Pelajaran Bahasa Inggris yang berlangsung selama dua jam telah berlalu. Kini memasuki jam pelajaran ketiga, yaitu pelajaran Fisika.
Bel pergantian jam pelajaran sudah berbunyi sekitar 2 menit yang lalu. Isya membereskan buku-buku pelajaran sebelumnya lalu memasukkannya ke dalam tas. Dia beralih mengambil buku-buku Fisika.
Memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum Ashar memasuki kelas, Isya membaca buku catatan Fisika-nya secara kilat. Dia berusaha memahami isinya dan menghafal rumusnya dalam waktu singkat.
Semuanya serba terburu-buru. Salahnya juga yang belum belajar sebelumnya.
Walau Isya yakin akan mendapat remedi, tapi dia tidak ingin pasrah begitu saja. Dia tetap belajar demi sedikit menyelamatkan nilainya.
Kalau pun nilainya tidak mencapai KKM, setidaknya dia tidak mendapat nilai 0. Akan sangat memalukan kalau ada yang tahu dirinya mendapat nilai 0 selain Pak Kuncoro.
Meskipun Isya tidak ingin terlihat sebagai murid yang rajin dan pintar seperti usaha teman-temannya saat di depan Ashar, tapi dia juga tidak ingin dicap bodoh walau kenyataannya tidak jauh dari itu.
Dia hanya ingin menjadi murid biasa yang tidak mendapat label apa pun. Terserah kalau teman-temannya hobi caper ke Ashar dan guru PPL lainnya, karena Isya tidak berniat sama sekali mengikuti jejak mereka.
Isya yang masih membaca buku catatannya sontak mendongak saat mendengar suara pintu kelas dibuka disertai suara langkah kaki memasuki kelas. Pelakunya adalah Ashar.
Cowok itu kini berjalan menuju meja guru dengan membawa plastik berisi fotokopi soal.
“Assalamualaikum. Selamat pagi,” ucapnya yang saat ini sudah berdiri di depan kelas sambil menyebar pandangan.
“Wa'alaikum salam. Selamat pagi juga, Pak,” balas murid-muridnya dengan riang.
Pemandangan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya anak-anak 11 MIA 6 akan menjawab salam Pak Kuncoro dengan wajah tertekan dan senyum dipaksakan.
Mereka berusaha menghindari bertatapan langsung dengan Pak Kuncoro guna menyelamatkan diri dari pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya menjebak.
Contohnya saja seperti, di pertemuan kemarin pembahasannya sampai mana, apa ada soal yang belum dibahas, atau di pertemuan ini mereka akan membahas apa.
Jawabannya tidak sesederhana yang terlihat karena Pak Kuncoro akan memutar-mutar pertanyaannya hingga membuat murid-muridnya bingung sendiri.
Pokoknya sehari saja dia tidak membuat muridnya tertekan, dia pasti merasa ada yang kurang dalam hidupnya.
“Seperti yang sudah saya bilang di pertemuan sebelumnya, hari ini saya akan mengadakan kuis untuk menguji pemahaman kalian tentang bab yang kemarin baru saja diajarkan. Kalian sudah belajar, kan?” tanya Ashar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Ashar, Untuk Isya
Fiksi RemajaBermula dari tasbih Ashar yang jatuh dan ditemukan oleh Isya, takdir mempertemukan mereka kembali dengan Ashar yang menjadi guru PPL di sekolah Isya. Tanpa Isya sadari, karena jasanya, Ashar menaruh perhatian lebih padanya. Isya dan dunianya yang be...