2. Tentang Gesya

26 7 6
                                    

"Seperti Buku, jangan lihat sampulnya tetapi, lihat lah isi dalam buku itu."
-Gesya Putri Alexander-








2. Tentang Gesya
Pak Abraham berjalan cepat menuju UKS sedangkan Kanya tetap dengan kepribadiannya, banyak pasang mata yang melihat kejadian itu dan Kanya membalasnya dengan tatapan tajamnya. Setelah sampai di UKS pak Abraham meletakan Gesya dikasur, lalu memberitahu dokter Arga.

Dokter Arga memang masih muda tetapi ia sudah menikah, jadi para murid Di Angkasa Internasional High School. Tidak bisa menggodanya, di SMA ini memang dikhususkan ada dokter untuk di UKS juga dengan alat medis dan obat - obatan yang lengkap.

"Dia kenapa pak?" tanya dokter Arga sembari, memeriksa detak jantung Gesya menggunakan stetoskop.

"Gesya pingsan dok, saya tinggal ya. Ini ada Kanya, dia yang akan menemani Gesya," ucap Pak Abraham, lalu meninggalkan Kanya dengan situasi yang tak ia sukai ini.

"Dia hanya kelelahan, saya sudah menyuntikan vitamin kedalam tubuhnya. Saat dia sudah sadar, tolong kamu kasih dia teh hangat juga obatnya," tutur dokter Arga dan hanya diangguki oleh Kanya, lalu dokter Arga pun melajutkan tugasnya.

Sudah 15 menit dari Gesya pingsan tetapi, ia belum juga membuka matanya membuat Kanya jenuh dan ingin meninggalkannya tetapi, ia tidak bisa melakukannya kalo tidak nilai Fisikanya Akan dibawah KKM. Tak lama, kemudian Gesya membuka matanya sedikit terkejut melihat Kanya ada dihadapannya.

"Kanya ada disini? Dia nemenin aku?" ucap Gesya dalam hatinya.

"Akhirnya lo sadar juga, ayuk gua bantu bangun. Habis itu minum obat lo, sama teh hangat nya." ucap Kanya panjang lebar. Ya. Ini rekor, Kanya berbicara banyak, Gesya pun melongo mendengar kata yang keluar dari mulut Kanya. Setelah itu ia membantu Gesya untuk meminum teh juga obatnya.

"Makasih, Kanya."

"Udah kan? Gua balik ya."

Kanya yang baru saja melangkah, lansung dicegat oleh Gesya, Kanya pun berbalik dengan wajah bertanya. "What?" Gesya diam untuk beberapa detik, ia sedang menyusun kata untuk mengeluarkannya.

"Duduk dulu, Aku mau cerita banyak sama kamu." ucap Gesya sembari menepuk kursi disebelah kasurnya, Kanya pun menurutinya.

"Seumur - umur aku baru diperlakuin kaya gini sama orang lain, selain kedua orang tuaku. Aku gak pernah punya teman, bahkan aku anggap mereka itu fiksi dalam hidupku, aku dikucilkan karna aku berbeda, aku hanya selalu dimanfaatin," tutur Gesya lirih yang mulai terisak, Kanya diam mendengarkan. Ia sedikit tertampar pada cerita Gesya, sebelum melanjutkan Gesya mengambil nafas, mengontrol emosinya.

"Lalu sekarang aku tau rasanya, dan yang buat aku kagum. Ternyata kamu, Kanya yang orang bilang Dingin, gak peduli sama orang. Tapi semua itu gak aku liat dalam diri kamu, kamu baik bahkan care. Mungkin ini pertama kalinya, aku ngomong gini sama orang lain," lanjutnya yang sudah mengeluarkan air mata, lalu meringkuk kedua kakinya dan menundukan kepalanya.

Ya. Gesya menangis didepan kanya, Kanya pun hanya diam, ia bingung harus berbuat apa, hati dinginnya seakan enggan, untuk sekedar mengelus Gesya.

"Lo ngapain cerita gitu ke gua, lo pikir gua peduli!!! Enggak!!!" ucap Kanya emosi, Gesya yang mendengar itu mendangakan kepalanya dengan senyum yang ia paksakan. Gesya salah, harusnya ia tau bahwa Kanya tetaplah dingin dan tak akan pernah peduli pada orang lain.

Four Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang