(M)
Darren Jeon, seorang CEO muda keturunan Korea. Sukses dengan paras rupawan dan kepribadian tak bercela. Namun tidak seperti jenjang karier nya yang sempurna, kehidupan pernikahan Darren tak berjalan manis sebab buruknya lakon dari istri yang ia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-----===-----
Darren menarik pelan kursi kayu pada sudut ruangan perpustakaan perusahaan Adreea setelah sebelumnya ia mengambil asal buku yang disediakan oleh tempat yang sama. Melirik arlojinya, jarum pendek tepat menunjuk ke angka 12 dengan jarum panjang mendekati angka 8. Ia menghela, kira-kira berapa jam ya interviewnya? Tanyanya pada diri sendiri.
Si pria jelas tidak paham kenapa ia begitu bersikukuh ingin makan siang dengan Adreea, ia hanya asal saja. Aneh.
Mulai membuka buku bercover timbangan dengan simbol dolar pada sisi kiri dan tumpukan buku pada kanannya, Darren mulai membaca buku terkait ilmu perbisnisan itu.
Fokusnya teralihkan saat tiba-tiba teringat akan istrinya, lalu dengan gerakan cepat, Darren mengambil ponselnya pada saku celana, ingin bertanya posisi Annette.
Tidak perlu menunggu lama, pesan Darren dibalas Annette setelah dua menit berlalu.
Ia terbahak di tempat hingga beberapa pasang mata melirik tajam ke arahnya. Darren meringis pelan, memohon ampun karna aksi tidak sopannya.
Kamu pikir saya bodoh?
Mengetik balasan cepat untuk Annette, ia malah disambut oleh pertanyaan Annette yang bertanya apa Darren menginginkan oleh-oleh? Memang dasar Darren Jeon manusia jahil, sekali lagi iya mengerjai istrinya sendiri.
Bisa-bisanya apa dia nggak sadar aku udah punya arloji itu?
Bodoh. Lagi-lagi Darren mengumpati istrinya. Ia mendengus remeh, oke lets's play the game. Mari kita lihat sampai sejauh mana permainan kamu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Puas mengerjai istrinya, Darren meletakkan ponselnya di atas meja. Kembali pada kegiatannya sebelumnya, membaca buku.
Satu lembar, dua lembar, hingga hampir mendapatkan setengah dari halaman buku di baca, tapi tak kunjung juga ada pesan masuk ke ponsel nya dari Adreea. Darren menutup bukunya. Mengucek-ngucek matanya yang terasa lelah. Jam berapa ini? kenapa sepertinya sudah lama sekali ia berdiam diri di ruangan yang sunyi ini? Memijat pelipisnya, Darren bangkit dari duduknya. Sepertinya ia butuh kopi dan suasana baru untuk melanjutkan misinya, yaitu menunggu Adreea.