah meneteskan air mata penuh haru melihat Risa bahagia. Bisa dibilang jalinan asmara Risa dan Andre selalu berjalan mulus, walaupun seringkali dihadapkan dengan perbedaan pemahaman, namun tak membuat hubungan mereka berakhir.

Memikirkan hubungan kakakku dengan suaminya, membuatku membandingkan hubunganku dengan Yuki yang penuh dengan liku. Aku pikir aku sudah sangat memahaminya, namun sepertinya aku salah. Aku belum memahaminya, begitupula dengannya.

Dan aku tak yakin... Yuki akan menikahiku.

-TO BE CONTINUE-

An Each Year With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang