"Are you sure?"
"Untuk apa lo tahu?"
Jay terkekeh sinis, sebelum menunduk dan menjadikan botol berdiri di atas meja dengan tangannya. "because strangers don't kiss each other."
Daxter tidak menjawab apapun saat itu, padahal Jay sangat ingin tahu tapi Daxter seolah bisu dan tidak berniat menjawab sama sekali. Menyadari ketegangan tersebut Egil segera berdehem guna memecahkan kebisuan antara mereka. Meskipun jelas Jay sedang mengintimidasi dan Daxter tetap tak bersuara. Jay tidak menemukan jawaban apapun dari laki-laki itu.
Jay menghela nafas, melirik kaca spion. Dia belum beranjak melajukan mobilnya setelah mengantar Solyn ke apartemen gadis itu, Jay tersenyum senang karena dia tahu kediaman Solyn sekarang dan gadis itu bilang Jay boleh mengunjunginya jika ingin, mengantongi ijin membuat Jay makin tak sabar untuk ke tempat gadis itu lain kali.
Ketika Jay bersiap untuk pergi, sebuah mobil baru saja melintas, yang terasa familiar bagi Jay tapi sungguh mungkin itu hanya perasaannya saja, lagipula banyak yang mempunyai mobil jenis itu. Jay menyalakan mesin mobilnya dan menginjak gas.
Bel apartemen Solyn berbunyi, gadis itu sudah yakin bukan Jay yang datang sebab laki-laki itu tidak mengirim pesan saat ini. Solyn menghela nafas seraya beranjak menghampiri pintu, tadinya dia berniat untuk berendam tapi karena rasa laparnya jadi dia makan terlebih dahulu. Sebelum membuka pintu gadis itu mengintip dari lubang kecil di pintunya, melihat tebakannya benar Solyn lagi-lagi menghela nafas dan menyiapkan mental untuk menghadapi Dexter.
Dibukanya pintu, kemudian bisa secara langsung melihat laki-laki yang memasang wajah datar dan tanpa katapun langsung masuk setelah menatap Solyn seperkian detik.
"What are you doing?"
Solyn menatap punggung lebar itu kemudian melirik makanan di atas meja yang tadinya sedang dia makan.
"Makan."
Dexter tidak memberi respon apapun dan melenggang masuk ke dalam kamar Solyn, helaan nafas kembali dia keluakan. Nafsu makannya mendadak hilang seketika dan Solyn mengikuti sosok Dexter yang dia lihat berdiri di depan balkon dengan sebatang rokok yang baru disulut oleh api. Biasanya dulu Solyn sering protes jika melihat Dexter merokok dan respon Dexter akan semakin menjadi seperti meniupkan asapnya ke wajah Solyn bahkan dengan terang-terangan mengajaknya merokok bersama, kadang Dexter akan mengatainya cerewet dan mengancam akan menjahit bibir Solyn supaya diam. Lebih jahat lagi ketika Dexter mengatakan akan membuautnya sekalian bisu.
Lamunan Solyn di daun pintu buyar ketika Dexter menoleh ke arahnya, dengan cepat gadis itu menunduk ke bawah.
Solyn berdehem pelan, mengigit bibirnya supaya tidak terlihat canggung yang malah lebih ketara sekali jika dia gugup dan menyadari suasanya selalu canggung.
"Lo udah makan?" Tanya Solyn, bukan sekedar basa-basi. Dia memang ingin menanyakan hal itu pada Dexter tapi nyalinya sedikit menciut, membayangkan jawaban laki-laki itu tidak sesuai dengan apa yang Solyn pikir. Jika dipikirkan, dulu Solyn berani melawan setiap perkataan pedas laki-laki itu, atau mengusirnya secara terang-terangan ketika Dexter mengganggunya atau tidak menyuruh dexter jangan menemuinya lagi jika hanya ejekan yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Sekarang Solyn dapat memercayai jika manusia berubah secepat itu.
Dexter mengangguk singkat, setelah itu diam, Solyn tidak pandai mencari topik. "Oke, gue mau mandi."
Eh? Kenapa Solyn mengatakan itu, Solyn menggigit bibirnya lalu melirik Dexter sebentar sebelum berlalu mengambil handuk dan pakaian lantas masuk ke dalam kamar mandi.
Solyn mandi dengan tidak tenang, sementara ada orang lain di kamarnya saat ini. Dia memijit pelipis guna menenangkan dirinya tapi pikiran tentang apa yang dilakukan Dexter sekarang, atau apa laki-laki itu sudah pergi, mengganggunya.
Mengakhiri kegundahannya, sama dengan mengakhiri acara berendam yang tadinya Solyn pikir akan menghabiskan waktu sekitar dua jam justru hanya setengah jam yang dia habiskan. Segera memakai pakaian lengkap kemudian membuka pintu kamar mandi dengan terburu, tak disangakanya ternyata Dexter berdiri di depan kamar mandi.
Solyn menahan nafas di bawah tatapan Dexter.
"L-lo ngapain?"
"Jay habis ke sini?"
"Cuma nganter sampai depan," jawab Solyn pelan. Menebak reaksi apa jika Dexter mendengar jawabannya. Tapi Dexter hanya berwajah datar tanpa jawaban yang sungguh membuat Solyn bingung.
"Gue nginep di sini," ujarnya, kemudian berbalik pergi dengan tangan yang tersimpan di saku jaketnya, sampai pada pintu, laki-laki tersebut menoleh padanya. "Gue gak mau tidur di sofa."
lalu mebuka pintu dan keluar. Solyn menghela nafas, lalu menggigit jarinya, kenapa? pikirnya.
jadi gue ganti namanya jadi Dexter, karena emang aslinya itu Dexter. Awal-awal chapter gue gak sengaja typo dan malas ngedit akhirnya gue ngide aja kan jadi Daxter, tapi emang gak nyaman bacanya, ntar gue revisi edit semua jadi Dexter.