00.15

476 99 20
                                    

Hampir tiga hari Mina duduk sama Mingyu. Karena Gyuri sakit, makanya Mina pindah tempat duduk bareng cowok humoris itu. Sedangkan Jaehyun duduk sendiri di belakang sana.

Awalnya Jaehyun lega, senang, gembira, bahagia. Dia bisa duduk sendiri lagi, tanpa ada gangguan macam Mina yang tiap pelajaran selalu mengajaknya berbicara. Bercerita panjang lebar padahal gak ada yang dengerin. Apalagi Mina selalu mengambil waktu tidurnya. Entah tangannya yang usil atau kakinya yang ngajak perang di bawah sana.

Namun makin ke sini makin terasa aneh ketika ia melirik bangku kosong di sampingnya. Ada perasaan hampa yang tidak bisa Jaehyun definisikan seperti apa kekosongan itu mengisi ruang di hatinya.

Dan setiap dia menatap bangku Mingyu, cowok itu terlihat sangat akrab dengan Mina. Bahkan yang usil malah Mingyu, bukan Mina. Gadis itu akan tertawa lepas. Saat jam pelajaran juga asyik sendiri seolah olah mereka hidup dalam dunia lain yang hanya diisi oleh mereka.

"kan gue udah kata, kalo suka gak usah gengsi. Bilang aja langsung ke orangnya. Gue jamin gak bakal ditolak," celetuk Binnie mengemut permen milkita yang harusnya dimakan sama Jaehyun. Walaupun Mina gak duduk di sampingnya, selama tiga hari ini Mina gak absen menaruh permen di kolong mejanya. Sesekali dia juga menyapa Jaehyun.

"paan sih?! Gak jelas," sinis Jaehyun menarik tudung hoodienya kemudian tidur di atas meja.

Males banget hari ini. Jamkos dari tadi dan gak ada yang bisa Jaehyun lakukan.

"eh Jae, gue tahu isi hati lo. Cuma ya hati lo masih ketutup bayangan si Roje aja." kata Binnie pelan. Lalu melirik Mina yang ketawa haha hihi bareng Mingyu. Membuatnya tersenyum simpul. Baru kali ini dia melihat Mina tertawa selepas itu selama jadi murid di sini. Duduk sama Jaehyun mukanya suram mulu, kayak nanggung beban hidup.

"life is goes on, Jae. Hidup terus berjalan. Gak ada yang namanya waktu berhenti. Lagian Rose juga gak mau kecelakaan itu terjadi, lo juga gak mau kan kehilangan dia? Tapi kalo udah takdir? Lo manusia dari tanah liat mau apa? Gak bisa apa apa selain nerima dengan hati lapang dada." kata Binnie menatap punggung Jaehyun.

Sebenernya dia kasihan sama Jaehyun. Belum bisa melupakan kecelakaan yang merenggut nyawa Rose. Saat semua orang berjalan ke depan, meraih masa muda yang gemilang, cuma Jaehyun yang stuck di tempat. Terus terusan melihat masa lalu. Hidupnya sudah dibayang-bayangi oleh Rose.

"percaya sama gue Jae. Ada hikmah dibalik kecelakaan Rose waktu itu. Andai kata dia masih ada, gue yakin dia gak mau lo hidup kayak sekarang. Galau gundah gulana. Gak bisa move on, menghambat perkembangan diri sendiri." kata Binnie sekali lagi menasehati Jaehyun.

Meskipun Jaehyun bukan saudara kandungnya bahkan diantara mereka gak ada hubungan darah sama sekali, Binnie sudah menganggapnya sebagai adik sendiri.

Adik laki-laki yang maunya hidup mandiri tapi selalu dimanja.

"Rose marah besar sama lo." lanjutnya.

Binnie menepuk pundak Jaehyun, "bangun yuk. Jalan lagi, gue temenin jalan deh."

"pergi," katanya mengusir Binnie.

"lo tahu kan Jae, gue sayang banget sama lo?"

Jaehyun berdecak lidah, dia menghadap Binnie yang sudah berkaca-kaca.

"gak usah nangis anjir. Malu-maluin lo," ketusnya kesal.

Bukannya terhibur, Binnie meneteskan air matanya. Selain menguatkan Jaehyun, Binnie juga menguatkan dirinya sendiri. Karena kecelakaan itu tidak hanya merenggut nyawa Rose, tetapi juga adik laki-lakinya.

"sumpah lo jahat banget Jae!" kata Binnie kesal. Dia menunduk karena malu dilihat banyak orang.

Jaehyun melirik teman sekelasnya, dia mengisyaratkan agar mereka kembali fokus kegiatan masing-masing.

See Ya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang