Hint of Past

388 100 36
                                    


 
 
Beberapa hari tidak berjumpa tentu rindu menjadi sebuah keharusan yang timbul di dada para pecinta. Begitulah yang Sehun rasa.
 

Hari ini ia segera menyelesaikan tumpukan pekerjaannya di ruangan utama dari perusahaan raksasanya setelah mendengar bahwa tunangan agungnya sudah tiba beberapa jam yang lalu.
 

Secuil kesal menyelinap di antara berbagai perasaannya sebab Luhan tidak memintanya menjemput seperti yang wanita itu selalu lakukan, bahkan tidak menghubunginya meski sekedar mengabarkan bahwa sang wanita sudah menginjakkan kaki di Negara yang sama.
 

Dan sebelum seluruh kewajibannya dipenuhi, tangan kokohnya menghantam dua sisi laptop yang menandakan bahwa ia akan mengakhirinya disini. Beberapa berkas tidak berada dalam darurat untuk segera ditangani, daripada tidak fokus sedang pikirannya sudah berkelana ke arah istana bangsawan Xi lebih baik ia menuruti rasa terburu-burunya untuk menemui sang tunangan.
 

Disinilah ia sekarang, mengurai langkah lebarnya untuk mendatangi Luhan yang menurut penuturan salah satu asisten tunangan, sang Nona muda tengah terlelap di ranjang super mewahnya.
 

Sehun membuka pintu tanpa permisi, tentu dengan gerakan yang tidak akan menimbulkan bising pada tidur sang wanita yang bagaikan seorang puteri.
 

Luhan tidur dengan posisi menyamping ke kiri, dan Sehun merundukkan tubuh di sisi kiri ranjang untuk menikmati wajah terlampai rupawan yang tampak begitu damai.
 

Tersenyum lalu mengelus kepala sang tunangan dengan penuh kasih sayang.
 

Demi semesta, Sehun sangat mencintai wanita ini. Meski sebelumnya ia harus melawan hukum semesta agar Luhan berada di sisi.
 

Betah dengan posisinya hingga kedua kelopak bunga mata milik Luhan terbuka.
 

Adalah paras rupawan milik pewaris kekayaan bangsawan Oh yang melimpah menjadi sapaan. Luhan meregangkan otot-otot tubuh, kembali memberi atensi pada Sehun yang bersabar menunggunya mengatakan sebuah patah kata.
 

“Sudah lama menikmati kecantikanku..?”. Luhan tidak menyajikan pertanyaannya dengan suara lembut yang manja.
 

Nada intimidasi namun mampu menggerakkan kedua sudut sang rupawan melengkung simetris. “Kau tampak kelelahan, Nona. Dan ya, aku sudah lama menikmati kecantikanmu. Terima kasih karena tidak marah..”.
 

“Katakan apa yang membuatmu kemari, bahkan aku yakin seluruh tumpukan kewajibanmu sebagai presiden direktur belumlah usai..”. Luhan masih berbaring, enggan untuk sekedar mendudukkan tubuhnya.
 

“Haruskah pertanyaan demikian yang kau ucapkan setelah berhar-hari tidak menghubungiku, Nona..? Itu sedikit kejam untuk kita yang dikenal sebagai pasangan sempurna..”.
 

Sehun mengambil tempat untuk duduk di pinggir ranjang sembari merundukkan kepala untuk melabuhkan kecupan pada kening sang tunangan.
 

“Aku tidak memegang ponsel. Kau pasti memahaminya mengingat kasta kita tidaklah jauh berbeda. Kau bukan gelandangan yang dipungut bangsawan Oh lalu secara dramatis menjadi pewaris tunggal, bukan..? Jangan mengeluhkan sesuatu yang telah kau ketahui jawabannya..”. Seru Luhan dengan wajah malas menatap tunangannya.
 

“Aku tahu dan memahami segala tata krama kebangsawanan, Nona. Tapi bukan menjadi sebuah dosa apabila setelah tetua-tetua menyelesaikan ucapan kau menyempatkan membuka ponselmu untuk mengabari tunanganmu yang setiap detiknya menunggu..”. Menanggapi dengan lembut agar tidak memancing terlalu jauh amarah sang tunangan yang kerap terbakar apabila bertukar kata dengannya.
 

“Jika kau hanya ingin merusak hariku dengan keluhan kekanakanmu seharusnya kau tidak membunuh saudaramu hingga harus menggantikan posisinya sebagai pasanganku..!”. Nada Luhan datar dan penuh kecaman.
 

SIN'S SLAVE (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang