part 16

91 13 0
                                    

Bismillah

       Terjebak Dalam Tubuh Vanya

#part_16

#by: R.D.Lestari.

Vanya terbuai oleh pesonanya, tapi saat wajah Rasti melintas di pikirannya, ras kagum itu perlahan berubah menjadi ras takut. Ia mengurai pelukannya dan beringsut mundur.

Semua ini harus segera Ia akhiri. Tak boleh ada cinta di antara mereka, karena hanya luka yang akan Ia rasakan. Bagaimana Ia bisa bahagia jika ada duri diantara mereka?

"Apa kamu lapar?" tanya pemuda bermata abu-abu menatap Vanya.

"A--Aku belum sempat makan dari tadi pagi," Vanya berucap malu-malu. Sebenarnya perutnya teramat perih, karena tadi pagi seperti biasa Ia hanya makan sepotong roti tanpa selai.

Ferdi terhenyak. Matanya terbelalak mendengar pengakuan Vanya.

"Mmmh, mau makan bersamaku?"

Vanya menggeleng dengan cepat. "Aku tak punya pakaian yang pantas. Orang seperti anda pasti makan di restoran besar,"

"Pakai yang ada saja, kita pergi ke tempat makan biasa,"

Ferdi beranjak dari duduknya. Ia kemudian mengulurkan tangannya. Vanya dengan tangan gemetar menerima uluran tangan pria tampan di hadapannya.

"Pakai baju ini saja?"

"Ya, begini saja lebih baik. Yang penting perut terisi," Ferdi tersenyum simpul melihat tingkah Vanya yang salah tingkah.

Dengan malu-malu Vanya mengikuti langkah Ferdi ke arah mobil dan duduk di sampingnya.

"Di sini ada rumah makan atau warung? kita ke sana aja,"

"Ada sih, di ujung jalan, tapi tempatnya sangat sederhana,"

"Tak mengapa, asal perut kenyang. Aku sudah sangat lapar,"

Mobil melaju pelan, tak sampai lima menit tiba di tempat yang di tuju. Mobil menepi di samping jalan dan mereka turun bersamaan. Hujan sudah reda, hanya tinggal genangan air saja.

Ferdi ternyata amat ramah. Ia makan dengan lahap tanpa mengenal rasa risih.

Begitupun Vanya. Ia terlihat amat nyaman bersama lelaki berambut pirang itu, meski hatinya tetap bersedih, mungkinkah perasaannya ini?

***

"Ras ... Kamu kok balik jutek lagi? beberapa hari ini kamu terlihat lebih ramah dan lemah lembut," protes Demian saat bertemu Rasti.

Rasti terkesiap. Jelas itu Vanya, bukan dirinya.

"Aku ya begini, tak ada yang berubah," jawab Rasti cuek. Gadis berambut pirang itu seolah tak menggubris kritikan pacarnya.

"Aku mau pulang,"

"Mau Ku antar? tapi setelah pertemuan dengan Tim Basket," ujar Demian saat Rasti beranjak dari duduknya.

"Oh, tak usah. Di situ juga pasti banyak Fansmu, 'kan?" cibir Rasti seraya tetap melangkah meninggalkan Demian yang masih termenung di kursinya. Ia merasa hari ini Rasti amat berbeda.

Ia yang biasa bucin dan setia menunggu, kini menjadi cuek seolah tak perduli dengan dirinya. Sebenarnya ada apa dengan gadisnya itu?

***

Rasti duduk di bangku taman kampus sembari menunggu supirnya datang menjemput. Entah kenapa Dia merasa kangen dan ingin berjumpa dengan Titan.

Hari sebelum kembali pada tubuhnya, Dia sempat meminta tolong pada Titan. Saat itu, Titan pasti amat khawatir dengan keadaannya, tapi sayang ... kejadian berikutnya Dia sudah tak ada di sana.

Terjebak Dalam Tubuh VanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang