ㅡ 𝒉𝒆𝒍𝒍𝒐 𝒇𝒖𝒕𝒖𝒓𝒆

391 17 0
                                    


⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
⛅ ~ Happy reading !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

.

.

Suara pintu diketuk terdengar oleh indera pendengaran pemuda bersurai hitam. Hal ini membuat pemuda bernama Wooyoung semakin mengeratkan pelukannya kepada plushie karakter rubah miliknya.

Tidak lama pesan dari ayahnya muncul di layar ponsel. Isi pesan yang mengatakan bahwa anak dari teman ayahnya itu sudah sampai di tempat kediamannya tersebut.

Mau tidak mau, Wooyoung melangkahkan kakinya menuju pintu utama untuk membukakan pintu.

Wooyoung menatap ke arah lantai setelah membuka pintu rumahnya. Kemudian ia berkata "Silakan masuk." Namun pemuda lain tersebut tidak segera memasuki rumahnya.

Wooyoung yang bingung menatap ke arah pemuda yang mengejutkannya cukup tampan.

'Astaga apa-apaan pikiranku ini. Dia laki-laki, Wooyoung! Tolong berpikir sehat!' Wooyoung berdebat di dalam pikirannya, dengan hati yang masih tidak karuan setelah melihat paras pemuda di hadapannya ini.

"Hai, Wooyoung kan?" Kata pemuda sembari melambaikan tangannya di hadapan pemuda si pemilik rumah.

"E-eh iya."

"Perkenalkan namaku Choi San. Aku anak dari teman ayahmu. Aku diminta ke sini untuk menemanimu karena orang tuamu pergi ke luar negeri bersama orang tuaku."

Wooyoung masih saja menatap San dengan mengerjapkan kedua matanya.

"Aku sudah menjelaskan mengapa aku di sini, jadi aku masuk ya Wooyoung?"

Wooyoung hanya menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaan dari San.

"Wooyoung gak mau tutup pintunya dan masuk?"

Wooyoung yang tersadar kemudian menutup pintu dan berjalan pelan ke arah San yang sudah berdiri di sebelah sofa.

"Wooyoung, aku tidak dipersilahkan duduk?"

"A-ah iya silakan duduk, San."

"Kamu tidak nyaman dengan kehadiranku ya?"

"Eh, tidak kok. Kenapa berpikiran begitu?"

"Kata ayahmu, kamu menolak kehadiranku hari ini. Dan kamu takut aku adalah orang jahat."

"Maaf maaf. Itu karena aku tidak mengenalmu. Dasar ayah malah mengadu!"

San terkekeh melihat Wooyoung menggerutu dengan bibir yang dimajukan.

"Tenang saja Wooyoung, aku bukan orang jahat kok."

"Aku tahu, lagipula mana ada orang jahat yang mengaku."

"Benar juga sih."

◆ ━━━━━━ ∴ ❴ ⸙ ❵ ∴ ━━━━━━ ◆

Waktu telah menunjukkan 10 malam yang artinya sudah cukup larut dan sudah bisa diisi dengan kegiatan tidur untuk keduanya.

"San, kamu bisa tidur di kamarku."

"Kamu di mana?"

"Aku di sofa ruang tamu saja."

"Loh begitu? Tidak ada kamar lain?"

"Kamar orang tuaku dikunci. Di rumah ini tidak ada kamar lain lagi."

"Kalau begitu, aku saja yang tidur di sofa. Kamu tidur di kamarmu."

"Tidak mau."

"Tugasku di sini untuk menjagamu selama orang tua kita pergi. Jadi biarkan aku yang tidur di sofa saja."

"Dih, memangnya aku anak kecil perlu dijaga. Dan apa hubungannya kamu jadi tidur di sofa?"

"Tidak tahu, pokoknya kamu tidur di kamarmu. Dan mungkin orang tuamu khawatir anak perawannya diculik." Jawab San diakhiri tertawa kecil.

"Heh! Sembarangan saja kalau berbicara! Aku ini laki-laki ya." Wooyoung menatap galak ke arah San, namun dengan bibir yang mengerucut membuat San menahan gemas.

Setelah perdebatan yang cukup lama, akhirnya Wooyoung memutuskan mengenai tempat tidur.

"Kita tidur bersama saja."

"Kau yakin? Aku ini laki-laki." San berkata dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Aku juga."

"Kamu gak takut aku apa-apain?"

"San! Jangan aneh-aneh ya kamu! Mau tidur apa enggak sih?"

"Ih galak banget serasa kayak mau diterkam." San mengerucutkan bibirnya seakan-akan sedih.

"Cepetan ih, mau tidur di mana jadinya? Ya ampun aku sudah sangat mengantuk, Sannie."

"Ya sudah aku tidur sama kamu saja. Tapi beneran gak takut ya? Kalau aku bablas gimana?" San tersenyum miring.

"San! Kita tuh sama ya!"

"Tau kok, tapi kamunya manis banget jadi takut khilaf."

"Tau ah, kalau gitu San tidur di sofa saja sana!" Wooyoung berjalan cepat menuju kamarnya.

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
🌟 ~ The end !
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

.

.


ૢ་༘࿐ ꒰🦋꒱┊ 𝐅𝐋𝐎𝐑𝐄-𝐂𝐘 𝐩𝐫𝐞𝐬𝐞𝐧𝐭.

Woosan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang