Akhirnya Isya menyetujui tawaran Ashar walau wajahnya tampak sangat terpaksa. Melihat itu, Ashar tersenyum tipis.
Sebenarnya dia sendiri tidak mengerti kenapa Isya tampak enggan menerimanya padahal itu menguntungkan dirinya sendiri.
Niat Ashar hanya membantunya saja agar nilai Isya lebih baik untuk penilaian selanjutnya. Namun, Isya malah terlihat tidak suka dengan tawarannya.
“Saya izin mau kembali ke basecamp dulu, Pak. Habis ini ada jadwal ngajar kelas 11 IPA 4,” pamit Ashar dengan beranjak dari duduknya.
“Oh iya, silakan.”
Wajah Pak Kuncoro yang tadinya garang langsung berubah lembut saat berbicara dengan Ashar.
Ingin sekali Isya memutar bola matanya melihat itu. Namun, dia masih punya sopan santun. Dia juga tidak ingin menambah masalah yang akan membuatnya mendapat hukuman lebih dari ini.
Ashar berlalu pergi setelah menjadi penonton drama Isya dan Pak Kuncoro. Merasa ada yang perlu dia bicarakan dengan cowok itu, Isya pun berniat menyusulnya.
“Saya juga permisi, Pak. Mau tanya jadwal bimbingannya sama Pak Ashar,” ucap Isya beralasan agar Pak Kuncoro melepaskannya.
“Ya udah, sana.”
Pak Kuncoro menggerakkan tangannya seperti mengusir Isya. Matanya menatap Isya malas seolah ingin Isya cepat berlalu dari hadapannya.
Sering mendapat perlakuan yang menyakitkan dari Pak Kuncoro membuat Isya merasa biasa saja dengan responsnya yang seperti itu. Mungkin jika orang lain yang mendapat respons seperti itu mereka akan tersinggung.
Isya melangkah cepat menyusul Ashar yang sudah berjalan lumayan jauh.
Di depan ruang guru, Isya bertemu dengan Ayla. Temannya itu ternyata masih menunggunya.
Dalam situasi seperti ini Isya sebenarnya berharap Ayla meninggalkannya agar dia tidak perlu menjelaskan pada temannya itu tentang urusannya dengan Ashar.
“Ay, lo balik ke kelas duluan aja. Gue masih ada urusan,” suruh Isya.
Ayla mengerutkan dahi menatap Isya yang sedang terburu-buru. “Urusan apa?”
“Urusan nilai. Oh ya, sekalian ini bagiin, ya. Dari Pak Kuncoro.” Isya memberikan hasil kuis teman-teman sekelasnya pada Ayla.
Ayla mengangguk walau dia masih cengo. Apalagi saat dia melihat Isya mengejar Ashar. Namun, dia tidak berpikir macam-macam. Berurusan dengan Pak Kuncoro memang selalu merepotkan.
Isya yang sudah lapar sejak tadi itu kini terpaksa tidak beristirahat demi menyelesaikan urusannya yang pasti ada hubungannya dengan panggilan Pak Kuncoro barusan. Sungguh malang nasib teman Ayla yang satu itu.
Ayla menatap kepergian Isya dengan raut prihatin lalu ikut melangkah menuju kelas. Sementara Isya masih berusaha menyusul Ashar yang langkahnya panjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Ashar, Untuk Isya
Fiksi RemajaBermula dari tasbih Ashar yang jatuh dan ditemukan oleh Isya, takdir mempertemukan mereka kembali dengan Ashar yang menjadi guru PPL di sekolah Isya. Tanpa Isya sadari, karena jasanya, Ashar menaruh perhatian lebih padanya. Isya dan dunianya yang be...