⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
⛅ ~ Happy reading !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰.
.
Udara dingin di malam hari terus menerpa. Seorang pemuda berpakaian kemeja putih tipis dengan surainya yang berantakan membawa dirinya ke jalan sepi tidak tentu arah. Helaan nafas terdengar beberapa kali dari pemuda tersebut.
Tidak lama suara langkah yang terdengar banyak dan berantakan disertai suara tawa dari para pemuda yang berjalan di belakangnya.
Pemuda ini merasa ketakutan dan menggenggam erat tas ransel yang sedang digunakannya.
Rombongan pemuda yang di belakangnya tadi mulai berjalan di dekatnya. Dikarenakan sedari tadi pemuda ini berjalan dengan sangat pelan tidak tentu arah.
Sampai beberapa dari rombongan pemuda sudah melewatinya. Ada dari mereka yang dengan sengaja menabrak pemuda yang sedang berjalan sendirian ini. Lalu berjalan meninggalkannya begitu saja.
"Dasar tidak jelas! Hei, kau tak apa kan? Maafkan temanku itu ya." Kata seorang pemuda lain yang merupakan salah satu dari rombongan tadi. Ia berjalan di paling belakang dengan alasan untuk menjaga temannya, padahal yang harus dijaga adalah dirinya sendiri.
"Um.. halo. Apakah sesakit itu ya?" Pemuda yang tidak mendapat jawaban, memilih untuk berjongkok di hadapan pemuda yang masih terus menunduk ketakutan.
"Biar kubantu." Pemuda itu segera mendongak dan terlihat jelas ekspresi ketakutannya saat pemuda yang bermaksud ingin menolong menyentuh lengannya.
"Loh, San??!" Pemuda itu terkejut dengan suaranya yang tidak ramah telinga.
Pemuda yang diteriaki namanya tersebut tersentak.
"Kamu San, iya kan??"
"Um.. i-iya."
"Aku Wooyoung. Kamu gak lupa sama aku kan?"
"Bagaimana mungkin?"
"Sannie!" Pemuda yang bernama Wooyoung merespon dengan heboh dan terukir senyuman lebar di wajahnya.
Pemuda yang dipanggil merasakan hangat ketika menerima panggilan itu. Lalu dengan segera ia berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang mungkin saja terkena kotor karena mengenai jalanan tadi.
Wooyoung masih terus menatap paras pemuda di hadapannya. San yang menyadari tatapannya, melirik kaku ke arah lain.
Tidak lama, suara langkah rombongan yang terburu-buru kembali terdengar di indera pendengaran.
Wooyoung yang tidak mengubris apapun, hanya menatap wajah San dengan takjub.
"AAK!!" Itu suara Wooyoung, siapa lagi yang akan berteriak seperti itu di malam hari.
"KAMU KENAPA MEMUKUL AKU??!" Wooyoung menatap tajam seseorang yang memukul tekuknya itu.
"Ya ampun, Wooyoung. Kamu bikin kita khawatir, kenapa malah berhenti di sini?" Teman Wooyoung yang lain ikut datang, perlahan-lahan mereka dikerumuni.
"Itu-"
"Kamu gak kenapa-kenapa kan? Ada yang sakit atau terluka? Cepat bilang!"
"Ih Seonghwa Hyung, aku kan lagi mau jelasin. Sabar dulu."
"Iya-iya maaf. Hyung khawatir banget pas nengok ke belakang, kamunya gak ada."
Wooyoung tersenyum maklum kepada Seonghwa hyungnya, yang sudah lebih seperti kakaknya dibanding seorang sahabat.
"Wooyoung tolongin San, hyung. Tadi Mingi jahil banget nabrak San terus dia jadi terjatuh."
San yang sedari tadi hanya mendengar percakapan mereka kembali menunduk takut ketika namanya ikut disebut dalam percakapan.
"Hehe maaf."
"Jangan mau maafin dia, San. Suka gitu anaknya." Wooyoung langsung menyambar begitu mendengar ucapan maaf Mingi.
"Wooyo mah jahat." Mingi berucap dengan bibir dimajukan supaya terlihat sedih, kalau kata Mingi.
"Ih Mangi mah ngambekan, males ah!"
"Kok Wooyo juga ikut ngambek? Harusnya kan aku." Mingi masih mempertahankan ekspresi sedihnya.
"Eh? Ya udah iya, maafin Wooyo ya Mangi. Jangan cemberut gitu. Dasar bayi! " Wooyoung mengalah dan memeluk Mingi yang dengan segera membalas pelukan tersebut. Tidak berhenti di situ, Yunho salah seorang dari rombongan tersebut ikut memeluk mereka.
Seonghwa yang paling sabar menghadapi teman-temannya itupun tampaknya sudah sangat terbiasa dengan pemandangan seperti itu. Kemudian ia membawa arah pandangannya ke San.
"Kamu San pacarnya Wooyoung ya?"
"Eh?"
Yeosang sedari tadi ikut memperhatikan wajah San. Yeosang adalah salah satu sahabat Wooyoung, jelasnya yang tadi memukul tekuk Wooyoung dengan sepenuh hati.
San yang merasa diperhatikan, melirik ke arah Yeosang yang menampakkan wajah jengkel terhadap dirinya.
"Kau tahu San? Karena dirimu!"
Yeosang menggantungkan kalimatnya membuat San takut akan lanjutan yang akan dilontarkan.
"A-aku ada salah apa?
"YEOSANG JANGAN BIKIN SAN TAKUT GITU!" Wooyoung yang sudah terlepas dari pelukan sahabatnya berbalik kembali di sisi San.
Yeosang hanya berdecak menanggapi teriakan Wooyoung. Dia juga sudah sangat terbiasa dengan hal itu. Bagi Yeosang 'Gak teriak, gak Wooyoung'.
"Anak ini selalu membicarakanmu setiap waktu dan itu membuatku bosan! Serius." Yeosang melanjutkan ucapannya yang membuat San dan tentu saja Wooyoung terkejut.
"Wooyoung Hyung selalu berkata San Hyung sangat tampan!" Timpal Jongho yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka.
"Aku memberi restu padamu, Wooyoung. Sepertinya San bukan orang yang akan berperilaku jahat." Kalimat dari Hongjoong, salah satu pemuda dari gerombolan tersebut yang terdengar seperti seorang ayah memberi restu putranya.
San mengerjapkan matanya dengan bingung harus merespon bagaimana. Lain halnya dengan Wooyoung, ia sudah merengek di dekapan Seonghwa karena para temannya itu membeberkan suatu fakta di hadapan pemuda yang sudah ia sukai sejak dulu.
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
🌟 ~ To be continued !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰.
.
ૢ་༘࿐ ꒰🦋꒱┊ 𝐅𝐋𝐎𝐑𝐄-𝐂𝐘 𝐩𝐫𝐞𝐬𝐞𝐧𝐭.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woosan Oneshoot
Kısa Hikayefull of woosan things welcome for everyone, including homophobic maybe u wanna trying to read ? (o'・_・)っ ' ✎ written in bahasa ' ✧ warning! b x b content ' ❥ no hate no harsh , owkie-? . ( by FLORE-CY ) full love for you all ~ ʕっ•ᴥ•ʔっ .