7. Dia kembali

13 3 0
                                    

"Kepercayaan itu seperti kaca, jika pecah maka kepercayaan itupun akan hancur."
-Kanya Aurora Fernando-

















7.
10 menit kemudian, pesanan mereka datang Riva dan Bulan langsung menyambar makanan tersebut. Mereka seperti zombie kelaparan, Kanya hanya acuh lalu menikmati sarapan yang sangat bisa menaikan mood dirinya. Gesya pun sama halnya melahap semua makanannya sambil tersenyum, karena ini kali pertama ia makan di Cafe, terlebih bersama ketiga temannya.

Setelah selesai Kanya pun membayar, ia harus tetap bijaksana walau cafe tersebut miliknya. Setelah itu Mereka pun masuk kedalam mobil tak butuh waktu lama, Mereka sampai disekolah. Kanya turun terlebih dahulu lalu disusul ketiga temannya.

Tangan Kanya langsung menggenggam jemari Gesya sepanjang koridor genggaman tersebut, tidak ia lepas sampai pada kelasnya. Namun, Gesya melepas secara paksa lalu duduk dikursinya.

"Wahh bakal hujan besar nih, ditambah petir yang sangat mengerikan," celetuk Riva dan diangguki Bulan.

"Jelas dong! Tuh buktinya, nempel mulu sama Gesya," timpal Bulan ikut-ikutan meledek, sang empu menatap dingin kedua sahabatnya, lalu duduk disebelah teman sebangkunya.

Gesya pun tersenyum hangat dan hanya dilirik oleh Kanya. Ia pun memberikan kotak bekal miliknya pada Kanya, Namun masih tetap saja tak diterima oleh Kanya.

"Ambil ya, jangan ditolak aku buatnya khusus untuk kamu. Terima kasih, aku bahagia," Kanya terpaksa menerima bekal Gesya, teman sebangkunya itu tersenyum kembali lalu fokus pada buku fisikanya.

Riva dan Bulan pun menghampiri meja Kanya, dengan wajah memelas dan memohon pada Kanya. Sang empu mengerti dan memberikan buku tugasnya, mereka berdua menatap binar buku tersebut, lalu dengan kecepatan kilat menyalin semua jawabannya.

Bel masuk berbunyi seluruh siswa XII IPA 1 segera merapihkan aksi menconteknya, Riva pun mengembalikan buku fisika milik Kanya. Pak Abraham pun datang, Tetapi ia tidak sendirian ada seorang murid bersamanya.

Kanya terdiam dengan muka terkejut, ada apa ini? Apa dia bermimpi? Ia pun mencubit pipinya dan terasa sakit. Ya. Ini bukan mimpi Riva dan bulan pun tak kalah terkejut, melihat murid baru yang akan menjadi teman kelas barunya. Mereka berdua saling menatap, mengkhawatirkan keadaan Kanya, sungguh hari ini adalah hari paling buruk bagi Kanya.

"Haii semuanya, nama saya Tania Delichia arwana, saya pindahan dari sekolah Jerman. Semoga kalian bisa menerima kehadiran saya," ujar Tania sambil menatap Kanya dalam, sang empu hanya menatap datar dengan rasa sesak yang sangat menyakitkan.

"Baik Tania, silahkan kamu duduk disebelah Rara," ucap Pak Abraham dan memulai pelajaran fisikanya. Tania pun berjalan menuju bangkunya, Kanya melirik dan direspon Tania dengan senyumnya.

Matanya memanas melihat senyuman itu, Gesya yang sadar dengan perubahan sikap teman sebangkunya mendekatkan dirinya pada Kanya, ia terkejut melihat wajah pucat Kanya, pelipisnya dipenuhi dengan keringat dingin.

"Kamu kenapa Kanya? Ayok, aku antar ke UKS," ajak Gesya namun Kanya masih terdiam menahan rasa sakit pada dadanya. Geysa semakin khawatir pada teman sebangkunya, ia pun tak tinggal diam lalu beranjak ingin memberitahu pak Abraham, tetapi dicegat oleh Kanya dengan wajahnya yang sudah pucat pasi.

Four Promise [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang