10

117 15 22
                                    

Disinilah Jovian berada. Disamping batu nisan bernama Keenan Nugraha Renjana.

"Bego, kenapa aku nyuruh kakak mati.."

Jovian berjongkok dan menyentuh batu nisan, "Kakak juga kenapa mau aja sih?"

"Sekarang aku sama siapa kak? Aku sendirian" Jovian menatap langit dengan mata berkaca-kaca.

"Enak ya kakak bisa ketemu lagi sama kak Hamdan" Jovian terkekeh mengingat betapa cintanya sang kakak sampai melupakan adiknya.

"I never wanted all of this to be happened.."

Jovian memeluk batu nisan dengan erat, "Kenapa kak? Kenapa semua ini harus terjadi?"

"Kak ayo pulang kerumah bareng aku, disini dingin loh nanti kakak sakit" Lirih Jovian sambil menangis.

"Kakak nggak mau ketemu mama? Mama nanti khawatir kalo kakak nggak pulang loh"

Jovian terkekeh, "Tapi kakak kan udah pulang ke Yang Maha Kuasa"

Tanpa Jovian sadari, seseorang ikut berjongkok disebelah Jovian. Ah iya, Jovian kemari bersama Calvin.

Calvin sangat bersimpati pada Jovian, kehilangan seorang kakak begitu saja apalagi kemarin terjadi sebuah konflik antara Jovian dan Keenan. Sungguh tak terbayang betapa sakitnya hati Jovian sekarang.

Calvin merangkul Jovian dan mengelus punggungnya, membiarkan Jovian mengeluarkan semua hal yang tertahan didalam hatinya.

Jovian menunduk, menangisi keterlambatan penyesalan yang datang padanya.

Tiba-tiba Jovian merasakan handphone-nya yang berdenyut. Ah, telepon dari ibunya. Dengan lemah ia menggeser tombol hijau.

"Halo, Jovian? Kakakmu kemana sih kok mama telepon nggak dijawab?"

"Mama ada kabar bagus, mama bisa pindah tinggal bareng kalian sekarang!"

"Mama kesana sekarang ya"

Jovian terdiam tak bisa berkata-kata. Ia tidak tahu mulai dari mana ia harus menjelaskan kepada sang Ibu.

"Mah.."

"Maafin Jovian.." Jovian kembali terisak.

"Kak Keenan... gara-gara Jovian.."

Ibunya diseberang sana dilanda kebingungan.

"Maafin Jovian mah.."

"Kak Keenan meninggal gara-gara Jovian mah.."

Ibu Jovin sangat terkejut, apa maksud dari semua ini?

"Apa sih maksud kamu? Jangan mengada-ngada dong"

Jovian semakin terisak, "Kak Keenan meninggal gara-gara Jovian mah, maafin Jovian"

Tuuuut tuuut-

Panggilan terputus, entah karena jaringan tidak tersambung atau terjadi sesuatu diseberang sana.

Jovian sudah tak sanggup lagi, ia tak bisa membayangkan ekspresi ibunya ketika berhadapan dengan pembunuh kakaknya.

Calvin mulai berkaca, ia membawa Jovian kepelukannya, "Udah udah.. semua bakal baik-baik aja kok, semua bakal baik-baik aja.."

Calvin mengusap air mata Jovian dan menatap manik matanya, "Aku janji semua bakal baik-baik aja, ini bukan salah kamu"

"Tapi.."

"Sstt.. nggak ada tapi, aku janji habis dari sini kita bakal mulai semua dari awal dengan bahagia" Potong Calvin.

"Tapi aku udah bunuh kakak aku sendiri, yang udah sayang sama aku.."

|| bukan - jongsang ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang