Tak Lagi Perhatian

202 29 0
                                    

Jika weekend tiba, kebanyakan keluarga akan menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berjalan-jalan bersama keluarga, kini tak lagi terjadi pada Nia sekeluarga. Satu hari ini hanya dijalani Nia dengan anak-anaknya sekedar menonton televisi, tidur dan hanya bermain di rumah. Jangan tanya ke mana perginya Ardi. Ya, lelaki itu masih setia berbaring di atas ranjang. Tertidur lelap semenjak jam dua pagi hingga jam empat sore. Luar biasa kuat menghabiskan satu harinya hanya untuk tidur.  Bahkan Nia tak akan pernah berani membangunkan suaminya. Dan membiarkan sampai sang suami terbangun sendiri.

Dan benar saja, begitu Ardi bangun dari tidurnya, segera mandi dan makan. Tak ada waktu untuk keluarga meski hanya sekedar bercengkrama dengan anak-anaknya. Memilih berkutat dengan ponsel di tangan menyendiri berada di dalam kamar.

Sungguh Nia merasa sedih dengan kondisi keluarganya. Anak-anak Nia pun karena sudah terbiasa tanpa papanya dalam keseharian mereka, jadi tak pernah mempermasalahkan sekalipun sang papa tak lagi menunjukkan kasih sayang pada mereka.

Tak ada lagi yang meminta sesuatu pada sang papa. Karena segala hal yang mereka butuhkan, kepada mamanya lah mereka mengadu. Nia, tak hanya berperan sebagai ibu tetapi juga berperan sebagai ayah. Meski Nia keberatan dengan semuanya toh dia tak akan bisa berbuat apa-apa.

Pintu kamar yang terbuka mengalihkan perhatian Nia. Wanita itu sedang menemani anak kedua dan ketiganya bermain lego di ruang televisi dengan duduk di atas lantai beralas karpet bulu. Sementara anak pertamanya sedang mengerjakan tugas sekolah, duduk di kursi ruang makan.

"Mas, mau ke mana?" tanya Nia yang melihat Ardi keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang sudah rapi. Kemeja berlengan pendek dipadu dengan celana jins berwarna biru tua.

"Keluar sebentar," jawab Ardi singkat sembari memasang jam tangan di pergelangan tangan kanannya.

"Bukannya nanti mau balik ke rumah? Jangan pulang larut. Kamu istirahatlah, Mas. Besok harus kembali bekerja," omel Nia.

Nia paham meski di mulut suaminya mengatakan akan keluar sebentar, nyatanya lewat tengah malam barulah suaminya itu pulang. Padahal besok sudah harus kembali bekerja. Dan yang membuat Nia cemas adalah di mana Ardi yang harus menempuh perjalanan dari rumah kedua orangtuanya untuk pulang ke rumahnya sendiri yang berada di kota. Bahkan memerlukan empat jam lamanya waktu yang harus Ardi tempuh. Dan itu, Ardi akan membawa mobilnya sendiri. Nia yang khawatir sang suami akan mengantuk di jalan jika kurang tidur. Tapi semua peringatan Nia tak pernah di indahkan oleh Ardi.

Tanpa menjawab sepatah kata pun ucapan Nia, begitu saja Ardi keluar rumah. Tak berselang lama, terdengarlah suara deru mobil meninggalkan halaman rumah. Nia hanya mampu menghela napasnya. Sungguh berat ia jalani hari-harinya beberapa waktu ini. Tapi Nia tak akan mengeluh. Ia terlalu malu pada kedua orang tuanya. Sudah hidup menumpang, dan tak mungkin ia akan membebani kedua orang tuanya dengan permasalahan yang tengah menimpanya. Biarlah Nia menyimpan semuanya sendiri. Berdoa dan berharap semoga ia masih tetap waras menjadi Nia yang kuat dan tangguh.

