⌗ 𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐎𝐧𝐞
【𝔓𝔞𝔯𝔱 𝔬𝔣 Ë𝔩𝔦𝔵𝔞𝔱𝔢𝔯𝔱ä 𝔘𝔫𝔦𝔳𝔢𝔯𝔰𝔢】
┌───────── · · · · ♡
Mulanya, Aëron Elodie dan Aïres Elodie adalah si kembar yang kelahirannya sudah tertulis di ramalan Ellyore sebagai pemilik tanda gurin setelah seki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ [ Happy Reading ] ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
🦋
Dua hari berlalu begitu saja. Kerajaan Xuineverald sempat mengalami kekacauan fatal setelah penyerangan yang tiba-tiba. Banyak korban jiwa berjatuhan. Tak hanya bangsawan di Xuineverald, tamu undangan dari kerajaan tetangga pun ikut jadi korban.
Dan itu menjadi bagian yang memusingkan bagi Esmeralda. Setelah malam itu, Esmeralda hampir tidak menyentuh tempat tidurnya. Ia sibuk mengurus pemakaman orang tuanya dan kosongnya posisi pemimpin.
Banyak yang harus ia lakukan. Untung saja ada Zion selaku sekretaris yang dahulu melayani mendiang Raja Hecxan semasa menjabat, datang membantunya. Ia senantiasa berada disamping Esmeralda dalam menjalankan tugas yang tidak ada habisnya.
Bohong jika Esmeralda tidak merindukan kedua anaknya. Ditengah kesibukannya ia masih sering menangis teringat Aëron dan Aïres. Bayang-bayang wajah mereka berdua terus menerus singgah dibenak Esmeralda.
Seperti halnya sekarang, setelah rapat dengan para pemimpin kerajaan di Elixaterta membicarakan tentang penyelamatan anaknya, diam-diam ia sesenggukan. Airmatanya tak mau berhenti mengalir begitu teringat Aëron dan Aïres.
Untung saja ia sedang sendiri dalam ruangannya.
Rasanya ia ingin segera membuka portal menuju Elosibushz dan langsung membawa kedua anaknya. Tapi, itu tindakan yang gegabah. Jika sembarangan membuka portal menuju Elosibushz, bisa-bisa portalnya tidak akan tertutup sempurna dan pada akhirnya menjadi pintu keluar masuk makhluk kegelapan.
Esmeralda sudah susah payah memulihkan kembali pelindung sihir disekitar Xuineverald. Ia juga menggandakan pelindung di kerajaan lain. Takut kejadian seperti itu terulang kembali, para penyihir bekerja sama dalam membuat pelindung sihir yang lebih kuat lagi.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan Putri," panggil kepala pelayan, Isabella June.
Esmeralda langsung menyeka airmatanya. Memperbaiki ekspresi wajahnya agar tak terlihat habis menangis. "Masuklah."
Perempuan dengan umur lebih tua dari Esmeralda itu membuka pintu ruang kerja dengan perlahan. Ia masuk beberapa langkah kemudian memberi hormat.
"Ada apa?"
Isabella berdiri sempurna, namun tetap menundukkan pandangannya. "Semua pekerjaan untuk hari ini sudah selesai, Tuan Putri. Apa anda mau beristirahat?"
Esmeralda menahan tangisnya, lagi. Isabella tahu bahwa Esmeralda rapuh sebagai seorang ibu sekarang. Tapi, bagaimanapun juga Esmeralda terlalu memaksakan dirinya hingga saat ini. Ia tidak bisa membayangkan betapa beratnya hari-hari yang dilalui Esmeralda.
"Aku akan beristirahat sebentar lagi." Esmeralda berbalik memandang keluar jendela. Menatap langit sore yang tertutup gumpalan awan.
Isabella mengiyakan kehendak Esmeralda dengan berat hati. Dirinya juga tak bisa memaksa. Dan ia memakluminya. Isabella segera keluar begitu Esmeralda menuruhnya untuk meninggalkannya sendirian disana, kemudian menutup pintu ruangan dengan hati-hati.