03. Attack from a traitor

416 346 58
                                    

"Padahal, aku menganggapnya seorang pahlawan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Padahal, aku menganggapnya seorang pahlawan"

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ [ Happy Reading ] ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

🦋

"Sir Lius!"

Laki-laki itu menoleh, menatap lawan bicaranya yang sedang berjalan kearahnya. "Ada apa, Sir Elio?"

"Kau harus berjaga sekarang! Keadaan semakin tidak karuan!" bisik Sir Elio.

"Maksudnya? Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

Sir Elio semakin mendekat. "Itu, dari tadi para penyihir yang berjaga diluar istana terlihat panik dan berlarian kesana kemari."

"Apakah kau tidak merasakannya? Entah kenapa semakin lama istana ini semakin sesak dan panas," lanjutnya.

"Sesak dan panas kan bisa jadi karena banyaknya bangsawan yang hadir." Sir Lius menyanggahnya.

Sir Elio berdecak, frustasi. "Ah! Padahal kau seorang ksatria kenapa kau tidak peka dengan sekitar hah?!"

"Istana ini sangatlah luas. Mau ada ribuan bangsawan pun tidak akan terasa sesak seperti ini."

Sir Lius terdiam. Ia mencerna kembali apa yang dikatakan rekannya barusan. Memang, entah kenapa ruang perjamuan ini berubah menjadi sangat tidak nyaman. Atmosfernya berbeda dengan awal perjamuan dimulai. Ia berpikir mungkin karena banyak nya bangsawan yang hadir, tapi setelah mendengar perkataan Sir Elio, itu cukup masuk akal.

"Ayo cepat! Kita harus berjaga!"

"Bukankah hal ini harus diberitahukan kepada Yang mulia Raja?" usul Sir Lius.

Sir Elio menghela nafasnya kasar. "Sudah ada yang melakukannya. Tugas kita adalah berjaga, kau tahu itu?"

"Baiklah!"

Sir Elio menepuk pundak Sir Lius sebelum akhirnya ia melangkah lebih dulu mendahului Sir Lius. Sir Lius sendiri berdecak pelan dan mengikuti rekan didepannya.

"Astaga, Tuan Putri!" Sir Lius tercekat tiba-tiba. Ia teringat dengan Putri Aïres yang baru saja ia temui dan kini sedang berada di teras sendiri.

Sir Lius berbalik arah, mengejar keberadaan tuan Putri yang dilayaninya. Ia jadi gelisah begitu teringat ucapan Sir Elio. Namun setelahnya ia perlahan berhenti, memandang seorang ksatria yang menghampiri Aïres.

"Aku terlambat rupanya." Sir Lius masih menatap pintu menuju teras itu sejenak. Entah mengapa nafasnya sedikit sesak dan dadanya sakit. Apa yang terjadi padanya sekarang?

𝐀𝐞̈𝐫𝐨𝐧 & 𝐀𝐢̈𝐫𝐞𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang