Semalam, perempuan berambut merah muda ini berakhir tidak sadarkan diri di atas sofa Fahrenheit club. Setelah sebelumnya ia dan si pria asing bercerita panjang lebar, mencurahkan isi hati yang bahkan sebelum-sebelumnya tak pernah mereka ceritakan pada siapapun.
Pagi harinya, perempuan muda itu telah duduk merenung di atas kitchen chair apartemennya. Setelah disuguhi sekretarisnya pil pereda pengar, Adreea mencoba mengingat kepingan-kepingan kejadian semalam yang masih samar diingatan.
"Jadi maksud lo, semalam lo yang jemput gue setelah lo dapet telpon dari hp gue?"
"Benar, mba." Derry menjawab pelan.
"Terus lo sempet tanyain ga nama cowok itu siapa?"
"Maaf, tidak sempat, mba. Karna saya keburu panik melihat mba sudah hilang kesadaran. Dan lelaki itu juga mengaku sebagai teman mba, jadi saya tidak menaruh curiga sama sekali."
"Temen? Ngaco, ngga ah. Gue aja baru ketemu dia tadi malam ini, i even didn't know his name tho."
Derry menggaruk tengkuknya kikuk, beneran kok dia ga salah denger pas lelaki bertato semalam mengaku bahwa ia teman bosnya.
Melihat Adreea memutar stoolnya, menelan pil pereda pengarnya, seketika Derry teringat sesuatu.
"Mba, maaf. Tapi saya seperti pernah melihat lelaki itu deh."
Spontan terkejut, Adreea meminta Derry melanjutkan ceritanya dengan ekspresi wajah penasaran.
"Tapi saya lupa mba. Karna semalam buru-buru dan sedikit gelap."
Aih gagal sudah. Monolog Adreea dalam hati sambil bibirnya merengut.
"Eh t-tapi nanti kalau saya ingat, saya langsung beritahu mba Adreea."
Melupakan keinginannya yang ingin mengetahui identitas si om bertato, Adreea meringis sebal menatap Derry, padahal sejak pertemuan awal mereka di kantor papanya, Adreea sudah meminta Derry untuk tidak perlu berbicara formal padanya, toh usia mereka hanya terpaut dua tahun.
"Udah dibilang juga, jangan panggil mba dong!"
"Baik, ibu."
"Gue jitak ya, Derr. Panggil Rea aja atau Adreea. Asal jangan Re, that's my childhood's name."
Derry mengangguk paham, bibirnya terlihat mengulum, "maaf tidak bisa, mba. Biar bagaimana pun mba Adreea adalah atasan saya. Tidak sopan."
Memutar bola matanya malas, sudah ke-tiga kalinya Adreea mendengar alasan Derry seperti ini. "Serah deh, tapi gue minta lo ngomong informal aja sama gue."
"Jangan dong mba, nanti saya kena SP dari pak Gunawan." Jawabnya dengan suara makin mengecil di akhir.
"Isssssshhh, ya udah, ngomong informalnya kalo lagi berdua aja sama gue. No doubt. Gue mau mandi."
"Baik mba."
"Abis itu anterin gue ke mall."
"Siap mba."
-----===-----
"Yes, paps?"
"Rambut kamu warna merah muda?"
Adreea mendelik menatap Derry dari spion tengah. "Derry yang ngadu ke papa?"
"Jangan suka nuduh orang sembarangan. Papa liat instagram kamu." Terdengar suara decakan dari panggilan telepon, Adreea yakin papanya kini mulai mengatur nafasnya agar jantungnya tidak bekerja terlalu berat, "did you forget you have an important meeting tomorrow morning? Besok itu hari penting buat kamu, nak."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CEOS
Romance(M) Darren Jeon, seorang CEO muda keturunan Korea. Sukses dengan paras rupawan dan kepribadian tak bercela. Namun tidak seperti jenjang karier nya yang sempurna, kehidupan pernikahan Darren tak berjalan manis sebab buruknya lakon dari istri yang ia...