19; sugar and smoke

10.4K 1.1K 156
                                    

—————

Solyn, right?”

Solyn lantas mendongak, menemukan sosok tinggi di hadapannya, merasa dirinya tidak kenal sama sekali, Solyn mengangkat alisnya sebagai bentuk dari kebingungan.

Laki-laki itu kemudian menjatuhkan sebuah barang di depan, Solyn terkejut melihat buku miliknya, bahkan hanya dengan tidak membukanya saja, seseorang dapat tahu bahwa benda itu milik Solyn sebab namanya di costum tepat di covernya.

how—”

“nemu di depan pintu perpus, kemaren,” jawab laki-laki itu, sebelum Solyn dapat menyelesaikan pertanyaannya.

oh, thankyou.” balas Solyn, tersenyum tulus tapi kemudian menjadi datar kembali setelah melihat wajah laki-laki itu terlihat menyelidikinya.

“Lo murid baru?” tanyanya. Solyn menggeleng.

“Gue gak pernah liat lo sama sekali,” jeda sebentar sebelum berdecak keras. “Oh, lo tuli? Cacat dong lo, pantes gue panggil dari tadi gak noleh.”

Solyn mendengkus, dia tidak menoleh bukan karena tidak mendengar disebabkan oleh kekurangannya, tapi karena dia terlalu fokus pada buku yang sedang dia baca.

once again, thanks!” ucapnya sebal, kemudian, duduk menghadap ke arah lain agar tidak melihat kepergian laki-laki itu.

Tidak disangkanya, bahwa laki-laki itu tidak pergi sama sekali, melainkan duduk di depan Solyn dan berdehem.

“tuli, jangan berisik, jangan bilang siapapun, gue mau nyebat.” ujarnya, lalu dengan santai mengambil cigarette dari dalam saku, juga korek dan menyalakan benda tersebut di ujung bibirnya.

Gila.

“Udah lo fokus baca aja lagi, don't mind me.”

Solyn kemudian kembali mengarah ke arah lain agar tidak melihat laki-laki itu. Dia fokus kembali ke buku, tapi tepukan di lengannya membuatnya kembali menoleh pada si laki-laki yang mengeluarkan asapnya ke wajah Solyn. Brengsek.

Melihat Solyn yang menahan nafas dan mengibaskan tangan agar kepulan asap tersebut pergi, laki-laki itu tertawa senang, tapi kemudian berhenti saat Solyn Melototinya kesal.

“muka lo lucu,” ujarnya, tersenyum miring. “Gue Daxter,” lanjutnya. Solyn mengabaikannya, berniat mundur tapi Daxter menahan kaki Solyn.

“Apaan sih! Lepas! Lo kurang ajar.”

“Gitu lo sama orang yang udah baik balikin buku lo?” balasnya, sinis.

“Tapi gak gini juga, lepasin kaki gue.”

No.” dia menggeleng, menarik kaki Solyn lebih lagi agar selonjor, Solyn menahan nafas saat tiba-tiba laki-laki itu merebahkan kepalanya di paha Solyn.

shit! Muka lo tegang amat, cuma pinjam paha buat tiduran bukan buat gue jilat.” katanya dengan vulgar, Solyn mendengkus keras sebagai bentuk protes.

Brengsek.

“Gue mau tidur bentar, kalo belum bunyi jangan bangunin gue, lo bisa pindahin kepala gue tapi jangan kasar ya. Gue cari lo kalo sampe kayak gitu!”

Dan ya, Daxter tidur di pahanya, rokoknya terabaikan di sisi tubuhnya dengan api yang padam, kedua tangannya terlipat di atas tubuh, perlahan pasti nafasnya terdengar mengalun lembut tanpa dengkuran, matanya tertutup dengan buku alis lebat yang mencuri perhatian Solyn.

Setelah belum bunyi, Solyn tidak membangunkannya, menuruti agar memindahkan kepala Daxter ke bawah dengan pelan, paha Solyn terasa keram ketika berdiri.

Solyn meregangkan tubuhnya, mengusir pegal karena terlalu lama duduk.

Kemudian dia dikejutkan oleh suara serak dan berat yang membuatnya cukup emosi. “your panties is white.”

Brengsek!

—————

Solyn terkejut melihat kedatangan Daxter di depan apartemennya saat dia membuka pintu, berniat pergi ke minimarket untuk berbelanja beberapa keperluan.

“Daxter?” panggilnya ragu.

where are you going?” dia bertanya.

“minimarket, why are you here? Where is Jeanne?

“Tidur di rumah,” jawabnya. Solyn mengangguk. “biar gue anter.”

“Gak usah, deket, di bawah doang.” Solyn menolak cepat dengan awkward, pertama kali berbicara seolah tidak ada yang terjadi, Daxter terlihat datar, dan tidak seperti biasanya. Why?

“Gue anter!” keukeuhnya. Solyn tidak bisa menolak setelah itu, dia akhirnya pergi dengan Daxter di sampingnya, Solyn melihat laki-laki itu dari samping, wajah calmnya membuat Solyn ingin tersenyum saat ini juga.

“Lo mau beli apa?” tanya laki-laki itu, setelah sampai di minimarket.

“Jalan aja dulu,” jawab Solyn lantas mendahului Daxter dan mengambil beberapa barang makanan setelah mengambil troli.

“Solyn,” panggilnya. Solyn menoleh dan mengangkat wajahnya.

“Ya?”

he likes you.”

“hm?”

“Jay.” jeda sebentar, melihat wajah Solyn yang tidak terkejut melainkan penasaran, Daxter melanjutkan. “lo nyerah?”

“Apa?”

with us.”

“Kenapa bahas ini lagi? Lo udah tahu jawabannya, kita saudara, Dax.”

“oke.”

“oke?”

i told him, Jay. About us, and he said, he wants earn you—is it the end for us, Solyn? Jawab gue, sekali ini aja, kalo lo nyerah kali ini gue—kayaknya juga nyerah.”

——————

sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang