Blurry

681 136 37
                                    


 
 
Menyilang kaki sembari memperhatikan tunangannya dari dalam mobil yang pintunya terbuka. Kekehan sedikit tersungging sangat rendah dari belah bibirnya melihat Sehun membersihkan tangan hingga lengan dengan air mengalir dari kran yang terdapat di sudut pinggir taman tengah kampus.
 

Lalu lalang penghuni kampus mencuri tatap pada lelaki yang berstatus mahasiswa disana namun sudah menyandang gelar presiden direktur di salah satu perusahaan yang mudah dicari jika menjelajahi jejaring sosial.

Kenapa kiranya Sehun repot membasuh tangan hingga lengannya di kran yang terletak di sudut tengah kampus?
 

“Sudah bersih, sekarang apa lagi yang kau inginkan agar bersedia diantar olehku..?”. Tanya Sehun yang sudah berada di samping mobil Luhan.
 

Air masih menetes dari siku lengannya, dibantu dikeringkan oleh lelaki yang orang sebut sebagai asisten.
 

“Ganti pakaianmu..!”.
 

“Nona Lu__”.
 

“Jika tidak mau, aku pergi..”. Sergahnya cepat memotong kalimat sang tunangan yang belum usai.
 

“Okay, hanya berganti pakaian setelah itu selesai, bukan..?”. Tanyanya memastikan sembari memberi gestur memerintah untuk mengambil busana yang sengaja disiapkan oleh anak buahnya sebagai penanggulangan hal tak terduga terjadi. Contohnya seperti sekarang ini.
 

Luhan mengangguk dengan permen beraroma strawberry yang ia kunyah. “Jika masih ada sisa bekas orang lain yang menempel dari dirimu, cepat singkirkan..!”.
 

Sehun menghela nafas, bukan jengah hanya merasa takjub saja dengan permintaan aneh dari tunangannya. Tidak masalah membasuh tangan dan lengan di kran sudut tengah kampus, bahkan ia tidak mempermasalahkan membuka busana dan memperlihatkan lekukan otot sempurnanya menjadi tontonan gratis para wanita yang banyak berlalu lalang di area tengah kampus demi mengganti busana agar sang tunangan sudi berada dalam kendaraan yang sama.
 

“Begini..?”. Tanyanya lagi meminta pendapat. Bisa saja apa yang dipakainya tidak sesuai selera Luhan hari itu.
 

Bukan apa, ia pernah ditinggalkan sendirian dalam ruangan privat di sebuat restoran ketika seluruh menu pesanan sudah tersaji hanya karena busana yang dipakainya tidak sesuai dengan selera Luhan hari itu. Untuk informasi saja, selera mata tunangan bangsawannya itu berbeda-beda setiap harinya, bahkan setiap per empat jam-nya.
 

Memperhatikan kemeja berlengan pendek warna baby blue manis terpakai sempurna di tubuh atletis tunangannya. “Okay sempurna..”.
 

Sehun mengulurkan tangan kanannya dengan telapak yang terbuka. “Sekarang tolong keluar dari kendaraan pribadimu, dan duduk di samping kemudiku, Nona Luhan..”.
 

Menerima sambangan tangan kekar sang tunangan lalu berjalan menuju mobil Sehun yang pintunya sudah dibuka oleh salah satu pengawal yang bertugas. Tangan keduanya masih bertaut kemudian terlepas ketika Luhan sudah nyaman duduk di samping kemudi.
 

Lalu kemudian disusul Sehun yang bergegas masuk. Lelaki itu tak lantas segera menyalakan mesin, tapi masih memasangkan seatbelt pada Luhan yang ia tahu sengaja tidak memasangnya sendiri.
 

“Mau kemana hari ini..?”. Sembari menyalakan mesin lalu meninggalkan area kampus diikuti oleh pengawal yang bertugas.
 

“Aku belum makan siang..”.
 

“Okay, restoran mana yang kau inginkan untuk dikunjungin..?”.
 

“Kedai sederhana milik Bibi tua yang terletak 500 meter dari bukit..”.
 

Sehun menyingsing senyumnya. Seluruh restoran mewah yang ada di negaranya bahkan di Negara berbeda sudah pernah tunangannya jejali seluruhnya. Namun kedai makanan yang mengolah makanan rumahan tersebut selalu menjadi pilihan yang dituju berkali-kali oleh Luhan.
 

“Pilihanmu tepat..”.
 

“Apa kau ingin mengatakan bahwa seleraku sudah berubah menjadi kampungan..?”.
 

“Tidak. Bukan begitu. Hanya saja melihatmu menyantap makanan dengan meja yang orang biasa pakai membuatku berpikir bahwa kau memang benar manusia biasa..”.
 

“Apa aku semenawan itu..?”. Mendengus malas dengan sorot yang memeriksa kuku cantiknya satu per satu.
 

“Kau yang paling sering mendengar pujian maha tinggi itu singgah di gendang telingamu, bukan..?”.
 

“Yang aku dengar hanyalah wajah serupa dewi jiwa jelmaan iblis..”. Ujarnya tak bernada, seolah pujian sekaligus cemoohan yang kerap ia dengar dari laporan orang-orangnya tidaklah berarti apa-apa.
 

“Hiraukan yang buruk..! Kau tidak perlu memusingkannya..”.
 

“Tentu, aku melakukannya. Termasuk ketika kau menerima ajakan makan malam Irene secara diam-diam di belakangku..”. Tukas biasa dengan raut wajah tak terbaca yang membuat Sehun tidak nyaman karena merasa tertangkap basah.
 

“A-aahh itu. Bukan sesuatu yang pen__”.
 

“Tidak perlu dijelaskan. Aku tidak sakit hati, hanya merasa harga diriku saja yang tergores karena tunangan wanita yang memiliki rupa laksana dewi harus menghabiskan malam dengan mahasiswi biasa yang wajahnya penuh dengan riasan merona..”.
 

“Maafkan aku, Nona..?”. Tukasnya menyesal sembari melirik diam-diam Luhan yang tampak biasa saja seolah tak ada yang perlu dipermasalahkan.
 

“Hm.. anggap saja sebagai simulasi..”.
 

Kening Sehun berkerut dalam. “Simulasi..? Dalam hal..?”.
 

“Jika suatu hari kau menghadap keluarga besar untuk membatalkan lamaran dengan alasan mencintai wanita lain..”.
 

“Di antara lelucon yang kau lontarkan, itu yang paling konyol..”.
 

Dengusan samar menguar dari belah bibir Luhan. “Ya anggaplah demikian..”.
 

“Mungkin kau tidak suka pada sikapku yang terlalu ramah dengan orang lain, termasuk pada wanita yang mungkin masuk dalam daftar cemburumu. Tapi tolong jangan berpikir berlebihan atas berpalingnya aku dengan wanita lain. Aku tunanganmu, dan beberapa tahun ke depan kita akan menikah sesuai rencana yang sudah ditetapkan, Nona..”.
 

“Jika boleh jujur aku tidak suka rencana itu..”.
 

“Nona tolong, kita sudah membahas ini sebelumnya, hm..? Kau bersedia menerima lamaranku, dan itu artinya di masa depan kau juga bersedia untuk menjadi isteriku..”. Seru Sehun memohon, terselip nada cukup putus asa di dalamnya.
 

Talk too much. Cepatlah, perutku sudah sangat lapar karena kau membuang waktuku dengan berbincang manis dengan Irene..”. Perintahnya telak dan Sehun hanya mematuhi tanpa hendak mengeluarkan kalimat bantah.
 

Perlahan-lahan mengambil tangan kiri sang tunangan lalu mengecupnya dalam sembari menetapkan fokus pada jalanan.

To be continue

Enjoy your reading 💋💋💋

Enjoy your reading 💋💋💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuan


See you next chapter 😘😘😘

SIN'S SLAVE (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang