Bukan hal baru jika Isya bangun kesiangan setelah malamnya nongkrong bersama Gabby dan yang lainnya. Seperti pagi ini, dia bangun jam 6 lebih 15 menit.
Langsung saja dia mandi secepat kilat dan bersiap-siap dengan tergesa-gesa. Semua persiapan dia lakukan secepat mungkin.
Mengingat pagi ini ada upacara, bel masuk akan berbunyi 15 menit lebih awal dari biasanya. Jadi, hanya ada waktu setengah jam untuk bersiap-siap dan perjalanan menuju sekolah.
Sebenarnya kemarin tidak ada balapan karena balapan biasanya baru ada di hari jum’at dan sabtu malam. Isya dan Gabby kemarin hanya jalan-jalan tanpa tujuan dan berakhir ikut nongkrong bersama teman-teman Gabby di warung yang menjadi tempat nongkrong official mereka.
Hanya di saat ada perayaan saja mereka akan nongkrong di kafe. Seperti saat salah satu di antara mereka menang balapan atau mendapat warisan.
Dengan nongkrong di warung, mereka jadi bisa lebih hemat. Hanya dengan memesan satu cangkir kopi saja mereka bisa menjadikan warung itu sebagai tempat berkumpul mereka. Karena yang mereka cari kebersamaannya, bukan makanan dan minuman yang dijual di sana.
Saking serunya bercanda bersama mereka membuat Isya lupa waktu dan mengabaikan ponselnya yang dipenuhi panggilan tidak terjawab dari mamanya. Alhasil, dia mendapat omelan malam-malam karena baru pulang pukul setengah 11 malam.
Namun, jam berapa pun dia pulang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sekalipun dia seorang perempuan karena teman-teman Gabby--yang sekarang menjadi teman-teman Isya juga—mengawalnya sampai rumah dengan selamat.
Mereka benar-benar melindungi Isya dan Gabby saat kedua cewek itu ikut nongkrong bersama mereka. Mereka seperti kakak yang menjaga adik perempuannya.
Tidak seperti Isya yang merasa terlindungi karena cukup mengenal mereka, mama yang melihat anaknya diantar pulang oleh sekumpulan cowok malah khawatir. Dia menceramahi Isya dan memberinya wejangan tentang pentingnya menjaga diri sebagai seorang perempuan. Mama juga melarang Isya bergaul lagi dengan mereka.
Wajar saja, ibu mana yang tidak khawatir saat melihat anak perempuannya pulang malam bersama cowok-cowok. Apa kata tetangga?
Isya yang mendapat kutbah tengah malam hanya bisa mangut-mangut saja, berharap mamanya cepat mengakhiri sesi kutbahnya. Beberapa kali dia menguap sampai akhirnya mamanya melepaskannya dan membiarkannya tidur.
Isya akan mengingatkan dirinya sendiri untuk melarang teman-temannya mengantarnya pulang sampai rumah lain kali. Dirinya akan lebih aman jika pulang hanya diantar oleh Gabby. Namun, lebih aman lagi jika dia tidak nongkrong sampai hampir tengah malam lagi.
Ini juga salahnya yang lupa waktu padahal biasanya dia pulang jam 9 saat nongkrong bersama mereka. Kemungkinan setelah ini mama akan melarang Isya keluar malam lagi.
Setelah menyapukan bedak ke wajahnya, memakai lip balm, dan menguncir rambutnya asal-asalan, Isya turun ke bawah dengan setengah berlari. Di bahu kanannya menggantung sebuah tas ransel berwarna navy, sedangkan tangan kirinya membawa sepatu yang niatnya akan dia pakai di sofa ruang tamu seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Ashar, Untuk Isya
Fiksi RemajaBermula dari tasbih Ashar yang jatuh dan ditemukan oleh Isya, takdir mempertemukan mereka kembali dengan Ashar yang menjadi guru PPL di sekolah Isya. Tanpa Isya sadari, karena jasanya, Ashar menaruh perhatian lebih padanya. Isya dan dunianya yang be...