***

Jam sebelas malam, Nia masih saja belum bisa memejamkan mata. Ketiga anaknya sudah tertidur lelap dalam damainya malam. Sembari menunggu kepulangan Ardi, Nia membuka ponselnya. Pikiran akan sosok selebgram yang kapan hari sempat dilihat berkelebat di dalam benaknya. Lagi-lagi Nia membuka aplikasi Instagram dan melihat-lihat semua foto terunggah yang membuatnya terpana. Berbagai negara yang dikunjungi oleh pria itu membuat keinginan Nia meronta-ronta. Andai dia bisa pergi jalan-jalan ke luar negeri bersama anak-anaknya. Ah, sebuah mimpi yang susah untuk menjadi nyata karena keterbatasan ekonomi juga tak adanya pengalaman traveling tentulah mengubur dalam-dalam semua keinginan tersebut.

Dua jam lamanya tak terasa telah berlalu. Pukul satu dini hari dan sang suami belum juga ada tanda-tanda akan pulang. Padahal seharusnya Ardi sudah kembali ke rumahnya yang berada di kota. Paling tidak jam tiga pagi harus berangkat agar nantinya jam tujuh pagi suaminya itu sudah sampai di rumah. Jam kerja Ardi adalah jam delapan pagi. Dan setiap hari senin sudah seringkali Ardi terlambat datang ke kantor. Alasannya masihlah tetap sama. Perjalanan luar kota.

Mata Nia sudah sangat mengantuk. Memilih mematikan ponsel dan dia akan memejamkan mata. Bisa saja Nia mengirim pesan atau menelepon suaminya dan meminta pada Ardi agar lelaki itu segera pulang. Tapi ia malas melakukannya. Jawaban Ardi selalu 'iya aku pulang'. Tapi, tetap saja Ardi kembali ke rumah saat pagi menjelang. Lama- lama Nia jadi malas sendiri. Memilih membiarkan perilaku sang suami. Toh yang merasa rugi juga Ardi sendiri.

Nia rasa baru sebentar memejamkan mata saat suara ketukan di pintu rumahnya terdengar. Tergagap wanita itu segera membuka mata dan beranjak turun dari atas ranjang. Begitu keluar kamar, ternyata ia kalah cepat dari sang ibu.

Ya, ibunya telah membuka pintu rumah. Sungguh, Nia merasa malu dan tidak enak hati karena telah membangunkan waktu istirahat ibunya.

"Terimakasih ya, Bu. Maaf tadi aku tidak dengar saat Mas Ardi datang," ucap Nia kala Ardi sudah masuk ke dalam kamarnya.

"Tidak apa-apa. Ibu kembali ke kamar dulu."

Nia mengangguk. Membiarkan sang ibu untuk kembali ke dalam kamar. Sementara, dia sendiri pun juga memilih masuk ke dalam kamarnya. Mendapati Ardi telah menyiapkan tas miliknya.

"Mas mau berangkat sekarang?" Nia yang masih berdiri di ambang pintu kamar menatap sang suami yang sedang berkemas.

"Ya," jawab Ardi singkat.

Setelah selesai sm, Ardi menatap putranya. Lalu mencium pipi putra ketiganya.

"Aku berangkat." pamit Ardi, melewati Nia begitu saja keluar dari dalam kamar.

"Hati-hati di jalan."

Mengantar Ardi sampai depan. Begitu mobil Ardi sudah meninggalkannya begitu saja, air mata Nia begitu saja menetes. Sebegitu tidak pedulinya Ardi kepadanya. Bahkan pamit pun tak ada baik-baiknya. Merasa hubungan rumah tangganya tak ada arti lagi. Dada Nia terasa semakin sesak mengingat semua perilaku sang suami. Tak lagi menghargainya sebagai istri juga ibu dari anak-anak mereka. Sampai kapan Nia bisa bertahan dalam situasi yang seperti ini. Semua telah berubah. Dan Nia sangat merasakannya. Berusaha mengenyahkan segala prasangka buruknya pada Ardi. Meski ia yakin semua perubahan dalam diri Ardi pasti ada suatu sebab. Mungkinkah Nia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

RAHMANIA (Terpaksa Menikah Dengan Majikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang