15. Pembelajaran

7 1 0
                                    

"Rasanya menghukum diri sendiri sangat menyenangkan, meski hal itu tidak baik sebenarnya."
—Kanya—





























15. Pembelajaran
Setelah menunggu lama akhirnya jemputan mereka yang ditunggu-tunggu sudah datang dihadapan mereka berdua, laki-laki paruh baya pun turun dari mobil sedannya dan langsung menghampiri salah satu dari mereka. Spontan, laki-laki itu memeluk Gesya dengan sangat eratnya membuat yang dipeluk kesulitan untuk bernafas. Gesya pun memukul pelan punggung Papahnya agar pelukan itu terlepas dan dirinya bisa bernafas lega.

Berbanding terbalik dengan Tania yang menatap keharmonisan itu dengan senyum getirnya, dia merasa iri karena Gesya sangat disayang oleh ayahnya. Dirinya teramat sangat merindukan kasih sayang juga pelukan dari ayahnya, dulu saat ayahnya masih sehat Tania selalu mendapatkan kehangatan itu. Namun, kini sang ayah sedang berjuang antara hidup dan mati.

Alexander yang sudah melepaskan pelukan itu kini beralih menatap dalam putrinya, dia sangat khawatir dengan kondisi Gesya karena kali pertama putrinya ini pulang telat meski sudah izin kepadanya. Gesya yang peka akan tatapan Papahnya itu hanya tersenyum lalu beranjak ke posisi Tania berdiri lalu mengajak Tania untuk berkenalan dengan Papahnya.

"Pah, ini Tania. Teman sekelas aku dan temannya Kanya juga," ucap Gesya yang memperkenalkan diri Tania kepada Papahnya.

Alexander pun berbalik badan kemudian tersenyum hangat tanda jika dirinya menerima kehadiran Tania. "Hai Tania, salam kenal. Nama Om, Alexander. Terima kasih ya, karena sudah mau berteman dengan Putri Om," balas Alexander.

Senyuman hangat dan kata-kata Alexander membuat Tania tertegun. Dia terdiam beberapa saat hingga Gesya mengajaknya untuk pulang bersama dengannya, tanpa berpikir Tania mau untuk pulang bersama. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan Tania memberitahu alamat rumahnya yang ternyata beda arah dengan rumahnya.

Selama dalam perjalanan Gesya dan Tania saling bercanda gurau untuk menghilangkan kebosanan juga kesedihan, mereka berdua saling bercerita hal lucu. Seperti halnya, Gesya yang bercerita tentang dia yang pernah pipis dirok seragamnya karena lupa mengerjakan PR. Sama halnya dengan Tania yang pernah membuat temannnya pingsan karena tertimpa sepatu miliknya yang kedodoran saat sedang bermain bola.

Tawa lepas itu membuat tenang hati Alexander, dirinya sangat terharu melihat putrinya yang sekarang mempunyai banyak teman. Terlebih, Gesya yang sudah mau berbagi cerita dengan teman sebayanya. Hingga tidak terasa mereka sudah sampai didepan rumah Tania yang tampaknya tidak ada penghuni lain selain Tania. Gesya mengkerutkan keningnya, benarkah ini rumah Tania? Bukan apa-apa, namun rumah ini sangatlah sederhana dan terlihat kurang rawat membuat beberapa cat terkelupas dari dindingnya.

"Tania, kamu tinggal sendiri dirumah ini?" tanya Gesya dengan raut wajah heran.

Tania menggeleng. "Tidak, aku tinggal berdua dengan abangku. Kebetulan, dia sedang tidak ada rumah," jawab Tania dengan raut wajah yang kurang mengenakan, seperti ada rasa sesak yang tersimpan.

"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan ya. Kamu juga temanku, oke?" kata Gesya yang membuat hati Tania tersentuh.

Tania mengangguk lalu pamit kepada Alexander dan tidak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah diantarkan pulang. Selepas kepergian mobil Gesya, tak lama laki-laki yang disebut Tania—abang. Datang dengan wajah gembiranya seakan berhasil memenangkan suatu kompetisi. Dia pun mendekati abangnya untuk bertanya, mengapa abangnya sungguh senang?.

"Abang kenapa senang banget kelihatannya? Apa yang terjadi?" tanya Tania dengan satu alis diangkat.

"Kamu tahu? Abangmu ini berhasil untuk mempengaruhi bodyguard keluarga Fernando agar menjadi mata-mata selama dia bekerja dirumah Fernando!" jawab Dheren dengan senyum liciknya.

Tania tersenyum lebar. "Benarkah? Abang Dheren memang terbaik! Satu persatu rencana kita berhasil, Bang. Dendam kita pun terbalaskan!" seru Tania yang berubah 180 derajat dari saat dirinya masih bersama Gesya.

"Iya dong! Pokoknya, semua rencana kita untuk membalaskan dendam kepada keluarga Fernando harus terlaksana!" pungkas Dheren dan diangguki Tania.

Kemudian mereka berdua pun masuk ke dalam rumah dengan hati yang sangat gembira. Entah, apa yang akan terjadi kepada Kanya dan keluarganya selama Dheren dan Tania belum menyesal dengan hukuman dimasa lalu? Tania memang seorang pembohong dan bermuka dua.

•••
Hari sudah malam matahari pun sudah berganti dengan bulan. Seorang gadis tengah duduk termenung di jendela kamarnya, dia tahu jika hal itu tidak baik untuk kesehatannya karena dirinya tidak boleh terlalu menghirup udara malam. Tetapi dirinya sedang kalut dia butuh ketenangan bukan kedinginan.

Suara pintu terdengar terlihat Alice masuk dengan membawa makanan beserta obat yang harus diminum rutin dan tidak boleh telat, setelah meletakan nampan yang berisi makanan dan obat Kanya. Dia menghampiri putrinya lalu mengelus pelan pucuk kepala Kanya agar sang empu tersadar dari lamunannya dan sang empu hanya melihat kearah dirinya tanpa ingin beranjak dari tempat itu.

Alice menghela nafas kasar sikap putrinya berbanding balik dengan Kanya yang dingin, apakah putrinya sungguh menyesali perbuatan yang terjadi di siang hari tadi? Tampaknya benar. Putrinya sudah ada perubahan meski itu membuat dirinya juga sakit, terlebih Kanya yang kurang nafsu makan dan telat minum obat.

"Nak, makan dulu dan minum obatmu. Kamu sudah telat 10 menit, Nak. Jangan seperti ini," ucap Alice kepada putrinya, berharap Kanya mendengarkan dirinya.

"Untuk apa, Mah? Biarkan aku menghukum diriku ini, aku memang tidak pantas untuk siapa-siapa!" pasrah Kanya yang mulai terisak.

Alice menggeleng. "Nggak, Nak. Jangan berkata seperti itu. Mamah sayang sama kamu, Papah sayang sama kamu, dan juga teman-teman kamu," sanggah Alice berusaha untuk menyakinkan putrinya.

"Mamah ingat? Kanya yang sudah membuat semua orang pergi dariku. Riva, Bulan, dan Gesya. Karena sikapku, Mah semua orang pergi!" sarkas Kanya yang sudah terisak hebat.

Alice yang tidak tega memeluk erat putrinya yang sedang rapuh, entah sudah berapa kali dirinya memberi kekuatan lewat pelukannya. Namun, putrinya ini terlalu jatuh dalam lubang hitam yang teramat menyesakan. Isakan tangis Kanya sampai terdengar diruang keluarga, dimana Fernando yang sedang cemas juga memikirkan kondisi putri semata wayangnya. Mendengar isakan itu, dia memutuskan untuk naik ke kamar Kanya.

Sesampainya disana, terlihat putrinya yang sedang terisak sambil dipeluk oleh istrinya. Jangan tanyakan perasaan Fernando, bagaimana? Hancur. Seperti, gelas yang pecah. Dia memang belum tahu cerita jelasnya namun Alice hanya memberitahu jika Tania tadi datang beserta teman Kanya yang lain untuk menjenguk putrinya ini.

Sementara itu, Kanya sudah mulai mereda dari isakannya. Alice tetap setia dengan posisinya dia belum menyadari kehadiran suaminya yang berdiri didepan pintu kamar Kanya.

"Nak, perbaikilah selagi masih bisa. Besok kamu minta maaf ya kepada Gesya dan Tania, Mamah akan membuatkan makanan spesial sebagai tanda minta maaf kamu. Sekarang, kamu makan dan minum obat ya," nasihat Alice dan hanya diangguki Kanya.

"Terima kasih, Mah. Aku mau ke kamar mandi dulu." jawab Kanya sambil beranjak dari tempatnya.

Tiba-tiba, saat dirinya hendak berjalan kekamar mandi. Dia merasakan sakit dibagian dada kirinya, seketika semuanya gelap. Kanya jatuh pingsan dihadapan Alice dan Fernando, Alice yang melihat itu memekik histeris sambil membangunkan putrinya. Untung saja ada Fernando yang segara membopong tubuh Kanya ke ranjang tidurnya lalu menelepon dokter pribadinya untuk datang ke rumahnya.

Ini pasti karena Kanya telat meminum obat ditambah dengan kondisi mentalnya yang sedang terguncang. Berharap putri mereka kuat menghadapi ini semua.























































Hai, semuanya. Iyaps, hari ini lebih cepat ya karena aku memang sedang niat untuk menulis cerita 'Four Promise'

Semoga berkenan ya, komentar dan bintang kalian sangat berharga untukku. Semoga bisa diambil baiknya ya ;)

See you, happy reading-!

Four Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang