07

75 14 25
                                    

Hari ini adalah pembagian rapot dan pengumuman naik kelas sekolah Jovian. Jovian sedikit gugup karena ia merasa ia tak pintar sehingga kecil kemunginan untuk naik kelas.

Namun ia tak gugup lagi karena temannya yang biasa dipanggil Haje iti.

"Rata-rata nilai lo 85 anjir, kalo lo goblok terus gw apa?"

Aneh-aneh emang.

"Kak Keenan belum dateng-dateng, wisuda dia kan masih dua hari lagi kok belum dateng" Jovian mulai khawatir.

"Kalo kata gw mah, positif sinting aja. Lagi nge-date, atau ngebo, atau ngepargoy.." Balas Haris

"Ni anak emang gak betol"

"Kalo emang gw gak bener, kenapa lo mau temenan sama gw sampe sekarang?"

Jovian memukul meja sedikit kencang, "Nah makanya"

"Jovian Hengkara Renjana"

"Yaudah lu ambil sendiri aja, kakak lo kan dah telat banget gak mungkin kalo kita nunggu dia" Suruh Haris.

Jovian mengangguk. Ia memang tak tahu kenapa kakaknya telat, tapi yasudah lah. Nanti kalau dia datang kan juga tau Jovian naik kelas atau nggak.

Oh iya, kalau kalian belum tau..

Semester 1 kemarin memang membosankan, namun semester 2 kali ini sangatlah asyik. Keenan membiarkan Jovian hangout dengan temannya asalkan pulang tidak lebih dari jam 5 sore.

"Seminggu cuma boleh dua kali, titik"

Masih strict, tapi tak apa.  Sudah lumayan sekarang kan?

Jovian masih tak paham mengapa Keenan harus sampai seperti itu, rasanya tidak mungkin jika hanya karena Keenan tak mau kehilangan dirinya saja.

Jovian sudah menerima rapotnya, ia sangat gugup.

Kemarin malam, Keenan bercerita jika dulu ia memiliki teman pada kelas 10 yang tak naik kelas karena nilainya sangat disayangkan. Sebab itu sejak tadi pagi Jovian panik jika tak naik kelas. 

Ia harus membanggakan ibu dan kakaknya, tidak boleh memalukan mereka hanya karena tidak naik kelas.

"Gimana? Naik kan?" Tanya Haris.

"NAIK COY KSHJSHJSHJKDSHJ SENENG ANJIR"

"Dibilangin juga apa, kan bener kata gw. Kalo lo mah pasti naik" Ucap Haris.

"Ya kan kalo gak naik, malu-maluin keluarga gue huhu" Jovian benar-benar lega.

Dari jauh, Jovian dapat melihat Calvin melambaikan tangan padanya tanda menyuruhnya untuk mendekat.

"Coy gw duluan bentar"

"Ciee sama kakak crush AHAY" kompor Haris

"DIEM LO NANTI KEDENGERAN GIMANA ANJIR"

Setelah Haris tenang, Jovian berlari menuju Calvin. Ia memeluk kakak kelasnya itu dengan erat.

"Kak aku lulus, wah gila gila bangga nggak sih? Bangga banget dong"

Sambil lompat-lompat, Jovian menceritakan betapa leganya ia mengetahui bahwa ia naik kelas. Sangat lucu, pikir Calvin.

Calvin terkekeh, "Iya deh, lagian nggak mungkin kalo kamu nggak naik kelas. Kalo kepala sekolah berani nggak naikin kelas kamu, aku bakar sekolah"

"Eh sini tak bisikin, aku punya kabar bahagia lagi"

Jovian mendekat, "Apa tuh?"

Calvin sendiri sedikit gugup, bagaimana reaksi Jovian nanti.

|| bukan - jongsang ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang