Cut The Wound

418 91 42
                                    


 
 
 
Sorot elangnya terpaku pada gerakan lentur yang dilakukan oleh sang tunangan dipandu oleh salah satu instruktur yang berada disana. Membuat instruktur yang memandu olahraga yang dilakukan oleh Luhan sedikit gugup padahal sudah jelas tatapan tersebut bukan ditujukan pada dirinya melainkan pada wanita berdarah bangsawan kelas atas yang kebetulan berada dalam kelas pilatesnya. Tuan muda Oh Sehun dengan pesonanya adalah salah satu hal mematikan di dunia dalam kamus para kaum hawa.
 

Gerakan terakhir selesai, Luhan menerima handuk kecil dari asisten yang berjaga sigap di tempat tersebut.
 

Sehun bangkit dari duduknya, berjalan menuju lebih dekat pada tunangannya yang tengah meregangkan sedikit tubuhnya sembari mengelap beberapa bulir keringat di tubuh.
 

Netranya menatap memuja pada kesempurnaan yang terdapat pada diri Luhan. Tubuh, wajah dan segalanya. Sepertinya Luhan mengambil seluruh porsi keberuntungan yang harusnya dibagi dengan wanita di seluruh dunia.
 

“Aku ingin melihatmu setiap hari..”, Kalimat aneh tersebut membuat Luhan mengernyit.
 

Luhan menyuruh asistennya untuk mengosongkan ruangan yang dipakai oleh dirinya dan Sehun. Dan seperti biasa siapa yang mampu untuk membantah Nona muda kesayangan pemilik tempat Luhan berolahraga tersebut?
 

Meregangkan tubuh sembari berjalan menuju sofa berwarna putih gading yang terletak di sudut ruangan, diikuti oleh Sehun dari belakang.
 

“Kau menginginkan sesuatu untuk dimakan, Nona..?”. Tanya Sehun dengan ikut mendaratkan bokongnya di samping Luhan berada.
 

“Tidak. Nanti saja..”.
 

Sehun mengangguk mengerti karena sepertinya Luhan sedikit ingin berbicara serius, terbukti dari penolakan terhadap makanan padahal wanita tersebut begitu suka.
 

“Jadi, hal apa yang ingin kau bicarakan padaku..? Well, meskipun aku sangat menyukai mencipta basa-basi terlebih dahulu denganmu, namun sepertinya kau sedang tidak berada di suasana yang sama..”.
 

Luhan menyungging mendengar ujaran pengertian sang tunangan yang sedikit banyak mampu membaca pergerakan tubuh dan ekspresinya tersebut. Sepertinya Sehun perlu mendapat apresiasi sesekali.
 

Mengangkat kaki untuk menyilangkannya sebelah. “Kau belum menyelesaikan urusan masa lalumu dengan Kyungsoo. Benar..?”.
 

Pertanyaan yang sungguh membuat Sehun terganggu karena keluar nama Kyungsoo dari belah favoritenya. “Aku mengatakan sudah menyelesaikannya, Nona..”.
 

“Kau belum. Jika sudah, Kyungsoo tidak mungkin berani mengirim pesan teks padaku dengan memohon agar diberikan waktu untuk bertemu denganmu..”.
 

Salah satu orang Luhan mengetuk pintu kemudian masuk untuk menyerahkan coat panjang pada Luhan. Segera keluar setelah pesanan sang Nona selesai.
 

“Aku menganggapnya selesai karena hubunganku dengan Kyungsoo pun sudah selesai sebelum kedua orang tuaku datang untuk menyampaikan lamaran pada Tuan besar Xi, Nona. Ku harap kau mempercayai itu..”. Ujarannya bernada tegas dan Luhan tidak melihat dusta yang terselip di dalamnya.
 

“Aku percaya, tapi sepertinya hanya kau yang menganggapnya selesai sedangkan Kyungsoo tidak. Ku tebak pasti kau meninggalkannya tanpa penjelasan masuk akal, bukan..?”. Tatapan intimidasi layaknya ratu Britania Raya Luhan layangkan pada Sehun.
 

“Kalimat usai dalam sebuah hubungan rasanya sudah lebih dari cukup untuk mengakhiri segalanya. Aku tidak suka berbasa-basi terlalu lama dengan Kyungsoo hingga harus menyaksikan drama air mata untuk memintaku tetap tinggal. Jadi, ku anggap segalanya selesai dengannya sekalipun ia mengatakan tidak..”.
 

SIN'S SLAVE (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang