part 27

99 15 4
                                    

Bismillah

Terjebak Dalam Tubuh Vanya

#part 27

#by: R.D.Lestari

Mata Rasti melebar kala mendengar nama Vanya di ucapkan Titan begitu saja.

Hening. Rasti lebih memilih diam daripada harus menjawab ucapan Titan yang ia rasa sangat menyakitkan. Sebegitu berbedanyakah ia dan Vanya?

Dalam perjalanan menuju tempat tinggal Titan, tak sedikit pun Rasti mengeluarkan suara. Memilih pasrah daripada bertambah kesal.

Sampai di rumah Titan, Rasti menolak ketika di persilakan untuk masuk ke rumah. Gadis itu lebih memilih untuk berkeliling dan menikmati keindahan suasana sekitar yang memang amat memanjakan mata.

Rumah yang rata-rata kecil dan sebagian ada yang masih terbuat dari kayu, tapi sangat bersih.

Pepohonan masih banyak dan warga yang berlalu lalang rata-rata menggunakan sepeda.

"Aku mendengar gemericik air, apa di sini ada sungai?" Rasti akhirnya membuka suara karena rasa penasarannya yang begitu membuncah.

Kakinya terasa amat ringan seiring melangkah bersama Titan di sampingnya.

Titan hanya mengangguk tanpa sedikitpun menyahuti ucapan Rasti, hingga membuat gadis blasteran itu menghentikan langkah dan menggeram.

"Apa?" menyadari gadis jutek itu berhenti, Titan pun menghentikan langkah dan memutar tubuhnya. Matanya memutar jengah melihat wajah gadis yang berubah masam dan melipat tangan di dada.

Dia menatap dengan marah, bibirnya mengerucut seolah memendam kesal dalam hatinya.

"Ngomong dengan kamu tu kek ngomong sama batu! sudah, aku pergi sendiri aja!"

Dengan menghentak kakinya, Rasti melangkah menjauhi Titan yang masih berkacak pinggang. Saat gadis itu melewatinya, Titan hanya tersenyum sinis tanpa mau menghentikan gadis yang dianggapnya cukup menyebalkan.

'Biar menyebalkan, kamu tetap cantik, kok,' batin Titan. Pemuda itu tersenyum gemas saat memandang tubuh Rasti dari belakang. Sempat memutar tubuhnya sejenak seraya menunjukkan jari tengah dan menjulurkan lidah.

Titan bukannya marah, malah terkekeh riang. Ia membiarkan gadis itu melangkah menjauhinya, tapi tetap mengikutinya.

***

Rasti's POV

Aku sempat menoleh dan menunjukkan jari tengah padanya. Fuck! dasar cowok batu!

Menyesal karena hati ini sempat ingin berpaling padanya. Huh! Demian... aku jadi rindu lelaki super perfect itu, tapi... lagi-lagi sikapnya yang suka tebar pesona membuatku jengah.

"Ah, laki-laki semua sama saja," sungutku.

Suara gemericik air semakin terdengar, pertanda sungai semakin dekat. Aku sempat menoleh ke belakang, Titan sudah tak kelihatan. Mungkin ia menyerah karena langkahku yang teramat cepat. Masa bodoh!

Sempat bertanya pada seorang Bapak di mana letak aliran sungai yang terdengar sangat dekat itu, aku akhirnya bisa menemukan di mana sungai yang sejak tadi kucari.

Sangat indah dan airnya pun amat segar. Beberapa wanita sedang mandi di bibir sungai dan bersenda gurau.

"Hai! sini!" salah satu dari gadis yang berkulit eksotis melambai ke arahku. Aku tersenyum dan melangkah menuju gerombolan gadis yang berjumlah lima orang itu.

"Kamu bule, ya? ngapain di sini?" tanya gadis yang berambut pendek.

"Oh, aku blasteran, tapi bisa bahasa indonesia kok, kebetulan lagi jalan-jalan aja di sini," jawabku ramah.

Terjebak Dalam Tubuh VanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang