Masih di hari yang sama. Darren tengah disibukkan dengan berbagai berkas pekerjaan yang belum dia follow up dan tanda tangani. Sudah pukul 17:15, ia bahkan belum ada memasukkan makanan untuk perutnya. Pekerjaan Darren hari ini sedikit membuatnya kewalahan karena satu dan lain hal.
Darren bersadar pada kursi kebesarannya, lalu mengangkat gagang telepon berniat meminta tolong pada Karenina untuk dipesankan makanan untuk perutnya yang sudah terasa perih.
"Nin, tolong suruh OB beliin sushi dari kedai depan kantor, dong. Saya mau makan siang sekarang."
Setelahnya Darren melanjutkan pekerjaannya, berniat menyelesaikannya secepat mungkin, hari ini ia tidak berniat untuk membawa kertas-kertas menyebalkan itu pulang ke rumah.
Ia menghela nafas lelah, matanya masih dengan tajam menelisik tiap kata yang terlampir pada lembar putih itu. Darren berdecak kesal kala membaca report kerja dari team Site Manajer yang saat ini sedang mengurus proyek pembangunan beberapa ruko di daerah Jakarta Timur. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung mencoret bagian yang ia rasa tidak masuk akal, "ck seperti baru mengurus hal seperti ini sekali saja." Katanya tanpa segan menutup rapat map berwarna biru itu dengan keras.
Pintu ruangannya diketuk tiga kali, Darren bergumam mengizinkan orang itu masuk ke ruangannya.
"Silahkan Sir sushinya." Karenina meletakkan beberapa box berisi sushi pesanan bosnya pada meja marmer tidak jauh dari Darren bersemayam. Tangannya dengan gesit mengeluarkan satu demi satu box panganan khas negeri bunga sakura itu lalu menyusun air mineral dengan sumpit pada bagian meja yang lain.
Darren berdehem di tempat, matanya dialihkan ke arah sekretarisnya yang masih setengah berjongkok dengan tangan sibuk bergerak, "oh iya Nin, ada kabar dari Evan? Soal rapat dia dengan Diyaksa Group jam 3 tadi."
"Pak Evan sudah kembali ke kantor 20 menit lalu sir, beliau menunggu anda lengang, ada yang mau dibicarakan dengan anda perihal meeting dengan Diyaksa Group sepertinya."
"Oke, suruh ke ruangan saya 15 menit lagi."
"Baik, Sir." Kata Karenina sambil berjalan keluar ruangan Darren. Namun langkahnya terhenti karna seruan yang disuarakan atasannya.
"Kamu kalau sudah tidak ada pekerjaan boleh pulang, saya mungkin akan sedikit lembur."
"Terimakasih sir, tapi saya tetap di meja saya saja, in case kalau Sir perlu bantuan saya. Saya permisi." Setelahnya, Karenina hilang dari balik pintu bewarna hitam, lalu mengangkat gagang telpon mejanya hendak menghubungi bagian PM.
Duduk pada sofa hitam empuknya, tangan Darren dengan sentuhan ringannya tengah menggulir iPad silver yang sedang menyiarkan ulang berita tadi pagi yang ia lewatkan.
"Jadi demikian, Sir, karena sekarang Diyaksa Group tengah mempersiapkan pemimpin baru mereka, karena itu, ada anak usaha mereka sedang dipindah kuasakan dari Pak Gunawan."
Darren mengangguk-ngangguk paham akan penjelasan Evan. Matanya masih dengan lamat memperhatikan sesosok berambut panjang berwarna cokelat dari iPad silvernya. Perasaan kemarin lusa masih pink. Monolognya dalam hati. Darren jelas ingat perempuan di balik layar ipad itu, pria itu memiliki daya ingat yang kuat.
"Jadi beliau yang bernama Adreea Natadiyaksa? Puteri pertama Pak Gunawan Natadiyaksa?" Katanya masih tidak percaya. Alisnya terangkat dengan bibir mengulum menahan geli.
"Benar, sir."
"Oke, kalau itu mau beliau. Mulai sekarang saya yang akan report perihal proyek kita ke beliau. kamu bisa berikan semua berkas yang berkaitan dengan proyek baru kita dengan Diyaksa Group ke saya sekarang, saya tunggu disini, sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CEOS
Romance(M) Darren Jeon, seorang CEO muda keturunan Korea. Sukses dengan paras rupawan dan kepribadian tak bercela. Namun tidak seperti jenjang karier nya yang sempurna, kehidupan pernikahan Darren tak berjalan manis sebab buruknya lakon dari istri yang ia...