1O; sugar and smoke

12.8K 1K 18
                                    

—————

Solyn benar-benar panik setalah tahu bahwa Jeanne di belakangnya, entah mungkin Solyn menjadi pengidap anxiety disorder atau tidak, tapi rasanya dia benar-benar panik dan cemas, bahkan sampai hari ini, Solyn masih tetap memikirkannya dan takut jika kemungkinan Jeanne akan membuka mulut dan menceritakannya ke orangtua mereka.

“Jeanne, Jeanne tadi lihat apa?” tanya Solyn pada gadis cilik itu, setelah menyeretnya kembali masuk ke kamar Solyn dan menutup pintunya.

I—”

“Bahasa, tolong.”

Bibir Jeanne cemberut, Solyn harus membiasakannya sesekali berbicara menggunakan Bahasa Indonesianya.

“Aku lihat Solyn dan Daxter, eum—aku gak tahu, maybe Daxter whispered to you?” katanya, membuat Solyn menghela nafas lega dan tersenyum pada Jeanne.

“Ya, dia berbisik ke aku katanya dia gak akan marah ke Jeanne.”

“Oh ya? Aku kira kalian main hide and seek tanpa aku.” jawaban Jeanne membuat Solyn terkekeh. Anak kecil memang mudah melupakan sesuatu dengan cepat, tapi bukan berarti mereka lupa, hanya teralihkan. 

“Lo bengong.”

Solyn tersentak ketika seseorang berbicara sangat dekat dengannya, kepala Solyn lantas menoleh sedikit dan menemukan Jay berdiri di belakangnya.

“Gue gak bengong,” ujar Solyn mengelak, dan itu membuat Jay mendengus lantas duduk di sisinya.

Yena juga kemudian datang dan duduk, berdehem kuat membuat Jay mengalihkan mata dari Solyn.

“Ngapain lo ke sini?” tanya Yena.

Jay mengangkat alisnya satu. “Kakek lo pemilik kantin ini?”

“Bukan. Emang kenapa?”

“Kirain, kalo iya gue suruh ambil cucunya.”

“Anjrit. Bilang aja lo mau berdua sama Solyn, ’kan?” tebaknya membuat Jay menyeringai tipis.

“Cowok akan mudah deketin lo, soalnya lo peka,” katanya, membuat Yena mendengkus dan membawa piring makanannya, lantas pindah tempat duduk.

Setelah Yena pergi, Solyn menatap bingung Jay. “Kenapa?”

“Gak, lutut lo udah gak papa?” tanya Jayden, melirik kaki gadis itu di bawah meja.

Solyn tersenyum tipis. “Gak luka serius, kok. Sehari juga sembuh.”

“Bagus deh,” balas Jay.

“Hah?”

“Keberatan gak lo bagi nomor whatsapp lo, atau ID line?”

Solyn menatap laki-laki itu lama, kemudian menggeleng. “Gak kok,”

Jay tersenyum puas, lalu menyodorkan ponselnya. Solyn mengambilnya dan mengetik nomor whatsapp miliknya.

“Gue gak punya line, sorry.”

Jay menggeleng tidak masalah setelahnya dia bangkit ketika selesai mengecek nomor Solyn, apakah memang terdaftar di aplikasi tersebut atau tidak. Solyn tidak bohong.

Okay, thanks!” katanya, “Gue duluan ya, buru-buru mau ke lapangan.”

Solyn mengangguk, Jay pergi menjauh kembali ke meja di mana teman-temannya berada. Dia mengangkat alis ketika tempat yang Daxter duduki kini kosong.

“Daxter pergi?” tanya Jay.

Egil mengangguk.

“Kenapa?” tanyanya lagi.

Egil mendongak, dengan mulut penuh dan mengipasinya dengan tangan karena mengunyah bakso yang masih panas. “Gaoaoa,” balasnya.

—————

sugar & smoke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang