20. Semangat Bekerja

131 7 0
                                    

Sudah satu minggu ini Yusuf tak pulang ke rumah karena jadwal terbangnya yang padat. Melakukan perjalanan ke beberapa daerah juga luar negeri tentunya. Alhasil selama satu minggu ini Yusuf dengan terpaksa tidak pulang. Sempat terlintas di benak lelaki itu, kepikiran akan Nia yang ia tinggal di rumah sendirian. Terlebih saat hari di mana ia meninggalkan Nia, jelas terlihat di mata Yusuf wajah sembab dengan mata bengkak yang menghiasi wajah sang asisten rumah tangganya yang baru. Jelas saja Yusuf tahu bahwa wanita itu mungkin saja habis menangis semalaman. Ingin bertanya tapi tak berani Yusuf lakukan. Berusaha menepis segala rasa yang ia tak tahu itu apa. Seharusnya Yusuf tak perlu terlalu mengkhawatirkan Nia. Toh, perempuan itu sendiri yang mau bekerja di rumahnya. Bahkan Nia juga tak pernah protes meski sejak awal wanita itu sudah tahu akan konsekuensinya seandainya bekerja di rumahnya. Tapi tampaknya Nia tak menjadikan itu persoalan.

Yusuf meraup wajahnya frustrasi. Sungguh Yusuf tak paham kenapa bisa se-khawatir ini. Dulu jika dia sedang bertugas, neneknya lah satu-satunya orang yang selalu ia pikirkan. Dan sekarang bertambah, karena Nia juga telah berani mengusik ketenangan hidupnya.

"Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?" tanya salah satu rekan yang saat ini sedang bersamanya.

"Tidak ada. Hanya kepikiran nenekku saja. Biasanya aku akan rutin mengunjunginya. Pasti beliau selalu menunggu kedatanganku."

"Jadwal kita memang sangat padat dan mungkin baru minggu depan kita bisa sedikit longgar."

"Ya. Kamu benar. Aku harus bersabar."

***

Nia serasa bingung karena di dera kesepian. Sebenarnya berada di rumah sebesar ini seorang diri membuat Nia sedikit merasa takut. Tapi ia tepis kuat-kuat rasa itu. Setiap malam datang wanita itu memilih masuk ke dalam kamarnya. Mengunci diri di dalam sana dan ia tak akan lagi kemana-mana. Ini sudah lebih dari satu minggu berlalu sejak kepulangan sang majikan kala itu.

Siang ini karena Nia tidak ada lagi hal yang harus ia kerjakan, berinisiatif membersihkan lantai dua rumah sang majikan. Masih ingat di benak Nia, pesan Yusuf jika ia tak perlu membersihan setiap hari semua ruangan yang ada di lantai dua termasuk di dalamnya adalah kamar milik pria itu. Namun, semenjak keberadaannya di rumah ini, Nia belum pernah sekalipun menapakkan kakinya ke lantai dua. Dan sekarang rasa ingin tahunya mengalahkan segalanya. Nia menaiki anak tangga satu persatu hingga kakinya melangkah di lantai dua rumah Yusuf. Memperhatikan ruang yang tak seluas lantai satu. Ia menghela napasnya dan mulai dengan rencananya untuk membersihkan ruangan ini.

Kembali turun ke lantai satu untuk  mengambil semua alat-alat kebersihan seperti sapu dan peralatan untuk mengepel lantai. Dengan bersemangat Nia mulai dengan aktifitasnya. Membersihkan semua ruangan yang ada di lantai dua. Yang tersisa tinggal dua kamar saja yang belum ia bersihkan. Masih ingat di benak Nia, jika dulu Yusuf pernah mengatakan bahwa kamar yang satu adalah kamar milik lelaki itu dan yang satu lagi adalah kamar ibu Yusuf. Nia berpikir, jadi Yusuf masih memiliki seorang ibu. Lantas di mana keberadaan ibunya seorang Yusuf Ramadhan? Atau mungkin memang kedua orang tua Yusuf memiliki rumah sendiri.

Lelah berpikir, setelahnya Nia menggelengkan kepala, untuk apa juga ia terlalu ingin tahu. Perlahan membuka pintu kamar yang tampak bersih dan rapi. Nia yakin inilah kamar sang nyonya rumah yang tak lain adalah ibu dari Yusuf. Dibersihkannya setiap sudut kamar hingga benar- benar tampak lebih bersih, rapi dan wangi.

Mengusap keringat yang mulai menetes dari dahi dan turun ke pipi. Menyekanya dengan punggung tangan. Dalam hati Nia berkata, ternyata capek juga bekerja menjadi seorang asisten rumah tangga alias pembantu. Beruntung sekali tak ada lagi yang harus Nia rawat selain rumah ini. Bagaimana seandainya seorang pembantu seperti dirinya yang tak hanya mengurus rumah, tapi juga harus merawat dan mengasuh anak majikan. Nia tak bisa membayangkan betapa lelahnya mereka. Sungguh berat memang menjadi seorang Asisten Rumah Tangga. Apalagi yang bekerja jauh dari keluarga seperti dirinya kini.

Meski rasa capek mulai mendera, nyatanya Nia tetap harus bersemangat menyelesaikan tugasnya. Berdiri mematung di depan kamar yang ia yakin adalah kamar milik Yusuf. Selama berada di rumah ini belum pernah ia memasuki kamar ini. Dengan tangan sedikit gemetar, Nia memutar knop pintu. Ia pikir kamar Yusuf akan dikunci selagi lelaki itu tidak berada di rumah. Ternyata perkiraannya salah. Pintu itu terbuka. Dan Nia mulai mendorongnya hingga pintu tersbut terbuka lebar sepenuhnya.

Aroma maskulin begitu saja menyergap indera penciuman Nia. Melongokkan kepala ke dalam kamar dan yang ia lihat adalah nuansa hitam dan putih yang mendominasi kamar ini. Mencerminkan sekali jika yang menempati kamar ini adalah seorang lelaki. Mengambil napas dalam, Nia pun memilih melangkah masuk ke dalam dengan menenteng alat kebersihan. Sebelum menyapu, ia dengan lancang melepas sprei dan bed cover. Nia rasa ia perlu menggantinya agar saat Yusuf pulang, ranjangnya dalam kondisi bersih. Setelahnya, mata Nia berkeliling ke seluruh penjuru kamar.

Memperhatikan di mana letak sprei yang bersih disimpan oleh Yusuf. Apakah tidak masalah jika ia membuka lemari lelaki itu. Tapi itu terkesan tidak sopan. Bingung, tentu saja. Menyesal kenapa tadi ia tak berpikir sebelum melepaskan sprei itu. Seharusnya Nia menyiapkan terlebih dahulu sprei yang baru dan siap ia pasang sebagai pengganti sprei yang sudah kotor.

Berjalan mondar mandir sambil berpikir. Tiba-tiba terlintas di pemikirannya. Bukankah di rumah orang kaya seperti ini semua perlengkapan supporting seperti ini selalu tersimpan di tempat tersendiri. 

Jika handuk dan peralatan lainnya disimpan di dalam walking closet. Jadi mungkin saja sprei dan teman-temannya juga tersimpan  di sana. Nia bergegas menuju arah toilet, membuka pintunya dan ia ternganga melihat isi bagian dalamnya. Betapa mewahnya ruangan yang bernama toilet. Di sisi dinding toliet terdapat pintu yang Nia yakin adalah walking closet.

Dan benar saja, begitu ia membukanya, untuk kesekian kali Nia dibuat terpana. Ternyata itu adalah sebuah ruangan yang didalamnya terdapat beberapa lemari berjejer dengan rapi. Ya, Tuhan! Nia harus memulai mencari dari mana agar mendapatkan segera barang yang dia cari. Karena ruangan ini sungguh diluar dari prediksinya.

Satu demi satu pintu lemari Nia buka demi mencari barang yang diinginkannya. Tepat di pintu ketiga, Nia sedikit membungkuk dan benar saja, di sana tampak beberapa sprei yang masih terbungkus plastik tersusun dengan rapi. Nia tersenyum, biarkan saja jika nantinya ia dianggap lancang oleh sang majikan karena berani membuka daerah pribadi milik Yusuf tanpa permisi sebelumnya. Meski demikian Nia berjanji jika suatu saat Yusuf datang, ia akan meminta maaf pada lelaki itu atas kelancangannya hari ini.

Mengambil satu sprei bersih beserta bed cover. Nia gegas keluar dan menutup kembali slidding door tersebut. Keluar dari dalam toilet dengan napas lega. 

Segera mengambil dan menyimpan sprei kotor ke dalam keranjang baju kotor milik Yusuf. Nia mendesah, ternyata di dalam keranjang kotor tersebut juga terdapat baju-baju milik Yusuf yang belum ia cuci. Beruntung Nia segera mengetahui sebelum Yusuf kembali ke rumah ini. Jika tidak, entahlah apa yang akan dikata oleh Yusuf nanti. Bisa saja majikannya itu akan perpikir jika ia malas. Karena baju kotor saja tidak ia cuci berhati-hari.

Nia memasukkan sprei kotor ke dalam keranjang lalu ia mengangkat keranjang tersebut keluar dari dalam kamar. Turun ke lantai satu langsung menuju laundry room yang posisinya di rumah bagian belakang. Nia berencana mencuci baju kotor tersebut, setelah ia selesai membersihkan kamar Yusuf.

###

Baca cerita selengkapnya di :

KBM Apps
Judul : Terpaksa Menikah Dengan Majikan
Search penname: PedroAlvaro/ Miss Heni

Terbit juga di Karyakarsa.
Judul : Rahmania
Search akun penulis : henisupatminah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAHMANIA (Terpaksa Menikah Dengan Majikan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang