01. D-Day

563 481 226
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚  [ Happy Reading ] ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚  [ Happy Reading ] ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

🦋

"Selamat ulang tahun anak-anak Ayah!"

"Selamat ulang tahun anak-anak Ibu!"

"Selamat ulang tahun cucu kakek!"

"Selamat ulang tahun cucu nenek!"

Semua kata selamat sudah berulang kali mereka berdua dengar. Dari keluarga hingga seluruh pelayan dan ksatria yang di jumpai mereka. Dari keluar kamar hingga ditempat mereka singgah sekarang. Aëron dan Aïres, dua tokoh yang tengah berulang tahun yang ke 9 tahun. Si kembar cucu dari Raja Elves. Siapa yang tidak kenal mereka berdua.

Kelahiran yang disambut penuh sukacita oleh seluruh rakyat Elves. Juga disambut antusias oleh kerajaan tetangga. Mereka berharap bahwa si kembarlah yang akan menjadi penyelamat seperti Ramalan Ellyore II & III yang turun bertahun-tahun lalu lamanya.

Ancaman dari para makhluk kegelapan masih membekas. Zaman kegelapan yang melanda dahulu masih membuat bulu kuduk berdiri ketika diceritakan lagi dan lagi. Entah kapan Ëlixatertä bisa bebas dari makhluk kegelapan serta hasutan kuatnya itu. Walaupun masih terkunci di pulau Black Forest, terornya tak henti datang silih berganti. Menghasut banyak makhluk sedikit demi sedikit setiap tahunnya.
Banyak korban berjatuhan, mengenaskan.

Sudah lah, tidak ada habisnya membicarakan hal tersebut. Kita sudahi membahas makhluk kegelapan sampai sini.

Aëron dan Aires duduk di bangku halaman belakang. Melihat seluruh pelayan dan pekerja di istana sibuk mempersiapkan pesta besar. Sudah 90% kesiapan tempat untuk berpesta yang memang akan di adakan oleh Raja Hecxan malam ini. Mengundang para petinggi dari kerajaan tetangga, serta keluarga besar kerajaan sendiri.

Seluruh pasukan pun dikerahkan untuk menjaga keamanan di dalam maupun di luar istana. Contohnya seperti sekarang, Sir Basilius dan Sir Elio yang senantiasa berada di samping si kembar sejak mereka berdua keluar dari kamar masing-masing.

"Sir Lius, apakah anda mau mengajari saya berpanah esok hari?" Aïres bersuara, pandangannya masih menatap halaman belakang yang ramai.

Basilius Daniro, lawan bicara Aïres ini pun hanya tersenyum tipis, diam sejenak sebelum angkat bicara.
"Iya, kan saya sudah berjanji bahwa di umur 9 tahun Putri mampu belajar apapun tentang berpanah."

"Seharusnya sedari awal saya meminta untuk diajarkan, langsung kau ajarkan. Kenapa harus menunggu 9 tahun?" Bibir Aïres mengerucut, membuat pipi nya lebih menggembul.

"Aïres, memang nya kau tidak ingat bahwa Ibu dan Ayah lah yang menyuruh pengawal kita untuk tetap bungkam ketika kita minta di ajarkan berpanah dan sihir?" Aëron ikut bersuara menimpali obrolan saudara kembar dengan pengawalnya.

𝐀𝐞̈𝐫𝐨𝐧 & 𝐀𝐢̈𝐫𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang