Mengangkat pergelangan tangan untuk memeriksa berapa puluh menit yang sudah ia lewatkan di kediamannya untuk menunggu sang tunangan yang berjanji akan mengunjunginya malam ini.
Mendengus jengkel setelah jarum detik sempurna menekan angka dua belas. Tiga jam berlalu menunggu artinya Luhan tidak akan datang menemuinya sesuai janji. Sehun terlalu hafal pola wanitanya karena telah terlalu lama bersama.
Melempar satu gelas kosong dengan keras ke arah dinding untuk melampiaskan rasa marah. Berjalan tergesa keluar rumah menuju garasi luas berisi puluhan koleksi kendaraannya untuk menempuh perjalanan menuju tempat dimana seharusnya Luhan berada.
Mengangkat tangan tatkala sang supir hendak meraih kemudi untuk mengantar sang tuan pergi. Lelaki yang tak kalah tinggi dalam tatanan hierarki tersebut menginjak gas berkecepatan tinggi, tentu langsung tanggap diikuti oleh para pengawal yang setia mendampingi.
Tuan mereka tengah diliputi amarah. Mereka sangat mengenal dari raut wajah yang jauh dari kata ramah.
Suara decit ban kendaraan menggemana setelah melewati pekarangan luas nan panjang dari kediaman sang tunangan yang menjulang begitu megah.
Sehun turun tergesa lalu memasuki rumah laksana istana dengan bungkukan serupa yang selalu ia dapat ketika kakinya menapak di tanah. Semua orang mengenalnya sebagai seorang tunangan dari nona agung muda mereka. Karenanya aksesnya tentu begitu mudah untuk memasuki kediaman yang penjagaannya sangat ketat tersebut.
“Nona Luhan dimana..?”. Suaranya datar, jauh berbeda dengan nada yang selalu ia berikan pada biasanya.
Salah satu di antara asisten Luhan membungkuk dengan kedua tangan terlipat di atas perut sebagai tanda hormat.
“Nona muda terbang ke Eropa, tuan..”.
Sehun terkekeh sumbang. “Sejak..?”. Lagi-lagi merasa marah dan tak dihargai karena Luhan bersikap semena-mena terhadapnya. Ia hanya butuh kabar, tidak berlebihan bukan?
“Satu jam lebih tiga puluh menit yang lalu..”.
“Kenapa tiba-tiba..?”. Tanya Sehun dengan suara yang berangsur penuh amarah.
“Kami hanya mendengar bahwa seniman yang hendak Nona muda temui tiba-tiba membatalkan janji, dan setelahnya Nona muda meminta menyiapkan penerbangannya ke Eropa..”.
“Maksudmu kemungkinan tunanganku membuang waktu berharganya dengan terbang ke Eropa untuk menyusul seniman misterius itu..?”.
Wanita berpenampilan formal tersebut tetap pada posisi hormatnya. “Saya tidak berani mengambil kesimpulan gegabah sekalipun itu sederhana mengenai nona muda Luhan, tuan..”.
Sehun mengangguk dengan kekeh sumbangnya, lalu meraih vas bunga krystal yang berada dekat dengan jangkauannya kemudian melemparnya keras ke arah pegangan tangga.
Sisi buruk yag jarang ia perlihatkan di mata banyak orang.
“Yeah.. aku mengerti karena jika kau berani, kepalamu akan berakhir berlubang dari banyak sisi..”.
Setelahnya hengkang dari kediaman megah sang tunangan lalu menyuruh orangnya untuk membawanya pada tempat yang biasa ia jadikan pelarian jika tengah penat dengan kekurang-ajaran Luhan.
Ia bisa saja dengan mudah melacak dan menyusul kemana tunangannya berada. Namun tentu urung ia lakukan mengingat sikap temperaman dan semena-mena Luhan. Ia tidak berani mengambil resiko dari murka yang akan Luhan berikan jika ia berani terbang tanpa izin untuk menyusul tunangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIN'S SLAVE (HunHan GS)
FanfictionDalam sejarah yang ada mungkin hanya Sehun yang memilih menjadi budak kaya raya yang menghamba pada sang tunangan yang maha memerintah Main Cast : Oh Sehun Xi Luhan (GS)