ㅡ 𝒐𝒖𝒓 𝒘𝒂𝒚𝒔

378 13 0
                                    


⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
⛅ ~ Happy reading !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

.

.

"Wooyoung" ucap seorang pemuda dengan tuturnya yang lembut.

Suasana kantin seketika ramai melihat keberanian seorang Choi San menghampiri pemuda lain yang diketahui merupakan laki-laki incarannya. Jung Wooyoung namanya, pemuda idaman banyak kaum.

Teman-teman sekitaran Wooyoung menyoraki San dengan nada mengejek.

"Berani juga ya kau, Choi San." Celetuk salah seorang teman dari Wooyoung sembari memberikan tatapan remeh kepada San.

"Apa lagi kali ini?" Teman Wooyoung yang lain merebut bekal yang ada di tangan San. Kemudian dilemparkan ke arah teman yang lainnya.

Wooyoung yang baru saja menyelesaikan catatan di bukunya menatap ke arah sekelilingnya. Arah matanya menatap San yang terlihat sebentar lagi akan menangis. Kemudian ia melihat sekotak bekal yang sedang di lempar ke sana-sini.

Wooyoung yang mengerti situasi langsung beranjak dari duduknya. Membuat atensi teman-teman ke arah dirinya.

"Balikkan" kata Wooyoung dengan nada santai namun terdengar seperti perintah.

Teman-teman yang mengetahui suasana hati Wooyoung, dengan segera memberikan kotak bekal yang dibawa San tadi.

Wooyoung melirik sekilas teman-temannya itu kemudian ia menarik tangan San untuk mengikuti langkahnya.

Wooyoung memasuki ruang kelasnya dan duduk ditempatnya yang terletak di pojok belakang. San yang tangannya sedari tadi ditarik oleh Wooyoung akhirnya dilepaskan.

"Duduk."

San yang masih saja terdiam, dihadiahi tatapan intens oleh Wooyoung. Kemudian San ditarik untuk duduk tepat di sebelah Wooyoung.

"Ini kotak bekalmu kan?"

"I-iya Wooyoung."

"Makan."

"Tapi tadinya ini ingin kuberikan untukmu Wooyoung."

"Buat aku?"

Wooyoung membuka kotak bekal itu dan melihat isinya yang sudah berantakan. Wooyoung bersiap-siap untuk makan, akan tetapi San lebih dulu menahan tangan Wooyoung.

"Woo, itu sudah tercampur aduk. Sudah tidak layak dimakan."

"Enak kok. Makasih ya, San." Wooyoung tetap makan tanpa mengindahkan penampilan makanan yang tadinya sudah tertata rapi menjadi sangat berantakan akibat lemparan yang dilakukan temannya.

"Woo, San balik dulu ya. Enggak enak dilihatin oleh yang lain."

"Gak, duduk sini saja. Temani aku makan."

Tidak lama Wooyoung teringat sesuatu kemudian ia merogoh tas miliknya.

"Ini" ucap Wooyoung memberikan San sekotak susu rasa stroberi.

"Eh? Buat Sannie?"

"Hm."

"Loh kenapa?"

"Kau suka."

"I-iya?"

"Kamu suka susu rasa stroberi itukan, makanya aku belikan tadi pagi. Kalau tunggu jam istirahat bisa-bisa kamu gak kebagian."

"Makasih Wooyoung. T-tapi kenapa?"

"Menurutmu? Kamu kenapa memberikanku bekal?"

"Karena umm-"

"Kamu menyukaiku? Benarkan?"

San hanya tertunduk malu. Selain Wooyoung yang terlalu blak-blakan, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka berdua. Tentunya perasaan iri akibat seorang San yang sering dikerjai dan diremehkan orang-orang bisa berduaan dengan jarak yang sangat dekat dengan seorang Jung Wooyoung.

"I-iya, maaf Wooyoung."

"Tidak perlu meminta maaf. Jadi kamu sudah mengerti kenapa aku membelikanmu susu itukan?"

"Eh kenapa?"

"Ck, karena aku juga menyukaimu."

San yang belum selesai dengan keterkejutannya, kembali dikejutkan dengan kalimat Wooyoung setelahnya.

"Mulai saat ini kamu milikku, San."

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
🌟 ~ The end !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

.

.

ૢ་༘࿐ ꒰🦋꒱┊ 𝐅𝐋𝐎𝐑𝐄-𝐂𝐘 𝐩𝐫𝐞𝐬𝐞𝐧𝐭.

Woosan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang