12. Bodyguard?

3 1 0
                                    

"Di saat sudah mulai memaafkan dan memilih berdamai. Mengapa patah dan kehancuran datang kembali? Inikah yang di sebut manipulatif."
-Kanya-






12. Bodyguard?
Pagi ini Kanya sedikit telat bangun karena kondisinya yang sedang tidak baik, semalam dia pun tidak tidur memikirkan hal yang sangat mengganggu pikirannya tersebut. Dirinya sedang tidak baik-baik saja, rasa takut itu kembali memeluknya, dan ingatan pahitnya itu juga ikut kembali. Kanya sangat tidak suka dan dia sangat membencinya.

Kanya pun beranjak dari tempat tidurnya lalu membasuh wajah pucatnya itu, selepasnya dia turun untuk menghampiri kedua orang tuanya yang sudah berada di meja makan. Alice dan Fernando terkejut karena putri mereka datang dengan wajah pucat dan masih memakai baju piyama itu, merasa berdua pun langsung menghampiri putri sulungnya.

"Nak, mengapa wajahmu begitu pucat?" tanya Alice dengan risau.

"Iya Kanya. Apa penyakitmu sedang kambuh, bicara kepada Mamah dan Papah," imbuh Fernando yang juga sangat khawatir.

Kanya hanya menghela nafasnya kasar lalu menatap kedua orang tuanya dengan mata sayup itu, membuat Alice dan Fernando tertampar melihat wajah putrinya ini yang tidak seperti biasanya. Wajah ini adalah wajah dimana putri sulungnya dihadapkan pada luka yang begitu dalam.

"Mah, Pah. Hari ini aku izin untuk tidak masuk sekolah, kondisiku sedang tidak baik-baik saja," lirihnya dengan suara serak.

"Iya Nak, kamu jangan masuk sekolah dulu. Mamah juga tidak
mengizinkanmu untuk sekolah, biar Papah yang bicara dengan Bu Lia," ucap Alice dan diangguki Fernando.

"Makasih ya, Mah, Pah. Kanya mau ke kamar dulu," pamit Kanya lalu kembali ke kamarnya.

Alice dan Fernando saling menatap, mereka tidak kuasa melihat putrinya yang lemah ini. Tidak ada kedua orang tua yang tidak merasa sakit disaat anaknya sedang tidak baik-baik saja, tidak ada yang tak merasakan apa yang dirasakan anaknya. Sungguh, mereka berdua seperti sedang mengulang masa kelam itu kembali.

•••
Riva dan Bulan kini sudah sampai di sekolah dengan menaiki bus sekolah yang kebetulan lewat di depan perkarangan rumah mereka. Karena Kanya yang tak kunjung datang membuat mereka berdua hampir saja terlambat, mereka pikir Kanya sudah jalan duluan karena mengingat anak kesayangan Guru Fisika itu sedang mengikuti olimpiade Fisika yang akan berlangsung 1 bulan lagi.

Tetapi, dugaan mereka salah besar. Sahabat mereka tidak ada di dalam kelas dan hanya ada Gesya yang duduk di bangku tersebut, ini bukan kebiasaan Kanya yang terlambat ke sekolah. Riva dan Bulan pun berlari menghampiri Gesya yang sedang duduk manis sambil membaca novel, sang empu yang sudah merasakan kehadiran dua temannya itu langsung menutup buku novelnya.

"Gesya! Kenapa lo sendirian, dimana Kanya?" tanya Riva dengan sangat heboh membuat yang ditanya merasa kebingungan.

Gesya menaikan satu alisnya. "Aku nggak bareng sama Kanya, aku diantar sama papahku karena Kanya nggak datang-datang," jawab Gesya membuat dua temannya bertambah risau.

"Kalian memang tidak bareng dengan Kanya? Bukannya rumah kalian saling berdekatan, kenapa nggak kerumahnya?" lanjut Gesya yang kini bertanya kepada dua temannya.

Bulan menggaruk rambutnya frustasi. "Kita nggak kerumahnya karena sudah telat, nggak kepikiran juga untuk ke rumah Kanya. Gua pikir tuh anak udah sampai sekolah, karena Gua mikirnya dia mau latihan sama Pak Abraham," tutur Bulan membuat Gesya kini di landa rasa khawatir.

Four Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang